L A D I R G A - 10

1.5K 227 7
                                    

"Mbak, Raditnya ada?"

"Astafirulloh, neng Lisa bikin kaget aja."

Lisa terkekeh memajukan langkahnya, mendekati Mbak Sari — pekerja rumah tangga di rumah Radit. Keluarga Lisa mau pun keluarga Radit sudah mengenal satu sama lain, selain karena mereka bertetangga, anak mereka juga menjalin persahabatan dengan baik.

"Ada, neng di dalem." Lisa mengangguk kepala. "Eh, tapi ada temennya Mas Radit, neng," lanjut Mbak Sari.

Jarak rumah Lisa dan Radit memang hanya berbeda beberapa rumah. Sejak kecil keduanya sudah biasa keluar masuk rumah Lisa mau pun Radit, jadi setelah bertanya pada Mbak Sari, Lisa langsung masuk ke dalam.

Begitu melewati ruang tamu Lisa melihat seorang perempuan sedang duduk di sana sambil memainkan ponselnya. Jadi cewek temennya, batin Lisa.

Si tamu yang mungkin sedikit kaget dengan kehadiran Lisa mendongakkan kepalanya dan mengulas senyum yang dibalas juga senyuman oleh Lisa.

Lisa langsung naik ke lantai dua dimana kamar Radit berada, tanpa mengetuk terlebih dahulu gadis itu langsung membuka pintu kamar Radit.

Radit berlonjak kaget mendapati pintu kamarnya yang mendadak terbuka. "Astagfirulloh, bikin kaget aja lo setan!" Omelnya.

"Suruh siapa gak dikunci," balas Lisa santai dan lansung duduk di atas tempat tidur Radit sambil menyilangkan kakinya. "Mau kemana lo?" Tanya Lisa saat melihat Radit dengan pakaian yang cukup rapi.

"Kepo lo."

Lisa berdecih, gadis itu berdiri dan menghampiri Radit yang sedang memakai jam tangannya. "Di bawah cewek lo ya?" Radit berdeham. "Lo mau nge-date?"

"Kepo banget sih lo, bocah," katanya sambil berlalu dan mengacak puncak kepala Lisa.

Lisa mengerucutkan bibirnya. "Bawain gue martabak dong," pinta Lisa.

Radit melebarkan matanya. "Apa lo kata? Martabak? Beli ndiri."

"Ih, pelit lo!" Lisa kembali menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur Radit. "Please kak, gue lagi pengen martabak nih!"

Radit tidak langsung menjawab, cowok itu memakai jaketnya, menaruh dompet ke dalam saku celananya, lalu mengeluarkan sepatu yang akan dia pakai dari dalam lemari.

"Iya gue beliin ntar, kalo sempet."

"Pokoknya harus, gue gak mau tau."

"Bawel lo ah," Radit berjalan mendekati Lisa yang duduk di tepi tempat tidur. "Doain ya, Kakak mu mau memperjuangkan cintanya," lanjutnya dengan drama sambil mengelus puncak kepala Lisa.

Lisa menepis tangan Radit. "Perjuangin cinta, tapi malah cewek yang nyamperin lo ke rumah, mana ditungguin lagi. Cowok jenis apa lo?"

Radit terbahak. "Yang penting masih ada yang mau sama gue." Cibirnya.

Lisa hanya berdecih dan tidak lagi membalas perkataan Radit.

Saat baru saja Radit melangkahkan kaki keluar dari kamar, Lisa menyusul, dan ternyata Radit sudah menuruni anak tangga.

"Sayang, jangan pulang malem-malem, aku selalu nunggu kamu! Jangan lupa sama pesanan aku!" Teriak Lisa sambil menumpukan tangannya pada pagar pembatas.

Otomatis Radit menoleh, dia memberikan pelototan pada Lisa karena dia tau pasti gadis itu sengaja berteriak demikian. Lisa tertawa puas dan memeletkan lidahnya membalas pelototan Radit.

Sampai akhirnya Radit hilang dari pandangannya, senyum diwajah Lisa perlahan hilang. Lisa menghembuskan napas pelan, dia merasakan dadanya yang sesak melihat Radit pergi dengan cewek lain, apalagi perempuan itu seseorang yang Radit suka.

L A D I R G A [LD#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang