L A D I R G A - 17

1.4K 224 13
                                    


Lisa menggigit kuku ibu jari tangan kanannya, dia berjalan mondar-mandir sambil menatap ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur.

Tadi Dirga sempat mengirim chat, mengatakan akan meneleponnya setelah makan malam. Dan sekarang Lisa sedang menunggu telepon dari Dirga dengan perasaan gugup.

Pasalnya Lisa tidak pernah pacaran, dia tidak tahu apa saja yang akan mereka bicarakan nanti ditelepon. Semua hal ini sangat awam bagi Lisa.

Sudah hampir jam 9 malam, tapi belum ada tanda-tanda Dirga akan meneleponnya. Apa Dirga mengingkari janji? Atau bisa jadi dia lupa, karena sibuk ngurusin 'cewek-ceweknya' yang lain. Lisa menghela napas, kenapa juga dia malah jadi mengharapkan telepon dari Dirga?

Akhirnya Lisa memilih ke kamar mandi berniat mencuci muka dan menyikat gigi lalu tidur, namun baru saja dia melangkah beberapa langkah suara dering ponsel miliknya membuat Lisa memutar kembali tubuhnya. Lisa segera menghampiri ponselnya, namun kakinya tersandung kaki meja belajarnya, membuat Lisa mengaduh.

Lisa duduk di tepi tempat tidur, ponselnya masih berdering, lalu mati. Selang beberapa detik kembali berdering, dia ragu apakah harus mengangkat atau tidak? Namun ibu jarinya menggeser tombol warna hijau.

"Halo,"

Lisa kembali menggigit kuku ibu jari tangannya.

"Sa, halo."

"Ha-halo, iya kak."

"Kirain tenggelem."

Lisa tersenyum, walau dia sadar Dirga tidak dapat melihat senyumnya.

Dalam situasi canggung, mereka diam dalam keheningan.

"Lagi apa?" Tanya Dirga.

"Emm, baru selesai ngerjain PR." Jelas bohong, padahal sejak tadi Lisa hanya sibuk menunggu telepon dari Dirga. "Kakak lagi apa?" Lisa merutuki dirinya sendiri karena dia tidak tahu harus bertanya apa dan dengan tidak kreatif dia membalikkan pertanyaan Dirga.

"Lagi nunggu Bobby beli martabak," jawab Dirga.

"Baik banget Kak Bobby ngebeliin martabak."

"Haha, bukan baik, tapi tadi lagi main PS yang kalah beli martabak."

"Oh," Lisa mangut-mangut kepala. "Kak sama Kak Bobby semacam taruhan gitu?" Dirga mengiakan. "Gak boleh taruhan, dosa." Lisa tidak bermaksud menyinggung atau menyindir Dirga, tapi tentang taruhan itu keluar begitu saja dari mulut, hingga tersadar kalau dia salah bicara karena Dirga tidak menjawab lagi ucapannya.

Lisa berdeham. "Udah malem, Kak Bobby nginep di rumah Kakak?" Tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Enggak, rumah Bobby deket juga."

Lisa baru akan membalas, namun pintu kamarnya mendadak terbuka.

"Dek, pinjem casan dong! Punya gue ketinggalan di rumah Radit," ucap Desty begitu masuk ke kamar Lisa.

Lisa membuka laci nakas di sebelah tempat tidurnya dan memberikan pada Desty.

"Thanks." Lisa mengangguk.

Lalu Desty keluar dari kamar Lisa, dia kembali menempelkan telepon genggamnya ke telinga.

"Barusan Desty?"

Lisa menghela napas. Iya dia Desty mantan lo, sekaligus pacar Radit sekarang.

"Sa, halo?!"

Lisa menarik napas, lalu menghembuskan perlahan. "Iya barusan Kak Desty," jawabnya.

Dirga ber-oh ria, dan mereka kembali hening.

L A D I R G A [LD#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang