L A D I R G A - 20

1.5K 225 27
                                    


Lisa menghela napas beberapa kali, dia sudah tiba di tempat tujuannya. Supir taksi melirik beberapa kali dari kaca spion, Lisa sudah memberi tarif taksinya tapi gadis itu tak kunjung turun dari taksi.

Tadi pagi Lisa hampir saja membentak siapapun yang mengganggu waktu tidurnya di hari minggu. Pasalnya, hari minggu adalah hari kebebasan bangun siang untuk Lisa. Tapi sejak jam 8 pagi, ponselnya tidak berhenti berdering. Hampir saja dia melempar ponsel miliknya, kalau saja dia tidak ingat bahwa ponsel miliknya keluaran terbaru dan baru saja dibelikan oleh Ayahnya awal tahun kemarin.

Ditambah lagi saat nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, Lisa dibuat kaget ketika tahu siapa yang menelepon dia sepagi itu. Mama dan Adik Dirga. Lisa hampir tidak percaya.

Dan Mama Dirga, meminta Lisa untuk datang ke rumahnya hari ini.

"Lisa hari ini ada acara nggak? Main ya ke rumah, tante bikin kue, sama masak banyak, sekalian kita makan siang bersama."

Bisa apa Lisa setelah mendengar permintaan Mama dari pacarnya itu. Lagi pula tidak alasan untuk Lisa menolak. Memang hari ini dia tidak ada acara, dan hanya memiliki rencana bermalas-malasan, bisa saja Lisa berbohong, mengatakan kalau dia memiliki acara, tapi entah kenapa dia enggan melakukan hal itu.

Ini pertama kalinya Lisa ke rumah pacarnya. Jelas saja, Dirga itu pacar pertama Lisa. Tapi yang membuat jantung Lisa berdegup tidak karuan, ialah Dirga yang tidak mengetahui kedatangan Lisa ke rumahnya. Bukan keinginan Lisa yang sok romantis ingin memberi suprise, tapi ini keinginan Devi sendiri.

"Dirga kan nggak ada, lagi main futsal sama teman-temannya. Jangan dulu kasih tahu Dirga ya, nanti saja kalau Lisa sudah sampai kita bikin kejutan."

Dia kembali menghela napas, kakinya sudah di depan pintu kayu berwarna putih. Dia kembali melihat penampilannya, baju pilihan Desty yang sebenarnya tidak Lisa setujui. Blue denim dress, keds and shoulder bag. Memang tidak berlebihan, tapi Lisa jarang sekali memakai dress.

Telunjuknya menekan bel. Hingga suara bel yang kedua, pintu terbuka.

"Cari siapa ya, neng?"

Lisa menggigit bibir bawahnya, sepertinya yang membukakan pintu PRT dari keluarga Dirga.

"Ehm, saya temannya Dirga bu," jawab Lisa sedikit terbata.

"Oh temannya den Dirga, tapi den Dirganya nggak ada."

Udah tahu, Bu! Udah tahu! Aduh gimana bilangnya ya? Masa mau bilang disuruh sama tante kesini?

"Engg... Itu..."

"Lisa?!" Lisa langsung bernapas lega. "Masuk, masuk!... Ini temennya Dirga, Bi. Yang tadi saya bilang."

PRT yang diketahui namanya Bi Asri itu menepuk jidat. "Oalah lupa saya Bu, kalau tadi Ibu bilang ada temennya den Dirga yang mau datang. Saya kira cowok, tahunya cewek cantik."

Devi tertawa kecil. "Bibi, ada-ada aja... Malah diem di luar gini. Lisa ayok masuk ke dalam!"

Lisa mengikuti Devi masuk ke dalam rumah. Hal yang pertama dia tangkap adalah foto keluarga dengan bingkai besar yang menempel di dinding. Papa dan Mama Dirga duduk di depan, sementara Dirga dan Adiknya berdiri di samping mereka. Dari sini Lisa tahu bahwa Dirga memiliki raut wajah yang sangat mirip dengan Papanya, sementara Adiknya yang Lisa tahu bernama Nanda, lebih mirip dengan Mama Dirga. Lisa tersenyum melihat Dirga yang menggunakan beskap, dia... Terlihat tampan.

"Lisa bisa lihat-lihat dulu, Tante ke dapur dulu sebentar!"

"Iya, tante."

Lisa kembali melihat beberapa foto yang bertengger pada di atas sebuah buffet putih. Frame di sini berukuran lebih kecil dan berjajar rapih. Foto-foto ini lebih banyak menampilkan Dirga dan Adiknya sejak mereka kecil hingga usia sekarang. Lisa mengangkat frame berwarna cokelat tua, dia tersenyum geli, dalam foto tersebut dia melihat Adik Dirga yang menangis sementara Dirga berdiri di sampingnya tersenyum lebar menampilkan beberapa giginya yang ompong sambil memegang sebuah bola sepak.

L A D I R G A [LD#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang