L A D I R G A - 2

2.1K 323 20
                                    

“Sa, gue denger kemaren lo nyari masalah sama Kak Dirga?”

Lisa yang sedang menumpahkan beberapa sendok sambel ke mangkuk baksonya, mengernyit. “Nggak, ah. Kata siapa lo? Lagian Kak Dirga, siapa?”

“Lah, kata si Doni?”

Lisa menatap kedua sahabatnya. Dewi dan Arin.

“Oh itu, nggak sampe ribut kok. Biasa aja, tapi emang rada pake urat sih dia nya,” jawabnya santai dan memasukkan sesendok kuah bakso ke mulutnya. Lisa mengecap lidahnya, merasakan apakah kuah baksonya sudah pas dengan seleranya.

Dewi berdecak “Cari mati lo, Sa.”

“Elah, kenapa sih pada takut bangat sama yang namanya Dirga-Dirga itu? Biasa aja menurut gue, nggak nyeremin sama sekali.”

“Lo tau Kak Bobby, kan?” tanya Arin.

Lisa mengangguk. Jelas dia tahu siapa Bobby yang dimaksud Arin. Biang kerok sekolahnya.

“Nah, Kak Dirga itu satu geng sama Kak Bobby. Dan Kak Dirga itu pentolan digengnya,” jelas Arin

“Masa sih? Tapi kok yang sering tawuran terkenalnya kak Bobby, tukang palak juga kak Bobby, biang onar juga kak Bobby. Masa ketuanya Kak Dirga?”

“Kalau Kak Dirga mainnya secara halus, beda sama Kak Bobby yang suka main kasar.”

Lisa hanya ber-O- ria tanpa membalas lagi perkataan kedua sahabatnya dan lebih memilih menikmati baksonya. Begitu pun dengan kedua sahabatnya.
Walau mereka bertiga hening, tapi tidak dengan suasana kantin yang ramai. Karena murid-murid sudah mulai memadati kantin. Para tukang dagang juga mulai kewalahan karena harus memenuhi pesanan para murid.

“Heh! Lo sini!” teriak seorang murid laki-laki yang membuat kantin hening seketika.

“Iya, elo! Siapa lagi? Bego banget lo!” Datang lagi teriakan lainnya.

Orang yang merasa ditunjuk pun melangkahkan kakinya dengan ragu menuju meja Bobby CS.

“Duduk sini lo!” titah Bobby.

Belum sempat anak laki-laki itu mengungkapkan penolakannya tapi Bobby sudah menarik lengan anak laki-laki itu, dan memaksanya duduk di samping Bobby.

Murid-murid lain yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, kini menatap kearah meja pojok kanan kantin. Dimana meja itu adalah sarang singa. Pasalnya tidak ada yang berani duduk di meja itu, walau pemiliknya sedang tidak ada.

Arin menyenggol lengan Lisa, karena memang dia duduk tepat di samping Lisa.

“Ssstt...ssstttt... Sa.”

Lisa yang merasa lengannya di senggol, hingga ia gagal memasukkan sesendok mie bakso ke mutulnya pun, sedikit geram pada Arin.

“Kenapa sih?” ketusnya

“Pacar lo lagi dalam bahaya,” ucap Arin pelan, sambil matanya menatap kearah meja Bobby dan teman-temannya. Membuat Lisa mengikuti arah pandang Lisa.

Lisa mengernyit. Pacar? Siapa pacarnya?

Namun matanya membelalak seketika ketika ia lihat Jonathan atau yang biasa dipanggil Jono, sedang ketakutan duduk di meja Bobby dan teman-temannya.

“Kok si Jono bisa ada disitu?” tanya Lisa

Kedua sahabatnya mengedikkan bahu membalas jawaban Lisa.

Lisa berdiri dari duduknya dan langsung mendapat tahanan dari Arin. “Lo mau ngapain?” tanya Arin khawatir, jangan sampai Lisa melakukan hal bodoh hanya demi membela Jono.

L A D I R G A [LD#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang