"Miss...Liliane Green?" Liliane tersentak mendengar namanya dipanggil. Dari kedua retina yang terhalang air mata Ia bisa mengenali sosok itu. Pria jangkung berambut coklat bergelombang. Dengan mata emerald yang selalu memancarkan keteduhan.
Liliane tak mampu mengeluarkan kata-kata. Ia terlalu shock dengan apa yg menimpanya hari ini.
Lord Hamsford dengan kedua lengannya yang kokoh mengangkat tubuh mungil dan kurus milik Liliane, dada bidang laki-laki itu terasa hangat dan nyaman membuatnya leluasa menumpahkan segala yang telah menyesakkan dadanya. Liliane tak ingin melepas kenyamanan ini, ia tanpa sadar meremas bagian depan jas Lord Hamsford. Tangisnya pecah secara memalukan.
Liliane merasakan sebuah kecupan mendarat di keningnya, membuat kenyamanan itu bertambah. Menit berikutnya tanpa sadar tubuhnya telah berada di atas kuda putih milik sang Lord yg kini berada di belakanganya. Menyelubungi tubuhnya dengan kehangatan.
Liliane menatap paras laki-laki yang memeluknya. Rahang tegas dihiasi cambang di kedua tepi pipinya, bibir tipis berwarna nude, hidung tinggi dan mancung. Serta mata emerald teduh itu...
Sebuah kecupan dalam lagi-lagi dirasakan Liliane di tempat yang sama. Membuat tubuhnya semakin relax kemudian tertidur.
§§§
Liliane harus pergi. Pergi dari London, pergi dari hidup seorang Earl of Hamsford.
Laki-laki itu adalah seorang bangsawan. Dia tidak ingin nama baik laki-laki itu rusak karena menikahi gadis seperti dirinya. Laki-laki baik seperti William Huntley harus menikah dengan seorang Lady terhormat. Seperti kata para lady cantik yang membeli bunganya hari itu.
"Kau tahu Mathilda, besok Baron of Langley akan menikah." kata seorang Lady berbaju biru.
"Ah, aku sudah mendengarnya. Kabarnya dia menikahi seorang gadis perancis tanpa gelar bangsawan. Bahkan gadis itu hanyalah putri pemilik toko sepatu." cibir Lady bernama Mathilda
"Sungguh sangat disayangkan. Walaupun hanya seorang Baron, tapi Baron of Langley sangatlah tampan dan kaya. Sungguh beruntung gadis itu. Mungkin gadis itu sangat cantik hingga sang Baron tergila-gila." Lady berbaju biru mengembangkan kipasnya.
"Dia tidak cantik, Erica. Dia hanya perempuan murahan yg menjebak Baron Langley dalam skandal hina. Kudengar gadis itu sedang hamil, maka dari itu pernikahan mereka terkesan mendadak." sanggah Lady Mathilda.
"Benarkah? Kasihan sekali Baron Langley. Harusnya Baron Langley menikahi salah seorang lady cantik dan terhormat." Sesal Lady Erica yg tampak dibuat-buat.
"Seperti siapa gerangan contoh lady terhormat itu, Erica?"
"Tentu saja seperti kita berdua." Tawa mereka lirih bersamaan di balik kipas.
Itulah sebabnya Liliane tidak boleh menemui Lord Hamsford. Cukup dirinya saja yang menanggung janin ini. Akan sangat menyakitkan bagi dirinya dan sang Lord jika digunjingkan seperti Baron dan gadis perancis itu.
Liliane telah bertekad akan pulang ke desa bibinya. Dan hidup disana bersama anaknya kelak. Desa bibinya adalah sebuah desa kecil yg damai. Penduduk desa yg sebagian besar adalah kerabatnya pasti mau menerima keadaannya. Dan Liliane juga bertekad tak akan menikah, Ia akan berjuang sendiri demi anaknya.
Liliane berjongkok di depan nakas. Liliane merogoh kolong nakas lalu mengambil sebuah kaleng persegi bertutup. Ia membukanya lalu menghitung sejumlah uang yang ada di dalamnya.
Liliane segera berkemas. Melipat dengan asal gaun lusuhnya yang hanya 4 potong. Ia memasukkan hampir seluruh uangnya dalam koper. Hanya menyisakan sedikit untuk membeli tiket kereta dan biaya sarapan besok pagi di kantong. Tak lupa Liliane menulis surat untuk Mrs. Emma. Ia tak ingin wanita yang sudah seperti ibunya itu mengkhawatirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be His Countess (END)
Historical Fiction#7 in Historical Fiction (9.11.17) #4 in Historical Fiction (17.11.17) Liliane Green seorang gadis penjual bunga. Pertemuannya dengan William Huntley, Earl of Hamsford awalnya biasa saja layaknya seorang pembeli dan pedagang biasa. Seringnya sang ea...