Liliane berlari tanpa alas kaki. Ia semakin masuk ke dalam hutan yang gelap. Bayi dalam gendongannya terus menangis dan menolak untuk ditenangkan. Ia semakin frustasi kala langkah kuda yang mengejarnya terdengar semakin mendekat.
Liliane menemukan sebuah lubang yang cukup besar di bawah pohon oak tua. Lubang itu tertutup olah akar-akar pohon dan. Ia bersembunyi sambil menenangkan bayinya. Akhirnya bayi laki-lakinya jatuh tertidur dalam dekapannya.
"Aku tahu kau bersembunyi di sekitar sini."
Laki-laki itu berteriak. Suara nafas kudanya pun dapat didengar oleh Liliane. Ia sudah hampir ditemukan. Jantungnya bedebar kian kencang. Doa-doa ia gumamkan dalam hati.
"Lily, kembalikan anakku!" teriak laki-laki itu lagi.
Liliane menggeleng di dalam tempat persembunyiannya.
Beberapa lama suasana terdengar sangat sunyi. Hanya ada suara serangga dan burung hantu yang terdengar.
"Apakah dia sudah pergi?" tanya Lily dalam hati. Liliane mengintip melalui celah semak-semak. Sepertinya sudah aman. Liliane memberanikan diri untuk keluar. Tapi baru selangkah ia beranjak sebuah lengan kokoh menggenggam bahunya erat.
"Aku menemukanmu." bisiknya.
Ketika Liliane menoleh Ia bisa melihat mata emerald itu menatapnya tajam.
"Jangan ambil anakku." ratap Lily.
William Huntley tersenyum miring. "Dia juga anakku. Sesuai perjanjian dia akan tinggal bersamaku sebagai pewaris hamsford karena dia anak laki-laki."
"Tidak!!" pekik Liliane.
Liliane hendak menepis lengan suaminya tetapi entah bagaimana bayinya sudah lolos dari gendongannya. Sekarang buah hatinya telah ada dipelukan Will. Bayi itu menangis sangat kencang seolah mengerti telah dipisahkan dari Ibunya.
Liliane hanya bisa menangis saat mereka berdua pergi meninggalkannya. Ia berusaha mengejar tapi kedua kakinya terasa berat, ia ingin berteriak tapi lidahnya terasa kelu. Ia hanya bisa menangis. Sampai kesadaran membawanya ke dunia nyata. Begitu terbangun Liliane meraba perutnya seolah memeriksa apakah bayinya masih bersamanya.
Mimpi Liliane barusan terasa nyata. Sampai kini jantungnya masih berdetak kencang. Jemarinya masih gemetar. Dan suara tangis bayi masih mengusik sisi keibuannya. Ah...bukan. Suara tangis bayi itu bukan dari alam mimpinya. Itu suara bayi sungguhan. Mungkin salah seorang bayi sedang terbangun.
Liliane mengambil segelas air di atas nakas. Lalu menenggaknya dengan rakus. Setelah dahaganya hilang Ia mengembalikan gelasnya yang telah kosong ke tempat semula.
Suara tangis bayi itu masih terdengar. Biasanya Mrs. Dyer akan segera menangani bayi yang rewel, dengan segera menggendongnya lalu menyanyikan lullaby. Atau jika sang bayi tak dapat ditenangkan wanita itu akan memberinya sesendok sirup obat dengan label Godfrey's cordial pada botolnya. Liliane tak tahu pasti obat apa itu sebenarnya, Mrs. Dyer menyebutnya 'sahabat para ibu' untuk menenangkan bayi yang sedang rewel. Obat itu sangat manjur. Tapi entah mengapa kali ini obat itu tidak berhasil. Atau semua orang sangat lelap hingga tak ada yang mendengar bayi itu menengis? Liliane harus memeriksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be His Countess (END)
Historical Fiction#7 in Historical Fiction (9.11.17) #4 in Historical Fiction (17.11.17) Liliane Green seorang gadis penjual bunga. Pertemuannya dengan William Huntley, Earl of Hamsford awalnya biasa saja layaknya seorang pembeli dan pedagang biasa. Seringnya sang ea...