14. Their Miracles

11.9K 1K 53
                                    

Ada sekelumit rasa lega saat suara tangis yang nyaring itu terdengar. Ia selamat, bayinya, bayi Liliane. Walaupun Liliane masih merasa nyeri di perut dan di antara kedua pahanya.

"Bayi kalian sehat my lord." jawab sang dokter.

"Apa jenis kelaminnya?" tanya William tampak tak sabar.

Senyum sang dokter merekah. "Dia seorang Lady yang cantik my Lord."

Dokter menunjukkan bayi yang baru lahir itu kepada Lord Hamsford. William tertegun, Liliane melihat tangan suaminya gemetar menerima bayi mungil yang sudah terbungkus selimut itu.

"Dia cantik sekali. Dia punya rambut hitammu dan mata hijauku." tatapan William terlihat sendu.

Liliane tersenyum puas. Bayi cantiknya akan menjadi pelipur laranya di masa depan. Tangannya telah dilepaskan dari ikatan sehingga Liliane bisa mengulurkan tangan, ia ingin melihat rupa bayinya. Seorang perawat mengambil bayi itu dari gendongan Will dan menelungkupkannya dengan hati-hati di dada Liliane, Liliane bertatap mata dengan manik emerald itu. Ya...dia cantik. Rasanya menakjubkan mengingat sebelumnya anak ini berdiam di perutnya dan hari ini anaknya telah ada dalam dekapannya. Liliane mengusap punggung bayinya dengan lembut. Bayi perempuan itu bergerak secara naluriah mencari puting susu Ibunya. Liliane merasa takjub kembali saat bayinya mulai menyusu.

Baru sekitar 10 menit menyusui Liliane merasakan perutnya kembali nyeri seperti sebelum bayi perempuannya lahir.

"Aaaarrgh...perutku sakit lagi." jeritnya.

William segera dilanda kepanikan. Ia mendekat pada Liliane dan membelai kening istrinya.

"Dokter, apa yang terjadi?" pekiknya.

"Tenanglah my Lord. Hal ini wajar. Her ladyship mengalami kontraksi lagi karena kalian akan memiliki seorang bayi lagi."

Seorang perawat mengambil bayi perempuan itu dari pelukan Liliane. Sedang perawat yang lain kembali mengikat pergelangan tangan Liliane pada kepala ranjang.

"Apa maksudmu?"

"Kalian akan memiliki bayi kembar."

Mata emerald Will membulat takjub. Ia menoleh pada Liliane seolah meminta pendapat. Tapi Liliane sudah tak dapat berpikir selain merasakan kesakitan yang rasanya lebih hebat dari kontraksi pada kelahiran pertama.

Liliane menangis. "Aku tak tahan." rintihnya.

"Kumohon, berjuanglah sekali lagi." bisik William di telinganya.

Dengan usaha yang lebih keras suara tangis bayi kedua terdengar kembali. Kali ini Liliane sudah benar-benar bernapas lega. Perutnya sudah tidak nyeri. Setelah ikatan tangannya dilepas Ia segera meraba perutnya yang sudah rata untuk memastikan tak ada bayi lagi yang tertinggal.

Perawat segera merawat luka dan sisa darah di jalan lahir Liliane sedangkan perawat yang satu lagi membersihkan bayi yang baru lahir.

"Terima kasih." bisik William di telinga Liliane.

"Selamat My Lord kalian memiliki bayi kembar yang sehat. Si bungsu adalah seorang lord yang tampan."

William menyatukan keningnya dan istrinya. Ia menitikkan air mata. Liliane mengelus punggung suaminya dengan sayang.

"Tuhan telah menunjukkan keadilannya." bisiknya pada William.

Entah siapa yang memulai mereka berpelukan lalu menangis dalam rasa haru yang sama. Hingga seorang perawat berdehem. Saat mereka sudah melepas pelukan, kedua perawat segera meletakkan para bayi di dada Ibu mereka untuk menyusu.

Be His Countess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang