Liliane terbangun dengan suaminya William Huntley berbaring di sebelahnya. Rasanya aneh sekaligus menyenangkan, menakutkan sekaligus membahagiakan. Liliane tak berani menyentuh. Hanya puas dengan memandangi wajah itu saja. Siapa tahu kesenangan ini hanya akan berlangsung sekejap saja. Maka dari itu Liliane ingin merekam wajah suaminya dalam otaknya, lalu disimpan untuk dirinya sendiri.
Will mengerjap, Menggeliat. Liliane segera menutup mata, pura-pura masih tertidur. Liliane merasakan telapak tangan kokoh itu membelai pipinya. Liliane membuka mata. Mata Emerald William begitu indah. Dan pria itu tersenyum, prianya.
"Kau sudah bangun?"
"Ya." Liliane pura-pura menguap.
"Apa yang akan kau lakukan hari ini?"
Liliane mengangkat bahu. "Hmm...entahlah. Mungkin bermain dengan si kembar."
"Bagaimana jika kita berempat jalan-jalan ke hyde park. Akan sangat menyenangkan."
"Kurasa itu ide yang bagus. Kuharap hari ini cerah."
Suara tangis bayi membuat Liliane segera keluar dari nyamannya pelukan Will. Lord Christ terbangun rupanya. Liliane segera mengenakan gaun tidurnya lalu mendekati buah hatinya itu. Ia meraih Christoper untuk disusui. Tak berapa lama Lily kecil juga ikut menangis. William yang telah memakai celana piyamanya segera menggendong bayi cantik itu. Bergantian liliane menyusui kedua bayinya. Baru kali ini William menemaninya menyusui para bayi. Liliane menangkap kilat-kilat takjub di mata suaminya.
3 bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk menyadari sebuah perasaan. 3 bulan adalah waktu yang singkat untuk kenangan-kenangan yang membahagiakan. Mereka saling berbagi cerita, merawat anak-anak, berkuda, berjalan-jalan, menghadiri pesta, dan bercinta.
Tapi kata-kata yang ditunggu Liliane tidak juga terucap dari mulut suaminya. Setiap sentuhan dari sang earl yang diterimanya sama sekali tak tertambat kata cinta di dalamnya. Hingga terkadang Liliane sendiri yang ingin berteriak, mengatakan bahwa dia mencintai seorang William Huntley. 2 kata yang lebih ditunggunya pun tak kunjung diucapkan. 'Jangan pergi' andai William mengucapkan itu.
Hingga hari ini tiba.
"My Lady...apakah anda yakin akan pergi?" Charlotte bersimpuh di depan majikannya yang tengah duduk di ranjang. Tangannya menggenggam erat tangan sang Lady. Air mata tak henti mengalir darinya sejak semalam.
"Ya Charlotte. Kontrak pernikahan kami telah berakhir hari ini. Aku dan Lily harus pergi. Sekali lagi, kuharap kau dan Nanny Loraine menjaga Christoper dengan baik. Dia harus tumbuh menjadi gentleman sejati seperti Papanya."
Liliane mencoba tegar. Walau dalam hati kecilnya ia sedang menangis meraung."My lady...aku...aku ikut dengan anda saja."
"Tidak Charlotte, kau harus tetap disini. Christ akan membutuhkanmu."
Charlotte mengangguk. Ia menghapus lelehan air matanya yang tak terbendung.
"Kau sudah membereskan semua barangku dan Lily? Segeralah letakkan semua di kereta. Aku akan berpamitan pada Will setelah ia pulang."
"Sudah, my Lady."
"Bagus. Tutuplah jendela, angin berhembus lumayan kencang sejak kemarin. Aku akan menunggu Will di perpustakaan saja."
"Baik, my lady"
Liliane segera meninggalkan kamarnya. Ia akan ke perpustakaan. Ia ingin menghabiskan waktu dengan membaca sampai Will tiba. Menurut informasi Mr. Cooper --sekretaris William, jadwal lord Hamsford hari ini adalah meninjau perkebunan anggur dan pabrik wine. Jadi mungkin suaminya akan pulang lebih siang atau bahkan sore.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be His Countess (END)
Ficción histórica#7 in Historical Fiction (9.11.17) #4 in Historical Fiction (17.11.17) Liliane Green seorang gadis penjual bunga. Pertemuannya dengan William Huntley, Earl of Hamsford awalnya biasa saja layaknya seorang pembeli dan pedagang biasa. Seringnya sang ea...