Kehidupan :Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi ke depannya, apakah baik atau buruk. Takdir itu hanya suatu ketetapan yang sudah ada namun bisa di ubah asal kita berusaha.
PRILLY A.
Pagi ini kulewati hari dengan penuh senyuman. Kenapa harus bersedih saat kau masih di berikan kesempatan untuk hidup di dunia, meskipun dengan segala keterbatasan yang kita miliki haruslah kita bersyukur atas apa yang di berikan Allah, cobaan itu hanya untuk menguji kita apakah kita akan tetap bertawakal atau malah menyerah. Seperti hidupku yang dulu sangat bahagia namun karena sebuah insiden aku harus terpisah dengan suami dan keenam anakku. Namun aku tidak ingin terlalu bersedih akan hal itu. Sudah 5 tahun kami terpisah oleh takdir namun aku masih memiliki penyemangat hidup yaitu putra kecilku Liand yang dari tadi sudah berteriak teriak ingin pergi ke sekolah.
"Bunda. Ayo berangkat hari ini Liand ga mau telat. Katanya banyak mainan dari kota yang di bawa pak Guru. Bunda ayo.
"Iya-iya bentar bunda pake Hijab dulu, nah ayo kita berangkat gantengnya bunda. Tapi ingat pulang sekolah langsung pulang jangan keluyuran ke hutan seperti kemarin.
"Siap bunda. Let's go. "ucapnya sambil berlari.
Kami menyusuri jalan setapak menuju sekolah yang berada di atas bukit, sekolah yang sangat kecil dan hanya ada beberapa ruang kelas dan murid yang sangat sedikit. Bisa di bilang dari Tk sampai kelas 6 hanya ada 35 murid saja. Setiap kelasnya hanya di isi 5 orang. Tapi bagi penduduk desa ini mempunyai sekolah sudah merupakan anugerah tersendiri karena anak-anak mereka tidak perlu lagi menempuh jarak 5-6 kilometer ke sekolah terdekat.
Desa yang kutinggali berada di daerah terpencil di area hutan konservasi yang jarak dengan kota terdekat sekitar 7-8 jam. Itu pun dengan jalan yang sangat terjal dan jika hujan deras turun akses jalan itu bakal hilang terendam banjir sehingga sudah sangat sering desa kami terisolir dari dunia luar, dan juga tidak ada listrik sama sekali. Tapi Alhamdulillah kami masih bisa mendapatkan air bersih dan sumber pangan di sini sangat lebih dari cukup, penduduk desa ini hanya 200 orang. Jumlah yang sangat sedikit karena banyak anak muda yang lebih senang memantau ke kota dan tidak kembali lagi ke desa ini.
"Bundaa. Ih ngelamun lagi, ayo cepetan Liand udah tidak sabar. "katanya sambil berteriak.
"Iya, sebentar kamu itu jalannya kecepetan, bunda ketinggalan deh." ucapku yang membuat dia berjalan ke arahku dan menggandeng tanganku.
"Bunda capek ya? Maaf kalau Liand maksa bunda dari tadi, Liand janji ga bakal gitu lagi, "ucapnya sambil menunduk.
"Ga apa-apa kok. Bunda paham perasaan Liand, nanti kalau bunda punya uang lebih bunda beliin mainan buat Liand ya," ucapku yang di balas gelengan darinya.
"Ga usah bunda, mending uang itu di tabung supaya kita bisa segera bertemu ayah ama kakak, kakek dan nenek. Bunda kangen kan sama mereka, Liand sering liat bunda menangis waktu sholat. Jadi Liand ga mau bikin bunda tambah sedih dengan permintaan Liand yang aneh-aneh, "ucapnya sambil tersenyum.
"Udah ayo jalan lagi, bentar lagi sampai."kataku sambil menuntun Liand yang selalu tersenyum tanpa memiliki beban padahal dia selalu ingin bertemu dengan Ayah dan kakak-kakaknya.
Kami sampai di sekolah, terlihat banyak yang mengerubungi kepala sekolah, beberapa anak terlihat membawa mainan terbaru yang ada di kota, aku dan Liand mendekati mereka, namun kepala sekolah melihat kami sedih yang membuatku heran.
"Kenapa pak? Kok anda melihat kami seperti itu, "tanyaku pada kepala sekolah yang usianya baru sekitar 20 tahunan.
"Maaf ya Liand, mainannya sudah habis, waktu perjalanan pulang ke sini motor yang kak Andi tumpangi sempat terkena banjir dan beberapa mainan itu terbawa arus dan hanya sisa 34 saja. Tapi kak Andi janji kalau ke kota lagi, kakak akan bawa mainan buat kamu. "ucapnya sambil mengelus rambut Liand.
"Liand, ini kamu ambil saja punya kakak, ya meskipun boneka tapi buat kamu saja." kata putri anak tetanggaku yang sekarang masuk kelas 6 sd.
"Ndak usah kak, kaput simpan saja, lagi pula kaput sudah pengen mainan itu sejak lama bukan. Liand bisa tunggu lagi tahun depan ya kan bunda, ka Andi. Tanyanya sambil tersenyum meskipun aku tau dia sedih.
"Emm.. Bunda ayo pulang, hari ini kan libur, lagi pula Liand udah janji mau bantu bunda di kebun. "ucapnya sambil menarik tanganku.
"Andi, kakak permisi dulu. Mari bapak, ibu semua saya permisi dulu Assalamualaikum.
"Waalaikumsalam" balas mereka semua.
Sepanjang perjalanan pulang Liand hanya diam tidak lagi ceria seperti tadi, tapi setiap kali aku tanya dia selalu bilang baik-baik saja. Anak ini memang sangat jarang ingin berbagi kesedihan dengan orang lain, Sesampainya di rumah sudah ada ina atau lebih tepatnya nenek Ina yang menyambut kami, dia adalah wanita yang menolongku dan sudah kuanggap ibu sendiri.
"Sudah pulang. Kok cepat sekali, Liand dapat mainan apa, tunjukin ke nenek. "Tanyanya yang di balas gelengan kepala oleh Liand.
"Liand telat datangnya, jadi mainannya keburu habis, mungkin tahun depan Liand harus datang lebih pagi, bunda, nenek Liand ke kamar dulu ya." ucapnya sambil mencium pipiku dan Ina.
"Nak, Liand kenapa? Bohong kalau hanya dia datang telat terus tidak mendapat mainan. Andi tidak pernah membeda - bedakan siapapun?
"Andi kena musibah waktu pulang ke sini dan beberapa mainan yang dia bawa hanyut terbawa banjir, ya jadi Liand tidak mendapatkan mainannya.
"Kasian Liand, padahal dia sudah sangat berharap dari tahun lalu dan sekarang harus menunggu lagi. Coba deh kalau nanti kita ke kota kita beli mainan buat dia, eh tapi tadi ibu liat ada Maung ama Maing di dekat jendela. Tumben mereka datang. "kata bi Ina kemudian terdengar suara tawa dari kamar Liand.
Aku pun bergegas ke kamar Liand dan benar saja kulihat Maung, Maing beserta 2 anak mereka sedang bermain bersama Liand, kalau kalian mengira mereka itu kucing yang lucu dan menggemaskan kalian salah, Maung dan keluarganya adalah harimau putih yang ada di hutan konservasi dan sering bermain dengan Liand.
"Bunda geli. Maung ama yang lainnya mau ngajak Liand main boleh ya bunda, cuman di halaman kok. Boleh ya, "pintanya padaku.
"Boleh. Tapi jangan sampai malam, kasian petugasnya nyari mereka kalau main sama kamu.
"Makasih bunda, ayo Maung, Maing kita main." katanya dan naik ke punggung harimau itu dan mereka langsung melesat keluar rumah menuju halaman yang tidak lain adalah hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allegria family NV
Hayran KurguNo sinopsis masih sama seperti yang dulu karakternya hanya yang membuat Ali dan Prilly berpisah bukan karena Kdrt, ya baca aja