2 tahun kemudian...
Kau tahu kenaikan kelas? Ya. Aku baru saja melewatinya. Hari ini hari pertama kami masuk sekolah setelah libur selama kurang lebih 4 minggu. Lama? memang. Hal itu adalah hal kedua yang paling menyenangkan dari sekolah. Pertama? Bertemu teman - teman.Aku melirik jam tangan berwarna cokelat yang sedang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Lagi - lagi aku mengingat Ibuku. Ah, sudah sekitar dua tahun aku tidak bertemu dengannya. Ibu, aku rindu padamu...
Aku melirik gadis kecil yang ada di sebelahku. Tentu saja, ia sebaya denganku. Aku berdoa dalam hati, semoga aku tidak lagi sekelas dengannya. Aku bosan bertemu dengannya terus menerus. Di rumah saja bertemunya, sudah lebih dari cukup diriku ini menderita karena sikap dan tingkah lakunya. Ya. Dia Reyna, Reyna Janetta.
*
Aku melangkahkan kakiku lebih cepat dan lebih lebar dari langkah kaki Reyna. Memang sejak kami turun dari mobil, ada pertengkaran kecil di antara kami, hanya karena ketika aku menutup pintu, Reyna belum benar - benar keluar dari mobil, sehingga tas pink barunya yang bergambar barbie itu tersangkut di pintu mobil. Mirisnya, Reyna tidak tahu dan mobil pun berjalan. Untung saja Reyna tidak terseret - seret mobil. Tapi, kalau terseret juga tidak apa - apa, sih. Hahaha. Jahatnya diriku.
Dan sekarang, Reyna sedang mengejarku. Tadi ketika kami sampai di koridor, aku tak sengaja menginjak flat shoes barunya hingga sedikit kotor di bagian ujungnya. Beberapa umpatan dia serukan tepat di telingaku. Tetapi semua murid - murid yang sedang bercengkrama di sepanjang koridor juga mendengarnya, sehingga kami mendadak jadi pusat perhatian.
Sesekali aku menengok ke belakang, melihat sudah sejauh manakah Reyna berjalan. Tapi tetap saja, Reyna berjalan dengan santainya. Hmmm... lebih tepatnya, dengan gaya sok anggunnya. Percuma saja dari tadi aku sudah menguras tenaga hingga berkeringat tapi ternyata dia sama sekali tidak mengejarku.
Aku menengok ke belakang sekali lagi, Reyna sedang melambai - lambaikan tangan ke arah salah satu jendela kelas yang ia lewati. Bak seorang putri raja yang sedang berjalan di kerumunan rakyat - rakyatnya, ia melemparkan senyuman angkuhnya ke semua orang yang ada di koridor. Aku bergidik geli melihatnya. Tapi aku terus menerus melihat kelakuannya sampai akhirnya aku bertabrakan dengan seseorang. Wangi parfumnya yang menyengat langsung memasuki kedua lubang hidungku. Sungguh, aku benar - benar tak suka wangi parfum yang berlebihan.
"Hei! Kalau jalan, tolong hati - hati," katanya.
"Iya iya!" sahutku cuek, tapi dengan nada kesal.Tapi tiba - tiba... Aku langsung berlari sekuat tenaga saking malunya.
Bisa - bisanya aku bersikap seperti itu pada orang yang baru saja aku tabrak? Padahal itu salahku. Haduh, dimana letak urat maluku?
***
“Rara, ayo cepat siap – siap!” seru Ayah.
“Kita mau kemana, Ayah?” tanyaku sambil menggenggam jari – jari lembut Ayah.
“Ke Flory Swimming Pool,” jawab Ayah sambil melirik ke arah jam tangannya.
“Asyik!” seruku. Aku menggenggam tangan Ayah lebih erat sampai akhirnya...
“Daddy! Kita jadi pergi, kan?” Reyna datang dengan wajah cerianya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Axelandra
أدب المراهقينAdakah yang tertarik untuk membaca kisah seorang gadis kecil bernama Axelandra? Tak usah panjang lebar lagi. Hmm, bagaimana kalau kalian langsung membacanya? Copyright © 2014 by syaapiraa