04. Keadaan Antara Dua Sisi

4.3K 483 45
                                    

"Yoon Ji, bangunlah. Sudah jam setengah tujuh. Kau harus sekolah,"
Sudah tiga kali sang nenek mengetuk pintu kamar yang ter-kunci, namun tak kunjung mendengar deheman dari cucu-nya itu. Hingga,

"Hm."

Gadis itu berdehem. Yoon Ji memang tipikal orang yang tak dapat ber-bicara. Namun, berguman kata 'hm', 'eung', 'eoh', tertawa, dan menangis, masih dapat di jangkau oleh-nya.

Sang nenek mengangguk. Menandakan, bahwa cucu-nya telah sadar dari alam mimpi. "Cepat mandi dan bersiap-siap." Perintahnya sekali lagi, sebelum pergi dari tempat itu.

Di dalam, Yoon Ji tak kunjung bangun dari tempat tidur. Kepalanya sedikit pusing. Namun, gadis itu menggeleng kepala agar rasa pusing cepat menghilang.

***

"Kau, baik-baik saja?"

Selama sarapan, Yoon Ji selalu menunduk, entah apa yang ia lakukan. Sang nenek merasa khawatir, takut terjadi apa-apa. Rasanya, gadis itu seperti menahan sesuatu.

"Nak, kau tak apa?"

Yoon Ji mendongak kepala, lalu tersenyum. Ia menggeleng, tanda bahwa gadis itu baik-baik saja. Sang nenek menghela nafas lega.

"Jika terjadi sesuatu, katakan saja pada nenek. Nenek akan mendengar cerita mu dan memberi jalan keluar." Sambil mengunyah, sang nenek memberi nasihat.

Lanjut sang nenek, "Oh ya, maaf nenek baru bertanya sekarang. Bagaimana sekolah mu? Semua teman mu, baik, kan?"

Yoon Ji menghentikan acara makan sejenak. Mendengar kata 'baik', wanita itu tak tahu, harus menjawab apa. Yoon Ji menelan saliva secara perlahan sembari mengangguk. Kemudian, ia tersenyum dan melanjutkan sarapan.

"Bagus kalau begitu. Berbaik-lah pada semua teman mu. Jika kau melakukan kebaikan pada teman, maka teman itu akan melakukan hal yang sama pada mu. Percaya-lah pada nenek." Sang nenek tersenyum senang, dan dibalas oleh cucu-nya.

'Aku harap juga begitu.'

***

Sudah satu minggu Yoon Ji sekolah. Ia melangkah dengan ekspresi yang biasa, tak senang juga tak sedih.

Seperti biasa, sebelum masuk kelas, ia menuju gudang sekolah. Entah satu minggu ini, kursi-meja nya selalu hilang begitu ia masuk kelas. Maka dari itu, ia sudah terbiasa akan hal tersebut. Yoon Ji juga tak tahu siapa yang melakukan-nya. Jika wanita itu bertanya lagi, pasti jawaban-nya adalah 'tak tahu' atau 'aku tak melihatnya'.

Wanita itu berjalan sembari mengangkat kursi-meja. Berat? Sepertinya. Namun, wanita itu tak akan menyerah sampai kapan pun. Kuncinya adalah, sabar. Pada akhirnya, ia sampai.

Disisi lain,

"Hey, kau sudah mengerjakan tugas Bahasa Inggris? Aku ingin menyalin tugas mu." Park Ji Hoon, pria itu sibuk mengutat buku sembari bertanya pada Dae Hwi, pria yang duduk di depan-nya.

"Sudah. Tapi, sebagian aku mengasal. Aku malas mengartikan kalimat-nya. Toh, Mister itu tak akan membaca satu-per satu saat memeriksa." Jelas Dae Hwi. Ia berbicara dengan mudah-nya. Bagaimana jika Mister itu membaca semua-nya?

Ji Hoon ber-guman, "Dasar pemalas."

Setelah itu, pertanyaan beralih pada teman sebangku.

"Bae Jin Young, kau sudah mengerjakan tugas Bahasa Inggris? Aku ingin menyalin tugas mu."

Pria yang sibuk pada game online tak menggubris pertanyaan Ji Hoon. Hingga,

"Bae Jin Young!" Ji Hoon menepuk bahu Jin Young cukup keras. Barulah, pria itu sadar sembari meringis.

My First and Last || Wanna One ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang