13. Karena Shin Yoon Ji

3.9K 375 204
                                    

A.N.
Seperti biasa. Setel lagu ballad atau paling sedih alurnya saat membaca cerita ini. Pilih adegan yang menurut kalian cocok untuk diberi backsound.

Happy reading, guys!

.
.

.
.

***

"Park Ji Hoon?" Jin Young terpaku. Ia tak tahu harus berkata apa. Masalah sudah di depan mata bahkan lebih dekat. "A-Apa yang kau lakukan di sini?"

Ji Hoon mengelak. "Harusnya aku yang bertanya. Mengapa kau berada di sini? Kau habis bertemu dengan siapa, huh? Aku melihatmu mengantar seseorang tadi." Pemuda itu tersenyum.

Pemuda 'Bae mengerutkan kening. Ternyata Ji Hoon tak tahu apa-apa. Pria rambut pirang menghela napas. "Ah, dia itu sepupu ku. Sebelumnya kami berbincang perihal masalah keluarga. Kau sendiri sedang apa di sini?" Jin Young ikut senyum meski kebohongan tengah berlangsung. Yang ditanya menunjuk bangunan besar di seberang. "Hanya jalan biasa. Aku habis dari gedung seberang."

Ji Hoon kembali berkata. "Bagaimana kalau kita bicara di tempat yang lebih nyaman? Seperti puncak Namsan?" Jin Young mengangguk. Mereka berjalan menuju puncak Namsan. Jaraknya tak terlalu jauh.

Suasana ketinggian dengan hiasan gembok di bagian tepi. Jin Young melihat beberapa gembok sedang Ji Hoon tengah menatap kota Seoul dari puncak Namsan. "Aku tak menyangka bahwa Seoul seindah ini."

Jin Young tengah melihat gembok pun beralih pandangan. Ia menatap sang sahabat sekarang. Senyumnya mengembang lagi. "Benar." Ia berjalan menuju bangku yang tersedia.

Ji Hoon pun duduk di sebelah Jin Young. "Untukmu. Tadi kita membeli bersama saat perjalanan ke sini, kan?"

Yang diberi segelas kaleng soda, segera meraih lalu meminumnya. "Terima kasih." Ucap Jin Young.

Hening. Sebenarnya banyak yang ingin Ji Hoon katakan. Hanya saja ia membutuhkan waktu agar semua berjalan lancar. Mereka meneguk minuman satu sama lain, menatap langit malam sembari membalut khayalan masing-masing.

"Aku tengah menghadapi banyak masalah hari ini." Ji Hoon menatap lurus sembari berkata.

Pemuda di sebelahnya pun menoleh, penasaran akan perkataan barusan. "Benarkah? Kalau kau ingin cerita, silakan saja."

Ji Hoon menatap Jin Young sekilas. "Seseorang telah mengkhianatiku. Ia membuatku marah, tapi aku tak ingin marah sekarang."

Sedikit, Ji Hoon tersenyum kecil. 'Mungkin sesaat lagi.' Batinnya.

Jin Young mengangguk mengerti. "Memang siapa yang mengkhianatimu?"

Yang ditanya menoleh. Ia menatap Jin Young dalam. "Tentu saja teman dekat. Dia menyukai wanita yang aku benci." Ji Hoon tersenyum lagi lalu beralih pandangan.

Jin Young berpikir sejenak. Ia menetralisir apa yang temannya katakan barusan. "Maksudmu apa?"

Ji Hoon menatap temannya yang kesekian kali. Ia menghela napas. "Tepat jam delapan malam, aku sampai di hotel seberang restaurant yang kau kunjungi. Membosankan sekali berpesta dengan gaya formalitas. Hanya kurang lebih satu satu jam aku bertahan di sana. Diam-diam aku keluar dari keramaian menuju restaurant di seberang hotel. Aku memilih tempat paling atas. Awalnya aku termenung hingga pandangan ku menangkap salah pengunjung di sana. Ia tengah menembak seorang wanita. Dan yang lebih parah lagi, pria itu memilih wanita yang aku benci." Ucapnya sarkastik.

My First and Last || Wanna One ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang