26. Permintaan Terakhir

733 102 56
                                    

Permintaan tersebut benar-benar dikabulkan.

Butuh waktu hampir satu bulan untuk menyiapkan semuanya.

Ya, semuanya.

Sewa gedung, undangan kepada teman sekelas beserta pekerja penting sekolah, membawa pihak butik ke rumah sakit untuk fitting baju, dan masih banyak lagi.

Lalu siapakah yang menyelesaikan segenap rencana?

Awalnya Ji Hoon sendiri.

Tapi sedikit demi sedikit, kerabat bahkan Nenek Shin yang diberi tahu pun akhirnya membantu.

Sampai detik-detik akhir persiapan ....

Guan Lin juga turun tangan. Bahkan lelaki itu sempat mengomel lantaran tidak ada yang mengabarkan soal ini. Dia tahu dari Nenek Shin karena gelagat aneh akhir-akhir ini.

Bagusnya adalah; karena acara tersebut, hubungan Ji Hoon dan Guan Lin mulai pulih --jarang sekali terjadi perdebatan di antara mereka. Begitu nyaman untuk dilihat.

"Kalian sudah memiliki setelan masing-masing, kan? Masalahnya besok acara dimulai."

Semua mengangguk dengan pertanyaan Ji Hoon yang bergema sekitar aula gedung. Kini lima orang tengah berkumpul setelah pulang sekolah, bertepatan di lokasi acara. Di antaranya Ji Hoon sendiri, Jin Young, Dae Hwi, Guan Lin, dan Yong Jin.

"Lalu bagaimana denganmu? Sudah memiliki setelan atau belum?"

Sambil melipat kedua tangan, Guan Lin bertanya balik. Yang ditanya langsung membalas tanpa mengangguk atau apapun.

"Saat memilih gaun untuk Yoon Ji, sekalian aku pilih setelan untuk diriku sendiri."

Rapat kecil-kecilan terus berlanjut hingga pukul sembilan malam. Semua telah siap, tinggal menunggu jalannya acara esok hari. Satu per satu meninggalkan gedung menuju rumah masing-masing.

Hanya tersisa dua orang di sana. Ji Hoon yang menunggu kedatangan mobil pribadi, Guan Lin pun sebaliknya. Sama-sama berdiri di tangga depan gedung dengan luar biasa awkward. Tidak ada yang berani mengangkat pembicaraan di antara keduanya.

Satu mobil datang, ternyata milik pemuda 'Lai. Ji Hoon tersenyum canggung sebagai perpisahan malam ini, Guan Lin malah mendekat.

Layaknya tersengat listrik, manusia tinggi itu menyeringai tipis dengan kedua tangan yang terlipat lagi. Sekian lama berdiam diri, akhirnya ia mengangkat suara.

"Semangat untuk esok hari ... demi membahagiakan Shin Yoon Ji, malaikat kita. Hubungi aku jika kau butuh bantuan. Aku pulang dulu, Ji Hoon."

Mengangguk kaku, lalu menerima high five dari temannya. Anak itu sungguh tidak dapat berkata-kata akibat saluran semangat beberapa detik silam. Hanya sedikit yang diresponnya yakni, "Y-Ya, terima kasih. Hati-hati di jalan."

***

Tamu undangan mulai berdatangan menuju aula gedung. Semua berbalut pakaian pesta secara formal, yaitu laki-laki dengan jas yang elegan serta perempuan dengan dress yang dikenakan.

Beberapa murid terlihat kagum akan dekorasi mewah berasal dari arsitek yang Ji Hoon sewa dua minggu lalu. Pasti bayarannya sangat mahal, pemuda itu serius tidak memikirkan biaya dan lain-lain untuk acara seperti ini.

My First and Last || Wanna One ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang