3 ) Sayang

1.3K 99 13
                                    

VOTE DULU SEBELUM MEMBACANYA! HARGAI KARYA PENULIS!

SUARA gitar akustik menggema di salah satu ruangan. Ditemani dengan suara merdu, not-not keyboard dan suara bass gitar.

Mereka berempat fokus kepada aktivitas mereka.

Randy dengan keyboard milik sekolah tersebut.

Yohanes dengan gitar bassnya.

Rina dengan suara merdunya.

Olivia dengan gitar akustiknya.

"Percaya aku ta'kan kemana-mana, aku kan s'lalu ada. Temanin hingga hari tua," nyanyi Rina dengan suara merdu yang sangat pas.

"Percaya aku ta'kan kemana-mana, setia akan kujaga. Kita teman bahagia," nyanyi Rina kembali ditemani suara gitar dan keyboard.

"Eh ntar, ulang-ulang," intruksi Olivia sambil menggengam tangannya.

"Diulang?" tanya Randy sambil menaikan satu alisnya.

"Ini keknya lagunya nggak pas heh, ganti lagi coba," ucap Olivia.

"Maunya lagu apa?" tanya Rina sambil mengambil botol minumnya di lantai dan menegukkannya.

"Ganti lagu yang agak galau gimana?" pendapat Yohanes sambil mengangkat tangannya.

"Jangan! Gimana lagunya Hi-vi? Yang Remaja?" pendapat Olivia.

"Heis susah itu bassnya," balas Yohanes.

"Kalau lagu Hailee Steinfeld?" tanya Randy.

"Yang mana?" tanya Rina sambil meletakkan botol minumannya kembali di lantai.

"Starving," ucap Randy.

"Boleh tuh bagus juga, jangan lagu teman bahagia," ucap Olivia.

"Emangnya kenapa?" tanya Rina bingung.

Nggak tau liriknya.

"Malas aja, sering dengar." bohong Olivia. Seperti kata lain di hati, lain di mulut.

"Oh gitu, ya sudahlah lagu itu." ucap Rina.

Olivia langsung mengetik kunci gitar lagu Starving tersebut di laptop.

Mereka berempat tengah berada di ruang musik milik sekolahnya. Mereka di sini karena mereka akan menampilkan sebuah acara untuk kelulusan kakak kelas mereka 6 bulan lagi.

Lama? Iya, sangat lama. Mereka menyiapkan jauh-jauh hari karena mereka akan memberikan penampilan yang sempurna.

Di luar sana, Devan tengah bersama kelima temannya.

1. Steve Radyna Putra ; sang ketua OSIS yang maha pemalas.

2. Mario Mahendra ; anak OSIS juga yang sama pemalasnya dengan Steve.

3. Hezekiel Grefo ; playboy kelas kakap.

4. Alvaro James ; Pria tampan dan dewasa.

5. Christofel William ; Cool Boy.

Mereka berenam tengah berada di lapangan basket. Devan mengoperkan bolanya kepada Mario.

"Travelling," teriak Jeje dan Mario langsung melepaskan bolanya begitu saja.

Setelah itu Devan mengambil bolanya dan mulai memantulkan bolanya ke tanah.

Tak lama, mereka menyudahi permainan basket mereka karena mereka tidak meminta izin kepada guru olahraga karena telah memakai bola bakset milik sekolah.

Devan yang awalnya menunggu Olivia sedang latihan menuju ke arah ruang musik.

Di luar ruang musik, Devan melihat Olivia tengah fokus kepada gitar akustiknya dan Devan tersenyum.

Gimana nggak tambah sayang sama doi? Doinya makin hari makin cakep heh.

Devan langsung masuk ke dalam ruang musik dan mereka semua terkejut melihatnya termasuk Olivia.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Rina sinis.

Rina memang tidak suka dan termasuk membenci Devan.

Mengapa? Karena waktu dulu, Devan pernah mengerjai Rina dengan memasukkan kecebong ke dalam botol minumnya dan Rina menjerit ketika melihatnya dan Olivia pun memberitahu Rina kalau Devanlah yang melakukannya.

Jadi begitulah Rina tidak menyukai Devan.

"Santai dong mbak, ehehe. Sudah kah Liv?" tanya Devan kepada Olivia.

"Sebentar, sebentar. Masih sibuk nih, lo main basket dulu sana sama teman-teman lo," ucap Olivia dan Devan mengindikan bahunya dan meninggalkan ruangan tersebut.

"Lo betah amat Liv sama Devan, nggak bosan apa?" tanya Yohanes.

"Mana mungkinlah gue bosan sama sahabat sendiri," ucap Olivia dan mulai memasang kunci gitar.

Sedangkan di luar sana, Devan menemui Jeje dan Alvaro yang masih berada di parkiran.

"Lo nggak pulang, Dev?" tanya Alvaro sambil memasangkan helmnya.

"Nggak, nunggui doi." ucap Devan sambil duduk santai di motornya.

"Btw gue mau kasih saran nih, lo napa sih nggak tembak tuh si Oliv? Lo kan ada rasa sama dia, tembak aja Dev," saran Alvaro.

"Nah benar tuh. . . Sebelum gue gebet, lumayan," ucap Jeje dan mendapat pelototan tajam dari Devan.

"Bukan gitu nah maksud gue. . . Gue maunya kita TTM, why? Karena gue nggak mau kalau kita putus terus kita jauhan, kan lo berdua tahu kalau gue sama dia sahabatan dari zaman embrio," ujar Devan.

"Mata kam zaman embrio," ujar Jeje sambil menjitak kepala Devan.

Sedangkan Devan hanya terkekeh dan mulai meninggalkan mereka dan pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar.

**

A/n : Jangan lupa divote!

What a Feeling【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang