▪ Extra Chapter ▪

933 34 0
                                    

VOTE DULU SEBELUM MEMBACANYA! HARGAI KARYA PENULIS!

DEVAN merasa kalau dirinya gagal memperjuangi kariernya selama ini. Selama bekerja sebagai ceo di perusahaan Papanya di Australia. Ia bekerja keras untuk menikahi Olivia di kemudian hari, dan selama bekerja keras itu. Ia benar-benar tidak memainkan handphone dan sosial media sejenisnya.

Dan akhirnya ia senang ketika Cavan mengundangnya dalam acara pernikahannya dan tentunya ada Olivia di sana.

Tetapi harapannya pupus, ketika ia tidak sengaja berpapasan dengan Olivia. Olivia kabur begitu saja dari hadapannya.

Devan sangat bingung akan sikap Olivia yang berbeda 6 tahun yang lalu.

Dulu dimana dia setiap hari, atau bisa dibilang setiap jam bertemu Olivia.

Sekarang, ia bertemu Olivia sangat susah.

Ia mengunjungi rumah orang-tua Olivia dan mengatakan Olivia tidak tinggal di situ lagi, melainkan pergi keluar kota.

Saat ini, Devan sedang berada di Ibukota Indonesia, Jakarta. Saat ini ia sedang mengadakan rapat penting dengan petinggi bisnis perusahaan.

"Kita juga sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan terkenal, seperti vin.id, wei.com, dan yang lain sebagainya,"

Devan tidak terlalu memfokuskan perhatiannya kepada presentator yang memberikan penjelasan.

"Demikian presentasi saya hari ini, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih,"

Devan memberikan tepuk tangan tanpa ikhlas dan akhirnya mereka semua keluar dari ruangan tersebut.

"Bagaimana pak, apakah bapak mau bekerja sama dengan perusahaan ini?" tanya salah seorang asisten pribadinya.

"Nanti saya pikirkan terlebih dahulu, cek semua keuangan milik kita dan cek semua tentang keuntungan kita jika kita bekerja sama dengan perusahaan ini," ucap Devan.

Asisten pribadinya tersebut menganggukkan kepalanya dan mereka berjalan bersama-sama menuju mobil mereka.

Di dalam mobil, Devan lagi-lagi memikirkan Olivia. Semenjak 4 bulan setelah pernikahan Cavan dan Rina, ia tidak menemukan Olivia kembali.

Devan sempat mampir ke sebuah restoran ternama di Jakarta dan memesan hot coffee yang biasa ia nikmati.

Devlia Shofee Eudora (DSE)

Nama restoran tersebut yang menyajikan beberapa menu makanan dan Devan hanya memesan hot coffee. Sedangkan asistennya sudah memesan beberapa menu makanan dan minuman.

Devan menegukkan hot coffeenya sambil merenungkan nasibnya.

"Pak, kenapa bapak?" tanya asisten pribadinya yang bernama Revan.

"Oh, saya? Saya tidak-papa," elak Devan.

"Bapak sepertinya banyak pikiran, kenapa pak? Kalau bisa bapak boleh kok berbagi cerita dengan saya," ujar Revan merasa tak enak dengan atasnya tersebut yang selalu melamun.

"Jadi gini Revan, saya dulu punya teman. Teman saya ini dari kecil sampai SMA dekat sekali," ucap Devan.

"Wah Pak, berarti dekat banget dong? Lanjut pak," ucap Revan.

What a Feeling【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang