23 ) Tragedi Pelukan

462 26 7
                                    

VOTE DULU SEBELUM MEMBACANYA! HARGAI KARYA PENULIS!

MALAM kali ini Devan menelepon seseorang di balkon rumahnya.

"Jadi gini ya Fi, gue sudah dapat orang yang bisa ngebantu kita untuk ngelunasin utang-utang mami lo dari paman lo," ucap Devan.

"Siapa Dev? Aku mau ketemu sama orangnya," balas Iffy.

"Papaku ada kenalan sama orang Manado, nanti besok kita ke sana," ucap Devan.

"Benaran? Oke besok pulang sekolah ya," ucap Iffy.

"Tapi besok kan Oliv sama gue Fi pulangnya, jadi gimana? Dia ikut atau nggak?" tanya Devan.

"Dev, jangan sampai ada orang tahu soal ini, kan aku sudah kasih tahu kamu. Besok kamu antar Olivia dulu baru kita ketemu sama orang itu," ucap Iffy.

"Oke Fi, besok ya jangan lupa," ucap Devan.

"Oke Dev," balas Iffy.

**

Pagi harinya mereka kembali ke sekolah, setelah berada di sekolah Devan dan Iffy memasuki kelasnya.

Devan segera menuju ke gerombolan kawannya di ujung kelasnya. Ia segera mengambil kursi dan duduk.

"Woy temanin gue pang beli kado untuk sepupu gue, . . Gue nggak ngerti soal cewek gitu, temanin dong please," ucap Jeje kepada mereka.

"Yey, beliin aja sempak bekas dari tong sampah, apa susahnya?" ucap Steve.

"Sekarepmu dewe nak," ucap Cavan sambil asyik ke handphonenya.

"Cav, temanin gue cav. Lo kan pintar kalau soal cewek," ucap Jeje memohon.

"Sorry for sorry Je, gue hari ini ada janji sama Rina, maaf," ucap Cavan menolak secara halus.

"Yey tau pasangan baru, bantu gue dong," ucap Jeje.

"Lo sama Oliv aja, kan lo dekat juga sama Oliv," usul Christofel yang terdiam sedari tadi.

"Benar tuh, sama Oliv aja sudah, pilihan terakhir lo," ucap Alvaro.

"Nggak ah, malas gue sama dia," ucap Jeje.

"Kenapa lo? Biasanya gece kalau sama Oliv, kan bisa ngegame sama dia," ujar Devan.

"Bukan apa, sudah 3 hari dia belum ngirim tanknya buat gue, sampai hari ini nggak ada dikirimnya," ucap Jeje.

"Mungkin aja dia lupa," ucap Alvaro.

"Sudahlah lo sama Oliv aja, daripada lo malah ngikuti saran gue?" ujar Steve.

"Ya ya yasudah," ujar Jeje pasrah.

**

Devan dan Iffy tengah berada di sebuah restoran bersama seorang pria yang berumur 40 tahun.

"Jadi bagaimana nak Iffy? Mau tidak bekerja di perusahaan saya?" ujar pria tersebut.

"Mau pak mau banget, tapi saya bekerja sebagai apa pak?" tanya Iffy.

"Anda, . . Saya tugaskan sebagai asisten dari manajer saya," ucap Pria tersebut.

"Benaran pak?" tanya Iffy tidak percaya. Devan tersenyum melihat Iffy bahagia tak main mendengarnya.

"Iya, bagaimana?" ujar pria tersebut.

"Saya mau pak, mau banget," ucap Iffy bahagia sambil menyalami pria dan tersenyum kepada Devan.

Setelah pria tersebut keluar dari restoran, Iffy reflek memeluk Devan karena saking bahagia.

Meluk aja kok, nggak lebih :) [Author's Note]

"Makasih Dev, kamu baik banget sumpah," ucap Iffy kepada Devan.

"Iya sama-sama," ucap Devan sambil membalas pelukan dari Iffy.

Di ujung restoran, seorang perempuan tengah menatapi mereka dengan tatapan bingung.

"Je, mereka pacaran? Kok mereka nggak bilang-bilang sama gue ya?" ujar Olivia sambil menunjuk mereka.

Jeje yang mendengarnya mencari orang yang dimaksud Olivia.

"Siapa Liv?" ujar Jeje sambil menelusuri pandangannya.

"Itu nah Je, di sana. Devan sama Iffy lagi pelukan," ucap Olivia sambil menunjuk kembali mereka.

"Wah mereka pelukan, nggak mungkin itu Liv, aduh besok harus minta utang nih," ucap Jeje menatap tak setuju.

"Woy, lo jadi nggak beliin gue makan?" ujar Olivia sambil berjalan memesan makanan.

"Ye ye ye, jadi," ucap Jeje sambil pergi menuju Olivia.

**

A/n : VOTE!

What a Feeling【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang