2 ) Kejahilan

1.4K 114 16
                                    

VOTE DULU SEBELUM MEMBACANYA! HARGAI KARYA PENULIS!

DEVAN memainkan bolpoinnya di atas sebuah kertas dan mencoret-coret kertas tersebut sebagai cakarannya.

Biar dia termasuk Bad Boy, dia juga termasuk anak pintar di kelasnya. Makanya banyak yang terpesona dengan dia.

Bagaimana tidak? Wajah tampan mirip Zayn Malik, pintar, bisa main basket, main gitar pun bisa.

Tapi sayangnya dia tak bisa dimiliki.

Devan tetap fokus pada pelajaran Matematika kali ini. Tak lama sebuah tangan usil menggelitik lehernya yang membuat dia menjadi geli.

"We anjing jangan gelitikin, setan memang!" ujar Devan tetap fokus kepada tugasnya.

"Sut... Sut... Bagi jawaban," ujar Steve yang berada di belakangnya. Devan yang mendengarnya menatap malas ke arah Steve dan berusaha tenang.

"Lo tuh nggak ada usahanya samsek yey. Ntar, . . . Gue masih ngerjain nomor 19, satu nomor lagi selesai," ucap Devan sambil kembali fokus mengerjakan tugasnya.

Kring... Kring...

"Gak usah deh, sudah jam pulang. Bye Dev, wuaha," ujar Steve sambil membereskan bukunya dan segera pergi ke keluar kelas.

Devan hanya berdecak kesal dan membereskan barang-barangnya.

Setelah itu, Devan berjalan santai ke arah kelas Jeje.

Bukan untuk menemui Jeje

Tetapi seseorang.

Ia melihat Jeje keluar dari kelasnya bersama Rina di sebelahnya dan di belakang Jeje dan Rina terdapat seseorang yang dicarinya.

"Lo ngapain di belakang mereka berdua? Jadi nyamuk tuh dosa bodat," ujar Devan kepada gadis tersebut.

"Ya in," balas Olivia, gadis yang dimaksud tersebut. Devan langsung menarik tangan Olivia.

Olivia mengikuti Devan yang mengajaknya ke parkiran dan tentunya mereka akan pulang bersama.

Setiap hari mereka akan pulang bersama. Biasanya kalau pagi mereka akan berangkat bersama, tetapi semenjak orang-tua Devan pergi keluar negeri. Orang-tua Devan menyuruhnya untuk mengantar Devin, adik Devan yang menginjak sekolah menengah pertama.

Dan orang-tua Devan menyuruhnya untuk mengambil cuti menjemput Olivia untuk berangkat sekolah, kecuali kalau pulang bersama.

Setelah mereka berdua di atas motor, motor Devan melaju menuju daerah perumahaan miliknya dan Olivia.

Di pertengahan jalan, Devan membuat onar lagi dengan cara mengerem mendadak secara tiba-tiba, menggoda tante-tante, dan usil mengerjai anak-anak kecil yang lewat dengan menendang bokongnya yang merupakan tontonan keseharian Olivia.

Olivia sampai tak habis pikir dengan Devan. Papa Devan yang baik, tegas dan bijaksana malah berbanding terbalik dengan Devan yang bandel 100%.

Sesampai di depan rumah Olivia, Olivia turun dari motor Devan.

"Makasih untuk kesekian kalinya Dev, lo mau masuk atau nggak?" tanya Olivia

"Yey biasanya gue asal masuk aja. Nanti ah, gue mau balik dulu, mau ganti baju. Ntar malam baru ke sini," ujar Devan dan setelah itu meninggalkan pekarangan rumah Olivia.

Devan, Devan. Lo tuh memang sahabat ternyebelin gue.

**

A/n : jangan lupa di vote!

What a Feeling【✓】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang