BUNGA sakura sedang mekar. Keindahan taman di pinggir jalan membuat pengunjung semakin mempesona. Seolah-olah lupa dengan masalah yang ada.
Gunung Fuji menjadi pemandangan indah di pagi dan sore hari dari apartemen milik Hari. Tapi sayang. Hari telah tergelatak di tempat tidur rumah sakit. Kondisinya semakin parah. Dokter di Jepang tak mampu untuk merawatnya. Para koleganya kebingungan mencari dokter yang bisa merawatnya. Semua rumah sakit di Jepang angkat tangan.
Media internasional selalu mengikuti perjalanannya. Namun para koleganya belum memberikan informasi kepada Perdana Menteri Spanyol tentang kondisi Hari.
Tapi berita media internasional sudah menyebar ke seluruh dunia. Ada yang memberitakan bahwa kondisi Hari sedang dalam darurat. Ada juga yang memberitakan bahwa Hari tak bisa diselamatkan dari luka tusukan.
Nami yang menyaksikan dari Indonesia tak bisa berbuat apa-apa. Begitu juga dengan keluarganya. Pesantren milik Pak Kiai melakukan doa bersama. Dunia barat semakin memanas-manasi keadaan melalui media. Mereka menyebut pejuang moral dunia sedang dalam bahaya. Tak ada yang dapat membantunya.
Tak lama kemudian. Koleganya mendapat informasi dari Perdana Menteri untuk menjemput Hari kembali ke Spanyol. Mereka tak memberi tahu media yang terus mengikutinya.
Hari masih belum sadar. Tak bisa berkomentar. Pengamanan semakin ketat di rumah sakit itu. Dokter-dokter hebat Jepang berjejer mendampinginya. Perdana Menteri bersama dokter pribadinya sudah menuju Jepang menjemput Hari.
Media internasional terlihat sibuk mengabadikan foto Hari. Meskipun larangan pengambilan foto sudah dilakukan oleh pihak rumah sakit. Tapi pihak keamanan tetap saja kecolongan.
Dokter bersama tim keamanan memindahkan posisi Hari. Sehingga tak bisa dijamah oleh media. Dokter dan kolega Hari sedang melarikan Hari ke helyped yang ada di atas gedung rumah sakit itu.
Sedangkan Perdana Menteri sudah menunggu di helyped bersama dokter pribadinya. Hari langsung diterbangkan dengan helikopter.
***
Sebulan kemudian. Hari kembali pulih dari sakitnya. Normal kembali seperti sedia kala. Dia kembali bertugas.
Perdana Menteri Spanyol kembali menugaskan ke Jepang. Misi untuk merubah negeri belum usai di negeri sakura itu. Masih banyak yang harus dibenahi.
Seperti biasa. Kembali ke apartemen yang sama. Bertemu kembali dengan kolega-koleganya. Bertugas kembali dengan bersama. Menyisir daerah yang rawan menjadi tempat transaksi penjualan manusia.
Media internasional kembali memberitakan kesembuhan Hari. Seorang pejuang moralitas dunia. Penghancur kejahatan wanita dan penjualan manusia hingga pemerkosaan yang merajalela.
Wajahnya kembali muncul di layar kaca, koran dan majalah internasional. Media barat kembali membuat ulah. Membuat headline news bahwa pejuang moralitas dunia mengalami geger otak. Sehingga tak bisa bertugas dengan sempurna. Entah darimana media itu mendapat informasi. Tiba-tiba memberitakan yang belum jelas.
Hari menjadi pahlawan baru yang berjuang menegakkan kebebasan perempuan. Sejak itu. Fitnah pun mengalir seperti derasnya aliran sungai. Tak henti-hentinya. Krisis kepercayaan mulai terjadi. Koleganya mulai tak percaya dengan idenya. Ada yang menganggap bahwa dirinya sudah gila. Tidak normal lagi.
Dunia mulai tak percaya dengan dirinya. Fotonya terpampang dimana-mana. Siaran televisi selalu mengulas tentang kejelekannya. Misinya menjadi pejuang moral adalah mencari popularitas. Ingin dikenal oleh dunia. Tak banyak yang mulai mengklaim bahwa yang dilakukannya adalah misi untuk mengamankan teroris internasional.
Media kembali menulis. Kali ini headline news nya berbeda dengan sebelumnya yang memberitakan Hari geger otak. Sehingga ucapannya tak bisa dipercaya.
Media itu menulis bahwa Hari adalah antek negara asing. Pengaman teroris internasional. Media memfitnah melalui latar belakang pendidikannya yang dari pondok pesantren. Media menyimpulkan bahwa lulusan pesantren seperti Hari adalah teroris. Ilmu yang didapat di pesantren untuk melatih teroris kelas kakap.
Negara asing lainnya mendesak Pemerintah Spanyol menghentikan misi Hari. Desakan itu membuat Spanyol semakin kesulitan mengambil sebuah keputusan. Memang melalui pemberitaan media yang super kacau membuat Perdana Menteri Spanyol tak percaya kepada Hari.
Masalah itu berlangsung ganyeng dan tak terhindarkan dari gencaran media. Tak ada penyelesaian masalahnya. Media tak henti-hentinya menyerang Hari. Peristiwa penyelamatan dari kasus percobaan penjualan manusia pun diangkat. Tapi tidak sesuai dengan fakta dan realitanya. Media menyebutkan bahwa aku diselamatkan Hari karena ingin mencari nama di mata dunia.
Aku mulai mengikuti beritanya. Sedangkan Kelamun selalu menjelek-jelakkan Hari.
"Kamu tahu, Embun? Sebentar lagi Hari akan dipecat menjadi petugas moralitas dunia. Setelah itu, Hari akan mendekam di penjara," Kelamun memberikan sebuah koran padaku.
"Kamu belum tahu siapa Hari. Jadi tolong jangan sebut-sebut namanya lagi. Hari bukan seperti itu," aku membela.
"Bukan seperti itu bagaimana. Bukan teroris maksud kamu?" Kelamun memotong bicaraku.
"Hei, kalau punya mulut dijaga. Sejak kapan kamu tahu Hari itu seorang teroris. Kamu dapat bukti apa?" tanyaku kembali dengan kesal.
Kami terus bedebat waktu itu. Kelamun selalu mencari salah Hari. Tujuannya supaya aku juga ikut membenci. Tidak percaya dengan pekerjaannya. Lalu aku kembali mencinta Kelamun.
"Teroris itu bersarang dari pesantren. Salah satunya Hari yang menjadi buktinya. Apa masih kurang?"
"Jika kamu bilang pesantren adalah sarang teroris. Maka kamu perlu belajar lagi bagaimana kehidupan pesantren itu."
Desakan negara asing pun sudah tak terbendung lagi kepada Pemerintah Spanyol. Dalam hari itu Hari harus dipecat dan dimasukkan ke penjara. Karena telah melakukan kejahatan internasional.
Perdana Menteri pun memecat Hari. Menarik dari tugasnya di Jepang. Hari dimasukkan ke penjara di Spanyol. Karir Hari menjadi kandas. Misi kemanusiaan menjadi bubar. Tak berguna lagi. Tak ada yang mempercayainya. Media menyerangnya habis-habisan. Kini dia mendekam di jeruji besi lantaran fitnah dunia yang keji.
"Kamu sudah lihat berita pagi ini, Embun?" tanya Kelamun.
"Belum, nanti akan kubaca," jawabku singkat.
"Hari sudah dipecat. Dan, sekarang sudah masuk penjara. Benar kan kataku waktu itu?"
Aku langsung mencari dan membaca berita. Ternyata benar adanya yang dibilang Kelamun. Hari sudah dipecat. Sekarang di penjara juga. Aku kehilangan fokus. Tak bisa berbuat apa-apa. Sementara Kelamun tertawa mendengar berita.
"Aku akan kembali ke Indonesia."
"Tidak perlu lagi kamu membela Hari, Embun. Sudahlah. Itu hanya cerita lama. Jepang ini tempat kita berdua. Bukan Indonesia. Kembalikan barang-barang kamu ini!"
"Jangan halangi aku. Aku akan pulang sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi Yang Dirindukan (REVISI)
Dla nastolatków《| Amazing cover by: Fauzi Ade Firdaus |》 Siapa yang akan mendapatkan Embun? Hari atau Kelamun. Atau tidak kedua-duanya. Lalu bagaimana nasib Nami yang selalu makan hati ketika melihat Embun bermesraan dengan Hari. Lalu bagaimana dengan cita-cita Em...