AKU menyambut kedatangan Nami, "Welcome first lady Spanyol? I have meet you. I miss you so much."
Nami memelukku sambil cepika-cepiki, "Wah, thank you so much first lady Japan. I miss you so much. How are you doing? Aku kangen sekali sama kamu. Emmuach."
Nami senang bisa bertemu kembali dengan aku. Sudah seminggu kami berpisah. Tapi Nami belum juga mengetahui kalau aku gagal pergi ke Japan.
Kami bercerita sambil membuka oleh-oleh yang dibawa Nami. Nami memberi kejutan padaku. Dia memberikan titipan Hari dari Spanyol.
"Taaraaa ......! Ayo, ini titipan Hari untuk princess Embun," Nami menunjukkan padaku.
Nami belum tahu apa isi titipan Hari. Tak tahu juga titipan itu untuk siapa. Untuk Nami atau untukku. Tapi Nami berpikir bahwa hadiah itu untukku. Tanpa disuruh oleh Nami. Aku langsung membukannya.
Mungkin karena terlalu penasaran dengan hadiah dari Hari itu. Padahal hadiah itu surprise untuk Nami yang berkunjung ke Cordoba. Hari mencoba menunjukkan perasaannya melalui hadiah.
Aku mengira bahwa ini hadiah kedua yang diberikan Hari. Tapi perkiraanku salah. Bukan hadiah untuk aku yang diterima. Tapi hadiah yang menyasar.
"Maksudnya apa ini, Nami. Kamu pamer kalau kamu di sana bersama Hari. Oh, itu tujuan kamu memberikan ini ke aku?" aku kecewa dengan Nami.
Aku melihat satu persatu hadiah foto perjalanan Nami dan Hari. Ada yang berpose romantis sedang berduaan. Ada juga foto Hari yang sedang memegang tangan Nami. Tak ada yang sendirian dalam album foto itu. Semuanya yang berpose berdua.
Aku marah dengan Nami. Belum dijawab Nami. Aku mengomel sambil menangis.
"Tega sekali kamu, Nami. Aku nggak pernah menyakitimu seperti ini. Apa salahku?"
Nami bingung melihat isi titipan Hari.
"Aku bisa jelaskan, Embun. Kamu salah paham."
"Nggak ada yang perlu dijelaskan, Nami. Ternyata itu sifat aslimu. Baru tahu aku kalau kamu seperti itu."
Aku langsung pergi meninggalkan. Nami berusaha menghalangi. Tapi aku langsung pergi. Wajah marahku sangat terlihat.
Aku lari sambil menangis. Nami mencoba menghalangi. Tapi tak berhasil. Bahkan Nami hanya mendapat kata-kata kasar dariku. Nami tak peduli dengan ucapan kasar yang menyakiti hatinya. Nami terus menghalangi.
Dia berusaha untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Foto-foto itu akan dijelaskan satu per satu kepadaku. Aku tetap tak mau. Terus saja pergi.
Berbagai alasan dibuat oleh Nami. Tetap tak berhasil. Hanya caci dan maki yang kuberikan pada Nami. Aku menghentikan jalanku.
"Asal kamu tahu, Nami. Membunuh secara terang-terangan lebih terhormat daripada sembunyi-sembunyi dibalik selimut."
Nami juga mulai emosi. Terlalu kasar cacian dan makian dariku. Nami sudah naik pitam. Tapi masih saja ditahnnya. Dia berharap aku mendengarkan penjelasannya. Tapi aku tidak memberikan kesempatan bicara kepada Nami.
Aku berkata kasar lagi, "Dasar kamu teman yang nggak tahu diri. Tega kamu memperlakukan aku seperti itu."
Nami menangis. Tak tahan dengan kata-kata kasar Nami. Cacian sudah terlalu menyakiti hati Nami. Tak bisa dibendung lagi. Semua kata-kata kasar dan kotor sudah diucapkan kepada Nami.
Sekarang giliran Nami yang marah, "Tolong jaga mulut, Embun. Aku bukan orang yang nggak tahu diri seperti kamu. Nggak kegatalan melihat cowok. Bukan juga orang butuh ketajiran dan ketampanan. Kita beda, Embun."
Aku juga tak mau kalah. Aku membalas kata-kata Nami. Hanya saja tak ada bukti dan kebenarannya. Hanya mengedepankan emosi dan cemburu buta.
Suara kasar terus didengar Nami. Nami berusaha menghentikan cacianku.
"Stop Embun! Cukup kamu mencaci aku."
Nami melanjutkan bicaranya, "Mungkin kamu adalah orang yang nggak tahu diri. Keras kepala. Nggak pernah mau mendengarkan orang lain. Apalagi menghargai perasaan orang. Kamu tahu Embun. Hari sangat mencintaimu. Bahkan melebihi dari apapun. Dia rela memberi sebuah cincin permata yang hanya diberikan kepada perempuan yang akan dia nikahi. Tapi kamu sudah mendapatkannya dari seorang lelaki yang baik. Tapi kamu nggak tahu diri, Embun. Kamu egois. Masih saja mau didekati oleh lelaki lain. Apakah kamu seorang perempuan yang matre atau kegatalan?"
Kali ini aku terdiam. Berusaha mendengarkan marahnya Nami. Tak sedikit pun bisa aku sanggah. Mungkin aku mulai sadar dengan ucapan Nami. Kasar, tapi memiliki makna. Aku tertunduk mendengarkan ucapan Nami.
Nami mulai menjelaskan tentang foto, "Kamu benar-benar orang yang menyia-nyiakan Hari. Sekarang memang dia sudah mengetahui kalau kamu didekati oleh Kelamun. Lelaki kaya dan ganteng. Tidak seperti Hari yang hanya seorang pengejar beasiswa."
Aku curiga bahwa Nami sudah menceritakan tentang Kelamun kepada Hari.
"Oh, hebat. Dapat hadiah liburan ke Cordoba hanya untuk mengadu domba. Luar biasa."
Aku mengira Nami yang menceritakan rahasia ku. Suasana semakin tegang.
" Mengadu domba? Luar bisa. Dengarkan baik-baik, Embun. Hari mengetahui kamu dekat dengan Kelamun. Sudah dari dulu. Jika kamu sadar tentu kamu masih mengingatnya ketika pulang dari acara KTT dulu. Dalam perjalanan menuju pondok pesantren. Itulah awal Hari mengetahui rahasiamu. Aku nggak ada mengadu domba kalian. Menyebut namamu saja aku nggak pernah. Apalagi menjelek-jelekkan kamu di depan Hari."
Aku terdiam sesaat, "Ok. Fine. Sekarang mending kamu pergi jauh-jauh dari kehidupanku. Jangan coba-coba menyakiti hati orang lain."
Mendengar ucapan itu. Nami langsung pergi meninggalkan aku. Nami merasa bersalah. Dia menangis sepanjang jalan. Menyesali pertemuannya dengan Hari di Cordoba. Padahal mereka berdua belum ada hubungan apa-apa. Tapi hubungan persahabatan putus gara-gara dua nama. Hari dan Kelamun.
Nami berpikir siapa yang harus disalahkan. Dua lelaki itu atau dirinya. Atau aku yang sedang cemburu buta.
Dia serba salah menghadapi masalah itu. Jika berkata jujur, kalau Nami juga mecintai Hari. Maka alu tak akan percaya dengan perkataan Nami. Semua akan sia-sia. Padahal Nami sudah mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
Hubungan kami berdua sudah retak. Nama Nami hanya seorang pembual dalam kehidupan baru ku. Dia hanya sebagai orang yang tak berarti bagiku. Hanya menjadi penyebab masalah. Persahabatan kami pun bubar setelah liburan itu.
Tak ada lagi yang namanya teman, sahabat. Kini sudah berubah menjadi orang yang saling tak mengenal.
![](https://img.wattpad.com/cover/112412072-288-k981520.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi Yang Dirindukan (REVISI)
Roman pour Adolescents《| Amazing cover by: Fauzi Ade Firdaus |》 Siapa yang akan mendapatkan Embun? Hari atau Kelamun. Atau tidak kedua-duanya. Lalu bagaimana nasib Nami yang selalu makan hati ketika melihat Embun bermesraan dengan Hari. Lalu bagaimana dengan cita-cita Em...