17. Bitch

10.6K 528 5
                                    

"Revan tunggu!!!" Revan memutar bola matanya.

"Li, lo duluan aja ke RS takutnya Prilly keburu sadar. Biar dia gw yang urus." Ucap Revan yang langsung membuat Ali berlalu.

"Loh Ali? Kamu mau kemana?"

"Tadi lo manggil gw sekarang lo manggil Ali, jadi sebenernya yang mau lo panggil siapa sih?"

"Eh sorry, gw manggil lo kok."

"Yaudah duduk!" Ucap Revan yang sudah kembali duduk di tempat yang tadi ia duduki bersama Ali.

"Revan lo apa kabar?" Revan kembali memutar bola mata sebenarnya malas meladeni wanita ini apalagi ia adalah penyebab persahabatannya dan Ali hancur.

"Ga usah basa-basi, to the point aja!"

"Ih Revan, lo gimana sih? Kita udah 2 tahun loh ga ketemu emang lo ga kangen apa sama gw?"

"Ga ada manfaatnya gw kangen sama lo." Ucap Revan santai.

"Lo kok jadi nyebelin sih? Lo masih sakit hati karena gw tolak waktu itu? Atau lo masih ga bisa move on dari gw?"

"PD gila lo jadi cewek! Heh denger ya Ranita, gw tau dulu gw cinta mati sama lo tapi sekarang engga! Mungkin dulu gw khilaf karena pernah mencintai seorang perempuan yang kelakuannya ga lebih dari seorang jalang kayak lo!" Ucap Revan sembari menunjuk wajah Ranita yang terlihat marah.

"Heh maksud lo apa nyamain gw sama jalang?"

"Lo pikir gw ga tau kelakuan lo selama ini? Lo pikir gw ga tau kalo lo rela ngelakuin segala hal demi mendapatkan Ali? Bahkan lo sampe pura-pura pingsan demi dapet nafas buatan dari Ali?" Ranita tersentak kaget saat Revan tau semua yang ia lakukan.

"Gimana? Apa itu belum cukup untuk ngebuktiin kalo lo ga lebih dari seorang jalang?" Ucap Revan sembari tersenyum kecut.

"Gw bukan..."

"Santai Ranita, ga usah teriak kayak gitu. Gw tau lo artis, kalo lo lanjutin ucapan lo tadi gw yakin infotainment bakal heboh. Lo mau reputasi lo sebagai artis jatuh? So, ga usah teriak bikin malu tau ga?" Ranita hanya mampu menggeram kesal mendengar ucapan Revan.

"Kenapa? Lo mau marah? Marah aja! Tapi sorry, gw ga bisa dengerin amarah lo sekarang karena gw punya urusan yang lebih penting dari ini. So, gw pergi dulu. See you next time, bitch!" Ucap Revan dan berlalu meninggalkan Ranita yang kini benar-benar marah padanya.

****

Ceklek...

Bau obat-obatan terasa begitu menyengat saat Ali membuka pintu ruangan ini. Perlahan Ali mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan ini, ia duduk di kursi tepat di samping ranjang pasien. Ya, Ali saat ini tengah berada di rumah sakit tepatnya di ruang inap Prilly.

"Bie... ini aku Ali." Ucap Ali pelan sembari menggenggam tangan Prilly erat.

"Kamu kenapa bisa kayak gini sih?" Ali terus saja berbicara walaupun ia tahu bahwa Prilly tak akan merespon karena mungkin obat dari dokter masih bekerja.

****

"Enghhh..." Ali terbangun dari tidurnya saat ia merasa ada tangan halus yang mengelus rambutnya lembut.

"Eh maaf, kamu risih ya ada yang elus kepala makannya jadi ke bangun gini?"

"Ck. Kamu apaan sih? Harusnya aku yang minta maaf sama kamu, kan tadinya aku mau nunggu sampe kamu bangun eh tapi aku malah ketiduran." Ucap Ali menyesal.

My Lovely FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang