6. Lake Of April

10.7K 614 3
                                    

Suara tawa menggema di sebuah tempat yang indah. Menandakan bahwa ada sebuah kebahagiaan disana.

"Abang udah ampun... janji deh ga akan ngeledekin lagi, tapi udah yah stop kelitikinnya!" Ucap Prilly dengan nada memohon dan nafas yang masih tak beraturan.

"Yaudah iya, aku berhenti, tapi awas aja kalo kamu ngeledekin aku lagi."

Ya Ali dan Prilly masih disana, ditempat indah favorit Ali dan suara tawa itu berasal dari mereka.

"Bang selfie yuk?" Ajak Prilly setelah ia berhasil menetralkan nafasnya.

"Ayo deh!"

Pertemuan yang singkat bukanlah tolak ukur bagi sebuah kenyamanan. Begitu pun yang dirasakan oleh Ali dan Prilly.
Terbukti usai selfie tadi mereka duduk di bawah pohon dan Ali dengan santainya menarik pelan kepala Prilly untuk disandarkan di dada bidangnya, tak ada penolakkan dari Prilly yang ada hanya rasa gugup,senang, dan nyaman.

"Oh iya aku baru inget, tadi kan kata mama yang nganterin handphone sama barang aku yang lain itu Gisel. Tapi kok aku ga liat dia yah tadi di rumah?" Ucap Prilly dengan posisi yang masih sama.

"Oh itu. Tadi kan waktu kamu lagi di kamar, Gisel dateng terus ketemu mama kamu. Ga sampe 10 menit dia udah pulang lagi." Terang Ali.

"Oh... eh tapi kok dia bisa tau alamat rumah aku? Padahal aku belum pernah ngasih tau alamat rumah aku sama dia." Prilly mengerutkan dahinya heran.

"Tadi dia WA aku, nanyain kita lagi dimana yaudah aku jawab aja kalo kita mau ke rumah kamu. Terus dia nanyain alamat rumah kamu juga dan ya aku kasih tau aja." Jelas Ali.

"Oh gitu, tapi aku kesel ah sama dia. Masa dia pulang ga pamit dulu sama aku." Ali terkekeh dan mengusap lembut rambut Prilly.

"Gisel nya lagi buru-buru makannya dia cepet banget pulangnya." Balas Ali dengan tangan yang masih mengelus rambut Prilly.

"Oh... eh bang aku boleh nanya lagi ga?" Tanya Prilly hati-hati, takut jika idolanya itu risih karena dia yang terlalu sering bertanya.

"Tanya aja, selama aku masih bisa jawab pasti aku jawab kok!"

"Gimana sih awalnya abang bisa nemuin tempat ini?"

"Oh itu. Jadi gini..." Ali bangkit dari duduknya lalu berjalan ke tepi danau dan memulai ceritanya.

* flashback on *

Disini Ali sekarang, ditempat rekreasi yang indah. Tempat pelampiasan kakaknya saat jenuh.

Banyak orang mulai berdatangan ke tempat itu,hingga membuat Ali berjalan ke tepi danau dan menaiki sampan yang telah tersedia disana. Bukan tanpa maksud ia seperti ini, hanya saja ia terlalu takut ada orang yang mengenalinya. Bukan terlalu percaya diri namun itu kenyataan. Saat Ali pergi ke suatu tempat selalu saja ada yang mengenalinya, hingga akhirnya Ali tidak dapat pulang cepat dan malah berujung jumpa fans dadakan.

Bukan Ali tak bersyukur karena banyak orang yang mengenalnya. Ali bersyukur bahkan sangat bersyukur! Karena itu adalah salah satu impiannya, tapi Ali juga manusia biasa. Terkadang ia juga bisa merasa jenuh dengan ini semua, ia tidak bebas bertingkah, tidak bebas pergi kemana saja seperti saat ini. Tapi Ali sadar ini adalah pilihannya, menjadi aktor adalah cita-citanya dan Ali juga harus menerima semua konsekuensinya.

Akhirnya Ali sampai di tepi danau itu. Entahlah Ali tak tau sekarang ia harus kemana yang jelas ia hanya mengikuti langkah kakinya saja. Hingga akhirnya tanpa disadari Ali masuk ke dalam sebuah hutan. Ali menghentikan langkahnya saat silau cahaya matahari terlihat di depannya.

My Lovely FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang