Cinta Yang Telah Pergi... (Bagian 2)

821 51 20
                                    


Di dini hari, sesuai dengan niatku, aku akan shalat istikharah untuk menentukan pilihan hidupku.

Yah... mungkin bukan hanya hidupku, tapi juga hidup seluruh keluargaku.
Aku pun memulai shalat serta berdo’a kepada Allah.

Selesai shalat, aku masuk ke kamar. Adzan subuh berkumandang kurang lebih masih dua jam lagi. Aku mencoba memejamkan mata dan berharap agar aku bisa menemukan petunjuk melalui mimpi. Tak lama kemudian, aku pun benar-benar tertidur.

Sekarang, aku seperti berada di tempat yang sangat gelap. Di tempat itu, aku baru saja terbangun karena mendengar suara seorang pria yang sepertinya aku kenal.

"Jannah, bangunlah. Adzan subuh sudah berkumandang. Bangunlah, wahai bidadariku…" ucap suara pria itu. Aku tak bisa menerka-nerka, suara siapakah itu? Aku tak bisa melihat wujud orang itu karena suasananya yang sangat gelap.

Aku lalu terbangun dari alam mimpi. Aku melihat sekeliling kamarku. Aku juga mendengarkan suara adzan yang baru saja selesai berkumandang. Rupanya memang benar, ini sudah waktunya untuk menunaikan ibadah shalat subuh. Aku berjalan keluar kamar untuk menjalankan shalat subuh serta berdo’a kepada Allah.

Selesai shalat subuh, aku pun kembali masuk ke kamar. Aku merebahkan tubuh dan berpikir mengenai mimpi itu.

"Siapa dia? Apakah itu Ricky? Ah, rasanya itu tak mungkin. Lagipula aku tak tahu apakah dia mencintaiku atau tidak," Aku berbicara sendiri di dalam kamar. Mungkin seperti orang gila.

"Atau mungkin dia Rudi ya? Ah, entahlah. Ini benar-benar membingungkan…"

"Mungkin aku memang harus menghapus semua perasaanku terhadap Ricky…"

*****

Setelah beberapa hari aku shalat istikharah, aku tak juga menemukan petunjuk yang berarti. Hanya mimpi yang sama, yang menghampiriku setiap malam. Aku tak mengerti.

Mungkin memang benar bahwa jawaban dari shalat istikharahku adalah Rudi. Lagipula, Ricky sama sekali tak menghubungiku. Ia menghilang bagaikan ditelan bumi. Namun, jujur saja, sampai saat ini aku tak bisa menghapus perasaan ini sedikitpun terhadapnya. Padahal aku telah tersakiti karenanya, namun aku tak bisa menghilangkan perasaan itu.

Inilah yang membuatku semakin tak mengerti. Padahal, saat ini aku tak sedang berpihak kepada siapapun. Meskipun saat ini aku mencintai Ricky, aku tak akan mengingkari takdir jika nantinya aku berjodoh dengan Rudi.

Saat ini, keluarga Rudi kembali datang ke rumah untuk membicarakan perjodohan. Aku telah menyetujui perjodohan ini melalui berbagai pertimbangan.

Aku pikir Rudi adalah anak yang baik dan sholeh. Jadi, insyaAllah ia bisa menjadi imam yang baik untuk keluargaku kelak.

Pembicaraan mengenai perjodohan telah usai. Tanggal dan tempat pun telah ditetapkan. Tak lama lagi, aku akan melepas masa kesendirian ini.

Di tengah-tengah suasana santai, handphoneku pun menerima pesan whatsapp.

Tak disangka, tak diduga, rupanya Ricky kembali menghubungiku. Aku sedikit terperanjat membacanya.

From: Ricky

Assalamu’alaikum Jannah.

Begitulah isi pesannya. Aku diam sejenak. Tanganku bergetar. Aku mencoba untuk membalas pesannya dengan tenang.

Wa’alaikumsalam.

Begitulah isi pesan balasanku. Tak lama kemudian, ia pun membalas lagi.

From: Ricky

Bagaimana kabarmu?

Begitulah isi pesan balasannya. Aku pun kembali membalasnya.

The Most Beautiful MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang