07 || Bermalam

81 17 7
                                    

"Dulu, aku senang pamer kalau kita saling cinta. Tapi setelah tau satu hal, bahkan aku malu untuk mengakui kau tidak hanya jatuh cinta padaku," - Naaila

***

"Iya, halo??"

'Hahahahahah,' aku menatap layar ponselku heran, kenapa dia tertawa?? Apa yang lucu??

"Kenapa??"

'Ternyata suaramu lucu juga,'

Ya Tuhan aku yakin pipiku memerah sekarang. Sebelumnya, mana ada yang bilang suaraku lucu.

"Lucu dari mana?? Perasaan tadi biasa saja,"

'Pokoknya aku suka suara kamu,'

"Hm iya iya terserah kamu saja, ada apa menelfonku??"

'oh iya aku sendirian dirumah, apa kamu mau kerumahku??'

Aku melirik jam, dan ini hampir jam setengah sepuluh malam. Apa dia gila? Memintaku ke rumahnya malam-malam seperti ini??

Lagipun tugasku belum selesai. Ahhh, apa yang harus aku jawab padanya??

"Emmm, gimana ya??"

'Kumohon ya?? Aku takut sendirian di rumah,' aku terkekeh mendengar suaranya. Nada bicaranya begitu menggemaskan kurasa.

"Baiklah, tapi jemput aku ya,"

'Oke, ditunggu jemputannya ya sayang.'

Aku melepas tawaku, panggilan itu ternyata sedikit terdengar asing. Dia mematikan telfonnya dan aku memandangi kontak linenya dulu sebelum beranjak untuk mengganti baju.

Aku membereskan buku lalu aku masukkan ke dalam tas, aku akan mengerjakannya nanti di rumah Kalingga. Aku mengembangkan senyumku, membayangkan apa yang nanti akan aku lakukan dengannya.

Ah benar juga, apa yang harus aku lakukan nanti? Sebentar... Dia tadi bilang kalau dia sendirian?

Eh, apa berarti nanti kita hanya berdua?? Di rumah Kalingga yang sebesar itu? Wahhh, dia sedikit tidak waras. Bagaimana jika aku khilaf nanti??

Aku mengacak-ngacak rambutku, lalu aku terduduk. Aku mengangkat tanganku di depan dada dan berdoa pada Tuhan agar nanti tidak ada sesuatu yang aneh di rumah Kalingga. Jangan sampai aku...

Astaga! Naai kau gila. Untuk apa aku berpikiran seperti itu?? Dia tidak mungkin menyentuhku, lagi pula dia masih punya Remi.

Aissh, kenapa aku punya pikiran seperti itu?? Lagi pun aku tidak akan terbuai dengan apa yang akan dia lakukan. Setelah menormalkan kembali jalan pikiranku, aku berdiri dan melanjutkan kegiatanku tadi.

Ting tong
Ting tong

Dia datang, aku segera berlari menuju pintu. Aku menyelipkan rambutku ke belakang telingaku sebelum membuka pintu. Aku cukup terkejut saat dia tiba-tiba masuk dan langsung menutup pintu apartku.

"Ada apa??" tanyaku heran.

"Ada Remi," jawabnya dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Hah? Benarkah??" aku bertanya lagi dan dia hanya mengangguk.

Semenit kemudian ponsel Kalingga mengeluarkan bunyi, kami sama-sama melirik dan ternyata ada panggilan dari Remi.

"Angkat saja," kataku saat melihat raut wajah Kalingga berubah.

"Halo... Kenapa??... Aku di rumah temen... Temen kuliah... Aksa, emang kenapa??... Kau di wilayah sini juga??... Bertemu??... Ah maaf aku harus kerja kelompok... Iya, maafkan aku... Bye,"

The Third WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang