21 || Dewasa

38 4 0
                                    

"Saat itu aku berpikir inilah akhirnya, aku menemukan orang yang aku cinta dan akan bahagia pada akhirnya. Tapi ternyata Tuhan sedang mempermainkan hatiku." - Naaila

***

Maya meraih tangan Kalingga dan menariknya dengan sangat kasar, untunglah aku memiliki teman yang bisa seni bela diri. Ia berhasil membuat Kalingga berteriak kesakitan, Maya dengan kuatnya memutar tangan Kalingga sampai terdengar bunyi retakan disana.

"BANGSAT! Jangan sentuh Naaila pakai tangan najis lo itu!" Dengan penuh kemarahan Maya menghantam Kalingga hingga ia jatuh tergeletak di lantai.

Belum puas rasanya, May menendang bagian yang paling sakral di tubuh seorang laki-laki. Aku dan Riana yang bahkan bukan laki-laki saja, bisa merasakan betapa sakitnya tendangan maut dari Maya.

Sejak tadi Riana memelukku dengan erat, katanya dia takut melihat Maya murka seperti itu dan akhirnya aku yang menenangkan Riana.

"Ila, aku takut. Maya serem banget kaya harimau."

Katanya dengan mata yang dipenuhi buliran air mata.

"Riana, harusnya aku kali yang nangis kok jadi kamu sih." Keluhku pada Riana yang semakin memelukku.

Aku melihat Maya menggenggam tangan Kalingga, lalu ia mendekatkan wajahnya pada wajah Kalingga.

"Sekali lagi lo dateng ke hadapan Naaila, gue ngga akan kasih ampun lo." Ancaman Maya tidak hanya membuat Kalingga takut tapi juga membuat aku dan Riana bergidik ngeri.

"Eh?? Udah yuk, aku udah puas." Ucap Maya dengan ekspresi datarnya. Ia seperti tidak sadar bahwa ia habis menghajar manusia.

Aku dan Riana saling melemparkan pandangan, salah fokus dengan perkataan Maya.

"Apaan sih, maksudnya puas ngabisin dia, tuh." Kali ini aku hanya ber-oh ria dan mengajak keduanya pergi dari ruangan itu.

***

Aku dan kedua temanku berjalan keluar gedung kampus kami. Kami sedang bercerita satu sama lain, aku bercerita bagaimana akhirnya hubunganku dengan Kalingga dan bagaimana Raja dengan ajaib bisa masuk ke dalam hidupku.

Maya juga menceritakan betapa puasnya dia menghajar Kalingga, katanya dia sudah gemas sejak ia memergoki Kalingga masih asik bermanja ria dengan Remi di sebuah cafe. Sedangkan Riana bercerita kalau dia sangat takut melihat Maya kalau sedang murka.

Kami begitu asik membicarakan semuanya, tanpa sadar kami sudah berada di gerbang kampus. Aku begitu terkejut saat melihat mobil Raja terparkir rapi di pinggir jalan dan dirinya sedang bersandar di pintu mobil sembari memainkan hpnya. Dengan sigap aku langsung menghampiri Raja.

"Hai!" Sapaku saat berada tepat di depannya.

Senyum Raja mengembang saat melihat diriku.

"Kok ngga bilang kalau mau jemput??" Tanyaku padanya.

"Mau ngasih kejutan sih tadinya, eh, tangan kamu kenapa??" Ekspresinya seketika berubah saat melihat pergelangan tanganku, ia meraih pergelangan tanganku dan melihat seluruh bagian tanganku.

Mampus! Aku lupa jika tadi Kalingga memegang tanganku dengan sangat erat, harusnya aku langsung menutupi pergelangan tanganku.

"Ehm, engga, tadi itu jatoh." Aku langsung merapatkan kedua bibirku karena menyadari pernyataan bodoh yang kubuat.

"Bohong dia, abis di ganggu sama si Kalingg." Riana nyeletuk dengan wajah songongnya.

The Third WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang