Aku meregangkan otot-otot tubuhku yang kaku karena terlalu lama duduk, tugas dari dosenku sangat luar biasa. Bayangkan saja, aku harus mengumpulkan lima tugas dalam satu minggu.
Wah, bahkan aku tidak tahu kenapa dia memberikan tugas sebanyak itu padahal dia juga tidak akan mengeceknya. Setelah merasa tubuhku sedikit nyaman, aku meminum sisa jus jeruk yang tadi kubeli.
Aku duduk selama tiga jam, di sebuah kafe dan tidak bergerak sama sekali. Aku tersedak saat melihat jam tanganku, ini sudah jam sebelas malam.
Kulihat panggilan masuk dan benar saja, Raja menelefonku berulang kali. Tanpa basa basi aku langsung menghubungi Raja dengan perasaan gelisah, ia pasti sangat khawatir karena aku tidak menjawab telefonnya.
"Halo??" Kataku saat panggilan sudah terhubung.
"Sayang, kamu dari mana saja sih??"
Mendengar suaranya yang begitu berat dengan nada bicaranya yang terdengar khawatir membuatku cengengesan sendiri.
"Aku ngerjain tugas, maaf."
"Harus banget ya sampe lupa waktu gitu, sekarang dimana?? Aku jemput, ya."
"Di cafe honey," jawabku.
"Oke, tunggu aku disana, aku on the way."
Lalu ia mematikan sambungan telefonnya. Aku segera mengemasi semua barang-barangku sebelum Raja datang. Setelah selesai aku memutuskan untuk menunggu di luar.
Aku sedikit tercengang melihat ramainya kota saat malam hari, jujur saja aku jarang sekali keluar malam, apalagi hampir tengah malam seperti ini.
Ternyata banyak juga cafe disini yang buka diatas jam sepuluh malam. Biasanya jika ada kerja kelompok aku mengajak mereka untuk kerja kelompok di tempatku.
Aku benar-benar orang yang paling malas jika masalah keluar malam. Aku memutuskan untuk memainkan ponselku karena berdiri sebentar disini saja sudah mampu membuatku merasa gabut setengah mati.
Aku membuka instagram dan setelah membuka beranda aku langsung memutar bola mataku malas. Bayangkan saja, baru kemarin Kalingga memohon seperti orang gila padaku, sekarang dia sudah upload foto berdua dengan Remi.
Entahlah, itu harusnya jadi berita bagus karena dia sudah tidak dekat-dekat denganku. Tapi tetap saja aku kesal, memang ada ya manusia seperti dia di dunia ini?? Aku harap cuman tinggal dia saja.
Beberapa saat berlalu, tidak terasa saat aku asik bermain dengan ponselku. Aku dikejutkan oleh suara klakson dari mobil di depanku.
Aku terperanjat kaget dan hampir membuat ponselku bertemu dengan tanah. Aku mengelus dadaku lalu melihat ke arah mobil yang membunyikan klakson di depanku. Melihat wajah Raja dari luar malah mengurungkan niatku untuk marah.
"Masuk, ayo,"
Aku mengangguk lalu masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, senyumannya selalu menyambutku setiap aku bertemu dengannya.
"Kok tumben lama??" Tanyaku membuka pembicaraan setelah Raja menjalankan mobilnya.
"Tadi isi bensin dulu, emang lama banget yaa??"
"Gak lama-lama banget sih, tapi aku gabut dari tadi." Ujarku sambil mengerucutkan bibirku.
"Tadi liatin apa sih?? Kok sampe kesel-kesel gitu." Ia masih fokus menyetir sambil sesekali melirik ke arahku.
"Gapapa, kok aku cuman kesel sama Kalingga." Kataku ragu.
"Kenapa dia, cari masalah lagi sama kamu?? Perlu aku basmi aja gak??"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Woman
ChickLitKehidupan seorang Naaila yang berubah setelah kehadiran lelaki berparas tampan di hadapannya, mengajaknya menjadi orang ketiga dalam hubungannya. Bodohnya, Naaila menerima ajakannya. Ia ingin tahu bagaimana rasanya menjadi orang ketiga dan bodohnya...