"Aku menyesal mempercayaimu selama ini," - Naaila
***
"Kalingga, aku ingin tau kenapa Remi sibuk banget," kataku pada Kalingga yang sedang fokus menyetir.
Tapi Kalingga hanya mengedikkan bahunya, seakan tidak perduli pada topik yang aku bicarakan atau mungkin dia memang tidak perduli?
"Ishhh, Kalingga mah," aku membuka sealtbelt dan berbalik duduk mengahadap Kalingga.
Kalimgga melirik ke arahku dan terlihat panik. "Eh, kenapa dibuka??"
"Ya kamu sih, jawab dulu makanya," aku menggoyang-goyangkan badanku sambil melipat tanganku di depan dada.
"Mau jawab apa??" Tanyanya lagi.
"Kenapa Remi sibuk??" tanyaku lagi.
"Tanya aja sendiri sama orangnya," ujarnya santai, sedangkan aku membelalakkan mata mendengar jawabannya.
"Kamu gila ya, kenapa aku yang nanya??"
"Karena kamu yang kepo," jawabnya santai.
"Ya tapi kan kamu pacarnya, kamu lebih layak untuk bertanya," aku menoel-noel pipinya.
"Kamu aja deh,"
"Kamu lah Lingga,"
"Kamu Naaila,"
"Kamu aja Kalingga,"
Kalimgga menghela nafasnya kesal. "Aku malas, Naai,"
"Kalau dia tanya aku siapa, mau jawab apa??"
"Ya jawab aja kamu sahabat aku," jelasnya santai.
"Kalau seperti itu aku tidak mau," jelas saja aku menolak, dia terlalu santai.
Aku tidak mau menjadi orang two face seperti itu.
Masa iya di depan aku sok baik padahal di belakang aku sudah main dengan pacarnya. Eh, tapi aku bukannya sok baik sih, tapi memang dasarnya baik.
"Oke, apa yang harus aku lakukan??" tanyaku akhirnya. Aku melihat ia tersenyum kecil.
"Ambil ponsel dan lihat kontaknya," aku melihat ke dashboard dan meraih ponsel Kalingga. Aku mengihupkannya lalu mencari kontak Remi.
Dan aku menemukan kontak dengan stiker love di sampingnya, aku langsung yakin kalau itu adalah kontak Remi.
Dengan malas aku menanyakan kepastian kontak itu, "ini yang namanya 'tukang ngambek❤'??"
"Hm." jawabnya singkat.
"Oke, eh, udah aku berhentiin di situ aja," aku menunjuk cafe tempat aku dan kedua sahabatku janjian.
"Nanti pulang mau aku jemput atau pulang sendiri??" tanyanya padaku.
Aku berpikir sebelum menjawab, "gak usah, aku nanti pulang sendiri," dan hanya dibalas anggukan oleh Kalingga.
***
"Maya! Riani!" aku berteriak pada mereka yang sudah menunggu di pojok ruangan.
"Eh, diantar sama siapa tadi??" tanya Maya.
"Kalingga," jawabku sambil mendudukkan diriku di depan mereka berdua.
"Wow," aku mengernyit mendengar mereka berkata seperti itu, apanya yang wow??
"Apaan sih!! Sini aku punya sesuatu," aku meletakkan ponselku di tengah dan menyuruh mereka melihat ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Woman
Literatura FemininaKehidupan seorang Naaila yang berubah setelah kehadiran lelaki berparas tampan di hadapannya, mengajaknya menjadi orang ketiga dalam hubungannya. Bodohnya, Naaila menerima ajakannya. Ia ingin tahu bagaimana rasanya menjadi orang ketiga dan bodohnya...