"Gila gimana?" tanyaku pada Kalingga yang terlihat terkejut dengan ucapanku.
Kalingga mengusap pipiku dengan lembut, ia memegang daguku lalu mengecup bibirku sekilas. "Aku gak mau kamu pergi dari hidup aku," ujarnya pelan.
Hatiku langsung berdegup kencang seketika, aku juga tidak bisa menahan bibirku untuk tidak tersenyum.
"Tapi kamu tidak boleh rakus seperti ini," aku menurunkan tangannya dari wajahku dan aku menunduk saat mengatakan itu.
"Aku cinta sama kamu," tentu saja aku terkejut mendengarkan pengakuan cinta dari Kalingga. Aku pikir ini akan menjadi cinta segitiga.
"Tapi, aku juga mencintai Remi," aku tersenyum kecut mendengarnya. Benar juga, dia tidak akan mungkin mencintaiku sepenuhnya.
"Kumohon, jangan buat aku memilih diantara kalian, aku tidak bisa memilih, aku membutuhkan kalian berdua," lanjutnya, ia menatapku dengan tatapan wajah memelas.
Aku menarik nafas panjang memikirkan apa yang harus kulakukan, di satu sisi aku bahagia karena dia tidak ingin aku pergi dari hidupnya. Tapi di sisi lain aku tidak bisa selalu menjadi yang ke dua, aku juga ingin menjadi yang pertama.
"Kalingga, aku tidak menyuruhmu memilih, tapi aku hanya ingin kau memperbaiki hubunganmu dengannya, kalian bisa kembali seperti dulu, ini hanya masalah kalian terlalu egois satu sama lain," aku menangkup kedua pipinya dan membimbingnya untuk menatap mataku.
"Tapi kau tidak usah membantuku, aku yang akan melakukannya sendiri," dia tersenyum meyakinkanku.
Ucapan sayangnya sangat menggodaku, tapi aku tidak bisa terus - terusan begini. Keinginannya untuk memiliki keduanya, tidak bisa diteruskan. Aku juga tidak ingin selalu bersembunyi seperti ini.
Aku mengangguk, "baiklah, tapi tolong. Nanti kalau kau sudah berbaikan dengannya, lepaskan aku, ya?"
Ia menatapku dengan wajahnya yang terlihat kecewa dengan ucapanku. Ia seperti ingin membuka mulutnya untuk protes, namun aku mengarahkan jariku ke arah bibirnya, menahannya untuk tidak mengucapkan sepatah katapun lagi.
***
Aku termenung selama agenda makan siang bersama kedua sahabatku, pikiranku penuh dengan kebimbangan antara melepaskan Kalingga atau mempertahankannya. Tapi, sudah kupastikan aku tidak akan sanggup untuk mempertahankan Kalingga disini, disisiku.
Tapi melepaskannya pun seperti memerlukan sepuluh ribu keberanian.
"Naaila," Maya menyenggolku, ia dan Riani menatapku sembari memasang wajah bingungnya.
"Eh, kenapa?" Tanyaku.
"Kamu kenapa bengong dari tadi, ada masalah??" Maya bertanya sembari mengunyah apel yang ia pegang.
Aku menghela nafasku kasar, "hm aku bingung."
Riani yang baru saja menelan makanannya langsung menimpali, "masalah Kalingga ya, kenapa lagi? Kemaren gimana ketemu sama pacarnya?"
"Setelah aku bertemu Remi, aku ingin melepaskan Kalingga. I'm a jerk, Remi sebaik itu." Ucapku kemudian menunduk lesu.
"Hey, hey, jangan ngomong gitu lah. Yaudah, kalau kamu ngerasa udah ngga baik, mending dilepasin aja. Ya??" Maya menepuk - nepuk pundakku, menenangkan diriku yang sedang merasa jelek ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Woman
ChickLitKehidupan seorang Naaila yang berubah setelah kehadiran lelaki berparas tampan di hadapannya, mengajaknya menjadi orang ketiga dalam hubungannya. Bodohnya, Naaila menerima ajakannya. Ia ingin tahu bagaimana rasanya menjadi orang ketiga dan bodohnya...