Aku membuka pintu apart dengan lemas, masuk dengan pandangan kosong. Memikirkan perkataan Raja sejak tadi. Pikiranku sedang berperang kuat dengan hatiku, pikiranku yang menginginkan Raja dan hatiku yang menginginkan Kalimgga.
Kubawa badan kecilku ke arah kasur, aku menjatuhkan tubuhku lalu menutup mata. Air mataku menetes, mengingat kembali apa yang aku lakukan selama ini dengan Kalingga. Kurasa ini salah, aku seharusnya tidak pernah masuk ke dalam hubungan mereka.
Aku seharusnya tidak melakukan ini dari awal, kenapa aku bodoh sekali? Kenapa aku menerima tawarannya?
Aku menangis di atas bantal, aku terisak. Untunglah mereka sedang tidak dirumah, maksudnya saudaraku. Aku bisa puas berteriak, menangis dan segalanya.
Aku bingung, aku tidak mengerti, aku seperti tersesat. Baru saja aku akan pergi ke alam mimpi, aku mendengar ketukan pintu. Aku menoleh sebentar, heran dan berpikir. Biasanya kalau itu kak Abila, dia akan langsung masuk.
Berarti itu bukan dia, aku berusaha bangun mengusap air mataku. Merapikan rambutku yang berantakan, aku menekan sudut mataku untuk menghentikan air mata yang dari tadi tidak berhenti turun.
"Iya sebentar," sautku saat aku mendengar ketukan itu lagi. Aku membuka pintu dan...
Bruk
Aku kaget tiba-tiba seorang lelaki memeluk diriku. Baunya, ini Kalingga. Aku sontak membalas pelukannya. Ia menangis di pundakku, terasa sekali air matanya membasahi bajuku.
"Kalingga, kamu kenapa?" tanyaku ragu.
Bukannya menjawab ia malah memelukku lebih erat, ia masih menangis. Aku mengelus rambutnya lembut, kubiarkan ia menangis sepuasnya di pundakku.
"Naaila..." panggilnya lirih.
"Iya Kalingga, kenapa hm?" tanyaku.
"Aku mengakhiri hubunganku dengan Remi," ujarnya masih dengan nada lirih. Aku membelalakkan mataku, kaget dengan pernyataannya barusan.
"Hah, maksud kamu apa? Kamu putus? Bagaimana bisa?" tanyaku beruntun, ia menatapku, memegang erat bahuku.
"Aku tidak mencintainya lagi kurasa, aku mencintaimu Naaila," dia memelukku lagi, kali ini lebih erat. Seakan ia tahu kalau aku sedang bingung dengan keputusanku.
Aku membeku, kalimatnya ingin membuatku menangis lagi.
"Aku mencintaimu Naaila, kumohon. Aku tidak mencintainya lagi, aku mencintaimu. Kumohon jadilah milikku, jadilah milikku yang pertama bukan sebagai selingkuhan lagi," perkataannya membuatku benar-benar terguncang.
"Kalingga, kamu tidak sedang bercanda kan?" tanyaku gugup.
"Aku sedang serius sekarang, aku mencintaimu," aku mendengar nada serius di setiap kata yang ia ucapkan.
"Iya, aku bersedia," ucapku langsung memeluk Kalingga, aku begitu bahagia sekarang.
Akhirnya Kalingga milikku, aku tidak perlu takut lagi masalah Remi atau siapapun itu. Kalingga sudah menjadi milikku, dan aku harap selamanya jadi milikku. Bukankah ini suatu pertanda kalau memang aku ditakdirkan untuk menjadi pacar Kalingga??
***
Setelah semalaman aku bahagia sekaligus tidak percaya kalau ternyata keinginanku menjadi kenyataan, aku sekarang sedang bersiap-siap di depan kaca.
Mempersiapkan cerita yang akan ku ceritakan pada Maya dan Riani. Aku benar-benar tidak sabar untuk menceritakan semuanya.
Tok tok tok
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Woman
ChickLitKehidupan seorang Naaila yang berubah setelah kehadiran lelaki berparas tampan di hadapannya, mengajaknya menjadi orang ketiga dalam hubungannya. Bodohnya, Naaila menerima ajakannya. Ia ingin tahu bagaimana rasanya menjadi orang ketiga dan bodohnya...