kasih aja sendiri

9.9K 190 0
                                    

Haha bingung ngasih judul chapter, akhirnya kasih aja sendiri wkwk

Karna gatel pengen update lagi dan nulis lagi jadi ya lanjutt..

.
.
.
.oke guys nikmatin yak..
Maap kalau kesannya ya bosen lah.. gw juga bukan penulis wkwk
Niatnya cuma pengen bikin aje hehe..
Vomment jgn lupa!!! *tetep

"Ma, papa kenapa?"

Ya itu adalah suara Zian, Zian baru saja pulang dari sekolahnya.

Dia datang dan langsung bertanya padaku, karena melihat Farhan papanya yang berbaring di sofa di atas pangkuanku sambil tengkurap.

Farhan hari ini hanya bekerja setengah hari, di karenakan tidak enak badan.

Kata pegawainya, Dia sempat muntah-muntah di kantor saat melaksanakan meeting dengan rekan kerjanya.

Aku yang di kabari oleh karyawannya, langsung saja datang ke kantor dan membawanya ke dokter sebelum ku bawah ke rumah.

Kata dokter dia infeksi pencernaan, karena tidak teratur menjaga pola makannya.

Saat aku menyuruhnya agar di rawat di rumah sakit, dia menolak, dengan syarat kalau keadaannya tidak membaik selama tiga hari, aku akan menyeretnya agar di rawat inap di rumah sakit.

"Papa sakit sayang, kamu ganti baju gih"
Perintahku sambil tanganku mengusap punggung suamiku yang semakin manja saat sakit.

"Papa sakit apa?"
Tanya Zian tanpa menuruti perintahku.
Dan saat aku menoleh dan menatapnya ternyata dia sudah menangis.

Ya Zian memang sama denganku, tak akan tega bila melihat papa nya jatuh sakit seperti sekarang.

Apabila farhan sakit, Zian akan menjadi anak yang murung dan tak ingin jauh dari papanya.
Alasannya, karna ingin menjaga papanya dan juga memastikan papanya sembuh.

"Loh kok nangis dek? Sini.. sini.. papa gakpapa kok, cuma kecapekan. Tuh papa lagi tidur."
Ucapku sambil menunjuk papanya yang ada di pangkuanku tertidur dan menyuruh anakku mendekat untuk menghapus air matanya.

"Beneran papa gakpapa?"
Tanyanya sesenggukan.

Tak lama, tidur Farhan terusik dan dia membuka matanya melihat Zian berada di sampingnya dan duduk di karpet bawah.

"Loh anak papa udah pulang, kok nangis?"
Tanya Farhan memiringkan badannya untuk menghadap putrinya.

"Papa sakit? Mana yang sakit pa?"
Tanyanya sesenggukan.

"Sini peluk papa"
Perintah Farhan ke Zian.
Dan Zian langsung menghambur ke pelukan papanya.

"Udah.. udah.. kok tambah nangis. Papa sedih loh, gak mau ah gitu."
Ucap suamiku yang masih tidur di pangkuanku tapi dengan memeluk putrinya dan tangannya mengusap punggung putrinya itu.

Zian menghentikan tangisannya, dan aku menggeleng melihat dua orang di hadapanku yang tak bisa sehari tak bertemu itu.

Zian memang manja kepada ku dan suamiku, tapi dia lebih dekat dengan suamiku dari pada aku yang tiap hari di rumah bersamanya.

Cemburu? Enggak. Aku dari awal sadar ini yang akan terjadi apabila memiliki anak perempuan.

"Dek, ganti baju gih terus makan, papa biar istirahat dan kamu juga harus istirahat"
Ucapku menasehati.

Zian melepaskan pelukannya dan mencium papanya pamit melaksanakn perintahku.

Zian memang sudah masuk sekolah dasar.
Dia juga sudah kelas tiga.
Jadi dia sudah mengerti apa kewajibannya dan juga haknya.

Tukang Pijatku • 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang