"Ma sakitt Aahhh"
Aku sedang menekan bahu suamiku dengan keras, tanpa memindahkan jempolku ke arah lain.
"Enak? Hmm?"
Tanyaku dan dia ikut memegang bahunya yang ku tekan.Dia mengadah ke atas dan terus mengerang kesakitan karena tanganku tak mau ku lepaskan.
"Katanya tadi mau di teken bahunya"
Ucapku lalu melepaskan jempolku yang menekan bahunya yang katanya kaku."Maksudnya di pijit, bukan di gituin. Sakit tau ma!"
Aku terkekeh melihatnya mengomel sambil memunggungiku.
"Siapa tadi yang minta di teken?"
Tanyaku mengusap bahunya yang merah karena terlalu keras saat aku menekannya."Aku"
Jawabnya polos."Yaudah, berarti bukan salah aku"
Ucapku terkekeh lagi."Kok kamu gitu sih ma?"
Ucapnya dengan nada jengkel dan pasti bibirnya cemberut."Hehe iya maaf sayang, becanda"
Ucapku dengan tetap mengusap bahunya."Ini bahuku sakit juga gara-gara kamu tadi"
Ucapnya tetap bersunggut jengkel.Ya, tadi aku menyuruhnya memindahkan Almari yang ada di kamarku ke kamar Zian, karena aku mau membeli prabotan baru di karenakan juga baju Zian yang semakin banyak. Jangan salah, almarinya terdapat roda jadi mudah buat di pindahkan, tapi memang besar sih hehe
Setelah almari di pindah, aku juga sekalian menyuruhnya memindahkan beberapa sofa karena aku ingin suasana yang baru.
Tak berhenti di situ, aku mengerjainya dengan aku menyuruhnya mengepel karena alasanku yang setiap hari mengepel dan juga capek karena harus mengurus rumah tiap hari.
Setelah semua yang aku suruh dia lakukan dengan muka merah dan berkeringat di punggung serta pelipisnya, aku menghentikan semua perintahku dengan amat senang.
Gimana tak senang? Sekali-kali aku mengerjainya karena dia jarang di rumah.
Biar tau rasanya bagaimana mengurus rumah seorang diri, walaupun ada pembantu, tapi pembantu di rumahku hanya membantu sekedarnya kira-kira 25% jadi bisa di bayangkan bagaimana mengurus rumah yang luas dan mengurus dia dan anaknya?
Lamunanku buyar karena dia bangkit dan menuju kamar mandi.
"Mau makan apa bang?"
Tanyaku kemudian."Terserah"
Ujarnya ketus"Ngambek nih sama aku?"
Ucapku menggodanya yang tidak di tanggapi."Padahal tadi niatnya, habis bantu kerjaan aku, kamu aku pijitin sepuas kamu. Tapi kamu marah yaudah, lagian bantu istrinya kok marah"
Ucapku masih bernegoisasi yang melihat dia menutup pintu kamar mandi.Aku tau dia mendengar ucapanku, sebentar lagi juga pasti merajuk minta di pijitin.
*
Tak lama aku mendengar suara pintu di buka dan menampilkan anak perempuanku lari memakai seragam TK yang mengahmpiriku dengan senyum cerahnya.
Ya, usia Zian sudah 5 tahun. Dia tumbuh menjadi anak perempuan yang sangat cantik dan juga pintar. Di usia lima tahun dia sudah pandai tiga bahasa, di antaranya inggris, prancis dan jepang.
Gimana tak pintar? Dari kecil sudah di ceritakan dongeng dengan bahasa yang berbeda oleh suamiku.
Belum lagi di sekolahnya memang terdapat pelajaran bahasa prancis, inggris dan jepang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Pijatku • 1 ✅
Diversosmenikah dengan seorang pemijat? hmm kedengerannya gimana? kalau penasaran baca aja #25 dalam Random / 25/07/2017