Epilog

15.2K 258 1
                                    

Hari mulai petang. Aku menunggu kedatangan suamiku kerja di depan TV.

Saat jam menunjukkan pukul delapan
Tak lama suara deru mobil berhenti depan rumahku.

Suara langka sepatu mendekat ke arahku, aku mendongak dan tebakanku tepat dia adalah Farhan suamiku.

Farhan mencium keningku dan merebahkan dirinya di atas pangkuanku.

"Ck, mandi dulu sana"

Ucapku mengangkat kepalanya.

"Pegel"
Ucapnya manja.

"Uhh sayangku pegel"
Aku menariknya kedalam pelukanku dan mengusap punggungnya sayang .

Ya. aku sudah berusaha menerima dan melupakan semua bayangan itu. Sehingga sudah tak merasa risih saat tubuh kami saling berpelukan ataupun berdekatan.

"Pijitin"
Ucapnya lagi, dengan nafas hangatnya berhembus mengenai leherku.

"Yaampun, sehari aja kamu gak minta pijit kenapa sih bang? Aku tau kamu makin tua, sering encok. Tapi jangan tiap hari juga, kalau nanti aku gak ada siapa yang bakal mijitin kamu?"
Ucapku sambil melepaskan pelukannya. Dan nemencet hidungnya hingga dia bernafas dengan mulutnya.

"Kok ngomong gitu sih ma? Emang salah kalau aku minta dipijit sama kamu? Aku gak suka kamu ngomong gitu!" Ucapnya dengan suara bindeng dan melepaskan tanganku di hidungnya

Dia berlalu menuju kamar.

Aku menghela nafasku, Farhan memang sensitif tiap kali aku menolak untuk memijatnya.

Aku juga salah sih, dia baru pulang kerja capek-capeknya badan dan pikiran. Malah mengatakan begitu.

Aku beranjak menuju dapur untuk membuatkan minuman hangat untuknya.

Setelahnya aku menuju kamar, saat aku membuka kamar aku melihat baju kotornya berserakan di lantai. Aku memungutnya dan memasukkan ke keranjang tempat baju kotor.

Sambil menunggunya keluar dari kamar mandi, aku menyiapkan piyama untuk dia gunakan tidur.

Dia keluar dan hanya melilitkan handuk di pinggangnya, dia melirikku sebentar dan mengambil piyama yang sudah ku siapkan.

"Di minum susu nya biar gak dingin"
Ucapku menghampirinya dan menyerahkan gelas yang berisi susu hangat.

Dia mengambilnya dan meneguknya.
Setelah habis dia menyerahkannya kepadaku.

Saat ku letakkan gelas kosong itu ke atas nakas, Farhan hendak berlalu entah mau kemana.

Tapi ku tarik lengannya dan ku dorong hingga terpelanting di atas ranjang.
Farhan mengaduh saat terpelanting ke kasur.

"Mau kemana? Ngambek? Mau ke ruang kerja? Terus seharian diemin aku? Gitu aja terus, gak berubah. Udah tua mau punya cucu juga masih aja kayak gitu. Sana baringan aku pijitin yang pegel."
Ucapku ketus di sertai ejekan.

Tapi Farhan hanya diam dan mengernyit kesakitan.

"Kenapa?"
Tanyaku khawatir saat melihatnya meringis dan berguling di atas kasur.

"Sakit"
Rintihnya.

"Iya mana yang sakit? jangan gitu dong aku takut"
Ucapku mengguncang bahunya dan ikut meringis melihatnya berguling-guling di atas kasur.

Tapi aku melihat dia memegang lengan dan juga bahunya.

"Ini yang sakit?"
Tanyaku memegang bahunya dan mengusap lengannya.

"Sakitt"
Rintihnya lagi.

"Iya yang mana? Mau Ke rumah sakit?"
Tanyaku makin khawatir.

"Yang ini"
Ucapnya meringis dan menunjukkan bahunya.

Tukang Pijatku • 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang