Penyesalan

10.7K 224 6
                                    

Farhan Pov

Sudah dua minggu Tania tidak pulang kerumah, dan hampir tiap hari pula aku datang ke rumah orang tuanya untuk membujuknya kembali kepadaku.
Tapi dia tak mau menemuiku.

Zian pun juga sama, dia benar-benar tidak mengikuti study tour karena bentakanku.
Dan juga bersikap dingin kepadaku.

Padahal Zian adalah anak yang manja dan tidak bisa marah kepadaku, tapi lain dengan yang satu ini, dia benar-benar menunjukkan sikap yang selama ini tak ku duga.

Bahkan yang biasanya weekend dia menghabiskan waktu denganku, dia malah mengurung dirinya di kamar. Saat ku tanya dia menjawab ingin belajar.

Aku merasa dua minggu ini hidupku kacau bahkan waktu aku sakit, yang biasanya Tania dan Zian ribut merawatku, mereka malah membiarkanku meringkuk di atas kasur dengan berceceran mutahan dan di bersihkan oleh pembantuku.

Zoni yang mendengar aku sakitpun dia hanya mengatakan istirahat tanpa datang menjengukku.

Aku merasa memang semua ini kesalahanku. Tapi apa aku tak bisa mendapat kesempatan lagi?

Apa semua orang harus memberiku pelajaran seperti ini? Jika ini memang balasannya, aku terima. Tapi aku juga sudah merasakan sakit, aku bingung akan ku bawa kemana keluargaku ini yang awalnya hangat hingga menjadi seperti ini.

Memang ini semua salahku. Kenapa aku harus memeluk wanita lain? Padahal aku mempunyai istri. Dan mengapa aku juga aku harus membentak istriku dan membela orang lain di depannya?. Serta kenapa aku harus pengecut saat ada masalah?

"Aaaarrrggg"
Aku berteriak frustasi

Bahkan saat aku seperti ini pun Zian tak datang.

Aku menghembuskan nafasku yang terasa hangat, aku memegang dadaku yang terasa sesak.
Air mataku luruh begitu saja saat teringat air mata Tania di hadapanku. Aku menyesal, aku sungguh-sungguh menyesal.

Aku mengambil hp ku di atas nakas saat ku lihat jam menunjukkan tengah malam.

Aku mencoba menghubungi Tania.
Pada dering pertama tak ada jawaban.
Dan pada dering ketiga barulang telphone ku di angkat.

"Assalamualaikum"
Ucapku dengan lirih dan tenggorokanku terasa tercekat.

"Waalaikumsalam"
Jawabnya yang terasa dingin.
Aku mengelah nafasku yang masih terasa sesak.
"Sayang, aku mohon pulanglah, aku butuh kamu. Aku minta maaf sudah menyakiti kamu. Aku di rumah lagi sakit, tapi gak ada yang peduli sama aku. Apa aku gak punya kesempatan lagi? Aku mohon pulanglah, ini permintaan terakhir ku, jika memang kamu gak bisa maafin aku, aku akan menuruti semua permintaan kamu."

Hening terasa menyelimuti keadaan kamarku, aku mendengar isakan dari telphone yang ku genggam.

"Kamu mau kita cerai?"
Ucap Tania

Aku terdiam beberapa saat. Ku hembuskan nafasku.

"Aku sudah berusaha memperbaiki semua kesalahanku, aku juga sudah berusaha membujuk kamu. Tapi, kamu juga tak memberi aku kesempatan untuk bicara sama kamu. Aku memang salah. Dan aku sudah menyesalinya, apa aku harus mati dan ninggalin kamu, baru kamu maafin aku? Aku tau aku egois mengatakan ini sama kamu. Tapi aku benar-benar butuh kamu, permohonan terakhirku jika kamu memang sudah tak mau bertemu denganku, aku mohon bahagialah dan maafkan suamimu ini. Udah ya aku tutup dulu kepalaku pusing"

"Memang, kamu suami egois. Hanya segitu perjuangan kamu untukku? Apa aku sebegitu tak berharganya untukmu? Apa karena wanita itu kamu menyerah? Kalau itu memang keputusanmu, besok kamu datang ke rumah dan jatuhkan talak kepadaku."

Tukang Pijatku • 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang