Pelukan Menenangkan

7.6K 158 1
                                    

TANIA POV

.
.
.
.
.
.

.
.
.

Aku sekarang sedang memeluk suamiku yang entah kenapa semakin hari semakin manja.

Padahal kalian tau bukan bahwa umurnya sudah tak muda lagi tapi, dia tetap saja seperti bocah berumur lima tahun.

"Kenapa lagi sih?"
Tanyaku lembut sambil mengusap punggungnya di dalam pelukanku di atas sofa.
"Kamu Berat tau, kenapa sakit lagi?"
Tanyaku sambil bergerak memposisikannya senyaman mungkin.

Farhan meletakkan wajahnya di bahuku dan tangannya menggantung di sisi tubuhnya, sedangkan badannya di bebankan di pelukanku.

"Enggak."
Jawabnya menggumam di samping telingaku.

"Terus ?"
Tanyaku.

"Mau aja di peluk"
Ucap suamiku yang terasa janggal di dalam benakku.

"Ada masalah di kantor?"
Tanyaku lembut mencium bahunya.
"Jujur aja, siapa tau aku bisa bantu. Kenapa? Hmm?"
Tanyaku lagi.

"Aku.."

"Iya?"

"Gak sanggup lagi"
Ucapnya lirih yang langsung ku lepaskan pelukannya.

"Gak sanggup?"
Tanyaku heran.

"Aku bingung mau jelasinnya"
Ucapnya menatapku.

Aku menghela nafasku.
"Cerita aja sayang, aku bakal bantuin sebisa aku"

"Aku lelah"
Ucapnya.

"Maksudnya?"
Tanyaku sambil memincingkan alisku.

"Ya aku gak sanggup lagi, soalnya badanku pengen dipijitin. Capek ma"
Ucapnya tanpa dosa.

"Kamu tuh, aku kirain ada masalah kantor. Gak taunya cuma begini doang? Udah bilang 'aku gak sanggup lagi' aku pikir udah gak sanggup hidup, resek tau gak!"
Ucapku jengkel.

"Peluukin ma"
Mintanya manja tanpa memperdulikanku yang ngomong panjang lebar.

Aku mendengus, tapi tak urung juga menarikknya kembali ke dalam dekapanku.

Aku mengusap kepala belakangnya lembut.

"Kalau kamu gini biasanya gak enak badan. Bener?"
Tanyaku yang masih curiga dia kembali sakit.

"Iya.. hehe tadi di kantor aku ngerasa berat banget leher aku."
Ucapnya.

"Kebiasaan sih kalau kerja lupa sama kesehatan"
Ucapku sambil mengusap lehernya.

"Mangkanya pijitin biar enakkan"
Mintanya.

"Kamu lupa perjanjiannya?"
Tanyaku mengingatkan.

"Kamu jahat banget sih sama suami sendiri"
Ucapnya yang masih di dalam pelukanku.

"Salah kamu sendiri, pokoknya selama satu bulan gak ada minta pijit-pijitan. Anaknya minta nikah kok malah di larang, pokoknya sebelum kamu setuju Zoni nikah tahun ini, gak ada minta pijit."
Ucapku.

"Yaudah, aku minta pijitin karyawan aku aja"
Ucapnya yang ku tau sebagai gertakan.

"Coba aja kalau berani!"
Ucapku menantang.

"Maaa, aku tuh cuma mau Zoni nikah entar aja, biar dia jaga Zian dulu. Aku kan juga lagi sibuk-sibuknya, entar kalau aku udah gak kerja lagi, baru deh boleh nikah"
Ucapnya yang ku balas jambakan di rambutnya karena gemas.

"Aww.. sakit!"
Ringisnya.

"Maaf. Lagian Zoni udah umurnya buat nikah pa, gak bisa gitu dong, Zian juga tiap hari kamu kasih penjagaan ketat. Zoni juga pasti masih bisa jaga adeknya walaupun dia sibuk. Kamu jangan over gitu dong sama anaknya."
Ucapku sambil mengusap kepalnya yang terkena jambakanku.

Tukang Pijatku • 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang