hamil?

27.3K 384 14
                                    

"Apa? Kamu hamil? Kan udah aku bilang aku tuh cuma mau anak satu!"

"Jadi maksud kamu, aku gugurin kandungan aku?"

Ucapku tertahan di tenggorokan saat aku mendengar dia bicara dengan muka frustasi.

"Maksud aku gak gituuu, tapi.. ah sudahlah"
Ucapnya berlalu.

Aku sadar, dia hanya belum siap menerima kenyataan kalau dia akan menjadi ayah kembali.

Saat aku melahirkan Zoni, dia bilang kepadaku kalau dia hanya ingin mempunyai anak satu, saat ku tanya alasannya dia bilang dia tidak tega melihatku kesakitan, padahal menurutku itu adalah anugrah. Setahuku, seorang ibu yang bisa melahirkan dengan merasa sakit luar biasa dia akan mendapatkan pahala yang setimpal. Maka aku sangat mensyukuri, toh sekarang anakku juga berbakti kepada kedua orang tuanya. Dan dia bisa menjadi kakak yang jadi panutan buat adiknya.

****
Ku hampiri suamiku di dalam kamar, dia duduk di tepi ranjang dengan muka frustasinya.

"Bang, aku tau kamu gak tega kalau liat aku nanti lahiran, tapi percayalah kalau semua itu adalah salah satu cara Allah memberiku kesempatan untuk menjaga titipannya, udah dong jangan gitu, kamu kan tau aku juga pengen punya anak sepasang cowok cewek, lagian kalau aku hamil aku janji di rumah terus nyambut kamu pulang kerja"

Ucapku menangkup wajahnya.

"Tapi, justru kamu pengen punya anak cewek aku jadi takut.."

"Takut kenapa?"
Tanyaku sambil mengernyitkan dahiku.

"Takut, karna anak cewek itu susah ma, aku takut nanti gak bisa lepas dari dia. Aku takut jadi papa yang overprotektiv sama dia, aku tak.."

"Udah, aku ngerti kalau itu yang buat kamu takut, percyalah aku selalu di samping kamu" ucapku memotong ucapannya

"Tap.."

"Kasian pa, dia denger ucapan papanya gini, kamu gak kasian, kalau dia denger kamu gak mengharapkan kehadiran dia di dunia ini?"

"Baiklah. Tapi janji, kamu selalu di samping aku? Janji juga berhenti kerja?"

"Bukan berhenti bang"

"Lah terus?"

"Aku ambil cuti selama hamil dan tetap ngurusin dari jauh"

"Yahh, kirain"
Ucapnya lesu

"Ya maaf bang, janji deh aku siap kapanpun kamu mau di pijat, gak akan nunda-nunda, kalau mau aku bisa dateng ke kantor kamu juga, aku bakal inget kamu sama anak kita, aku janji!"

Ucapku dengan meyakinkan dia.

Tak berselang lama, tiba-tiba dia membekap mulutnya dan lari ke kamar mandi, dan mual-mual di sana

"Hueek hueeek huekkk ahhh ahh hueeekk"

Ku hampiri dia dan ku pijat tengkuknya.

"Kamu masuk angin?"

"Hueekk gak tau hueekk"
Ucapnya dengan nafas yang tidak beraturan.

Dia menyingkirkan tanganku yang ada di tengkuknya.

"Jangan di pijit di situ, aku tambah mual"

Ucapnya lirih yang kembali mual tapi herannya tidak keluar apapun dari mulutnya hanya cairan saja.

"Kamu masuk angin mungkin, sini aku bantu"

Ucapku menggiringnya menuju ranjang.

"Aku kerikin mau?"

Tanyaku saat sudah di atas ranjang.

Dia mengangguk lemah,

"Yaudah, kamu hadep sana dan lepas kaosnya"

Ucapku sambil membantu melepaskan kaosnya yang sudah duduk memunggungiku.

Saat ku gosok minyak yang biasa ku buat mijitin dia, tiba-tiba dia membekap mulutnya dan menggeleng mengusirku dan minyaknya.

"Aku mual cium baunya, singkirin plis"

Ucapnya memohon dengan sedikit mual kembali, tapi segera ku berikan wadah untuk tempat dia muntah.

"Terus pakai apa?"
Tanyaku heran.

"Pakai lotion mau?"
Tanyaku kembali.

Dia mengangguk dengan nafas yang masih tidak beraturan.

Akupun mengambil lotion di atas meja rias dekatku.

"Aku mulai ya? Kalau kekerasan bilang"
Ucapku dan di balas dengan anggukan.

Aku mulai mengerokin punggung lebarnya, dia terkadang sendawa dengan keras dan terkadang juga memberiku instruksi bagian mana yang ingin di kerokin.

"Ahh, sakit sakit pelan nah"
Dia kembali sendawa.

Terkadang dia juga mengeluarkan kentut, dan itu membuatku memukul punggungnya pelan.

Setelah selesai ku kerikin yang ternyata memang merah banget, ku pakaikan lagi kaosnya, tapi dia menolak dan memintaku untuk mengurutnya dengan nada merengek seperti anak kecil. Aku jadi heran, apa dia ngidam? Harusnya kan aku yang manja.

Ku turuti permintaanya, ku urut punggungnya dengan posisi duduk, dia terkadang mendesah keenakan bahkan saat ku bilang udah, dia merengek lagi, bilang kalau dia mual kalau aku menyudahi kegiatanku.

Aku yang sudah lelah, ku suruh dia berbaring saja agar dia juga bisa tidur. Biasanya dia tak tega kalau menyuruhku memijatnya malam-malam, tapi ini pengecualian buatnya.

Ku urut asal pundakknya yang memunggungiku dengan tubuhnya yang masih telanjang dada.

Terkadang aku berhenti saat ku yakin dia sudah tertidur, tetapi herannya dia kembali bangun dan mengguncang punggungnya untuk memintaku jangan berhenti mengurutnya.

Sudah hampir tengah malam aku terus memijatnya, terkadang malah ku pukul-pukul asal, dia biasanya juga suka kalau dipukul-pukul pundaknya.

aku mengantuk dan dia juga mulai tidur. Ku hentikan pijatanku, aku mulai tidur. Tapi lagi-lagi dia terbangun dan mual. Aku akhirnya kembali memijatnya dan dia kembali tenang

Aku lelah, aku juga butuh istirahat. Maka ku panggilkan anakku untuk ku suruh datang ke kamarku.

"Kenapa belum tidur ma? Udah malem loh!"
Ucapnya yang sudah duduk di sampingku.

"Mama, gak boleh tidur sama papa kamu, kalau tidak di pijat papamu mual"

"Kok bisa?"

"Besok mama ceritain, sekarang bantu mama biar papa kamu tidur dan gak mual kalau gak di pijit"

"Terus aku ngapain?"

"Ya bantu mama pijitin papa kamu, mama capek kak, nanti kalau papa udah bener-bener tidur kamu boleh balik ke kamar kamu."

Keluhku manja kepada anakku. Akhirnya dia mengangguk, dan memijat punggung papanya yang ku balik hingga dia tengkurap, dan aku mulai tidur. Dengan suamiku yang terus di pijit sama anakku.

***
Pagi harinya



Tukang Pijatku • 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang