Konflik 2

10.8K 279 6
                                    

Sekarang Aku berada di rumah sakit.

Saat ku mengingat kejadian di rumah tadi aku kembali menangis.

"kamu kenapa nangis? Ada yang sakit?"

Ucap mamaku yang berada di sampingku.

"Aku mau sama mama"

Ucapku yang sesenggukan.

Di ruang ini keluargaku semua mengumpul termasuk ada Farhan yang terlihat memalingkan wajahnya. Entah penglihatanku yang salah apa bagaimana, aku melihat wajahnya kusut san sedikit darah di sekitar bibirnya. Tapi aku tak peduli. Toh aku tak berarti lagi.

"Iya, iya sama mama. Udah Kamu gak boleh banyak pikiran, kasihan sama bayi kamu"

Ucap mama mengusap air mataku dan mengusap rambutku.

Aku melihat papa mendekat ke arah Farhan, dan entah membisikkan apa tapi papa sepertinya mengajak Farhan ke luar.

"ma, aku mau pulang"
Ucapku ke arah mama.

"Bentar nunggu dokter dulu ya"
Ucap mama kepadaku.

"Zoni mana ma?"
Tanyaku yang teringat sama keberadaan anakku yang tidak ada di ruangan ini.

"Itu dia di sofa lagi tidur"

Tunjuk mama ke arah sofa di samping kiriku.

"Kamu kenapa sebenernya? Farhan tadi cerita ke kita kalau kamu marah tanpa sebab ke dia, trus dia pukul-pukul wajahnya sendiri liat kamu gak sadarkan diri dan pendarahan. Kamu liatkan tadi kalau wajahnya kacau?"

"Aku benci sama dia ma"
Ucapku yang kembali menangis karena teringat telphone wanita di hapenya.

"Benci kenapa?"
Tanya mama lembut.

Akhirnya mengalirlah ceritaku ke mama, dan aku sudah terisak di pelukkan mama.

"Aku pokoknya gak mau sama dia, aku mau tinggal sama mama"

Ucapku yang masih terisak di pelukan mama.

"Huusst, dengerin mama,suami kamu itu milik kamu. Mama yakin kamu wanita kuat"

"Tapi ma, aku jijik sama dia. Siapa sih ma yang gk jijik dan mau sama suami yang gak mau jaga diri buat istrinya yang lagi hamil?"

Ucapku yang melepaskan pelukanku dari mama.

"Iya mama ngerti, kamu jangan langsung nyimpulin begitu. Kamu bukan cuma harus mendengar tapi juga harus melihat."

Aku mendengar nasihat mama sambil mencerna semua ucapan mama.

"Tapi dia juga bohong sama aku"
Ucapku yang teringat nota yang ku temukan di Jasnya.

"Iya, yaudah terserah kamu. Mama cuma mengingatkan, mama gak mau kamu nyesel. Karna setahu mama, Farhan itu orangnya gak seperti lelaki kebanyakan jaman sekarang. Kamu yang lebih tahu Farhan bagaimana"
Ucap mama yang terngiang di otakku.

"Kamu yang lebih tahu Farhan bagaimana"

Ucapan mama terus terngiang di benakku.

Iya Farhan adalah lelaki sempurna setelah papa, walaupun dia terkadang terlalu lebay tapi aku tau itu buat kebaikan.

Bahkan tak pernah sekalipun dia marah yang benar-benar marah sampai main tangan kepadaku. Dia tak pernah melakukan itu.

Tapi aku kembali lagi teringat telphon itu, dan pikiran jelekku kembali hadir.

Siapa tau dia memang bersama wanita itu karna bosen sama aku? Atau 'pelayananku' yang kurang?

Saat aku masih berkelana dengan pikiranku, pintu terdengar berdecit dan menampakkan wajah Farhan yang terlihat kecewa dan dingin. Aku menjadi ciut untuk menatapnya.

Tukang Pijatku • 1 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang