Part 1

3.7K 218 5
                                    


Jingga menghembuskan nafasnya dengan berat. Berurusan dengan klien yang banyak maunya memang menguras tenaga. Dan kliennya kali ini sudah menguras tenaga dan kesabaran Jingga setidaknya sejak 2 jam yang lalu.

Entah apa maunya klien Jingga ini. Dari tadi pembahasannya hanya berputar pada hal yang itu-itu saja. Awalnya klien Jingga ini meminta desain rumah dengan ruangan atas terdapat balkon dengan pintu kaca. Setelah jingga buat desain ruangan penuh dengan pintu kaca yang langsung menghadap balkon, kliennya menjadi ragu.

Menurut kliennya yang terdiri dari sepasang kekasih yang akan segera menikah ini, hal itu akan mengundang pencuri masuk kerumah. Karena pencuri dengan gampang memecahkan pintu kaca itu dengan benda tajam. Padahal Jingga sudah menjelaskan kalau kaca yang digunakan merupakan kaca dengan ketebalan yang mumpuni dan juga memang dibuat khusus untuk pintu kaca seperti itu. Lalu Jingga mencari alternatif lain kalau memang hal itu benar-benar mengganggu kliennya mereka bisa memasangkan tralis sebelum pintu kaca itu.

"Gak bisa mba, kalau pakai tralis nanti rumah kami terlihat seperti penjara." Ucap klien wanitanya, sedangkan kekasihnya hanya menggangguk tanda setuju.

Kesabaran Jingga benar-benar habis. Memangnya tralis sekarang hanya bisa dibuat lurus seperti penjara? Kalau mau bahkan bisa membuat tralis dengan motif batik! Dan juga kaca yang dipakai bukan jenis kaca nako yang kalau kena bola langsung pecah.

"Gini saja bu, sebaiknya ibu diskusikan hal ini lebih lanjut dengan pasangan ibu dan juga keluarga ibu. Saya tidak bisa memaksa, karena kepuasan klien adalah tanggung jawab saya. Sekarang saya akan meninggalkan tempat ini dan memberi ibu dan pasangan ibu waktu untuk berdiskusi. Jika hasilnya sudah final, ibu bisa langsung menemui saya kembali di kantor. Saya permisi."

Jingga menarik tas tangannya yang ada di sebelah kursinya dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari restoran itu. Sekarang yang harus ia lakukan adalah mecari restoran baru yang bisa membuat suasana hatinya kembali membaik.

Jam di pergelangan tangan Jingga sudah menunjukkan pukul 13.20 menit. Tadi ia keluar dengan kliennya memang sebelum jam makan siang, dengan perhitungan pertemuan tersebut akan berlangsung cepat dan ia bisa langsung makan siang di restoran. Namun perkiraannya meleset jauh, hingga jam makan siangnya habis ia belum mengisi apapun untuk perutnya.

Suasana hangat menguar dari restoran yang bertema skandinavian itu. Dinding berwarna putih dengan campuran warna kayu dan batu bata serta laintai kayunya mempengaruhi pengunjung khususnya Jingga untuk merasa nyaman sehingga betah berlama-lama berada disana. Restoran yang bernama Gwenivere ini memang sudah sering Jingga kunjungi karena nuansa skandinaviannya yang memang sangat disukai Jingga.

Masakan yang tersedia pun cukup beragam. Dimulai dari berbagai jenis minuman, roti-rotian khas negara-negara eropa, lalu ada berbagai jenis pasta lengkap dengan latte-nya, steak dan juga beberapa masakan Indonesia yang sederhana seperti nasi goreng dan ayam rica-rica.


Jingga mengedarkan pandangannya ke sekiling resto sambil menunggu pesanannya datang. Dan saat itulah ia menatap seseorang yang ingin dihindarinya. Seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang membuat ia menjadi lebih berhati-hati menjalin hubungan dengan pria saat ini.

Langit Jingga (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang