Sebenarnya Jingga sudah tak berminat berbicara tentang masa lalunya. Namun, demi keberlangsungan masa depannya maka ia harus mengurai kembali masa lalunya. Disini bersama Rora.
Jingga sudah berjanji pada diri sendiri. Apapun situasinya ia akan berfikir dengan kepala dingin. Jingga harus bersikap dewasa sekarang. Menerima penjelasan apapun yang keluar dari mulu Rora.
Rora sudah bertekad menceritakan semuanya pada Jingga. Karena ia sudah tak kuasa membendung rasa bersalahnya. Rora yang sekarang bukanlah Rora yang dulu yang mudah ditipu oleh rayuan cinta. Dan demi masa depan kakaknya yang sepertinya menaruh benih-benih asmara pada Jingga, ia akan jujur sejujur-jujurnya.
Rora mulai menceritakan kisahnya kepada Jingga.
"Dulu aku emang bodoh banget! Aku juga menyesal Ji, sangat-sangat menyesal. Aku bener-bener buta oleh cinta, aku selalu terbuai kata-kata rayuannya," Rora menghela nafasnya sebelum melanjutkan ceritanya. "Awalnya aku gak tau kalau Hamid punya rencana seperti itu, lalu tanpa sengaja aku melihat pesan dari kamu di hp-nya. Disitu aku marah besar sama Hamid, karena bagaimana pun juga aku diselingkuhi. Aku langsung minta putus sama Hamid, tapi kamu tau Hamid kan? Dia dengan segala alasan dan rayuan cintanya bisa bikin wanita manapun luluh... dan akhirnya aku pun luluh."
"Kamu bodoh!"
"Iya aku emang bodoh Ji! Aku bener-bener buta oleh cinta. Karena asal kamu tau, Hamid cinta pertama ku yang ku anggap serius. Dan dulu dia adalah pusat duniaku."
"Sekarang?"
"Pas kejadian di taman waktu itu, aku jadi mulai berfikir kalau yang aku lakuin itu salah. Aku banyak berfikir tentang hubungan ku dengan Hamid. Lalu kejadian lagi Ji! Aku lagi-lagi diselingkuhi. Itu gak seberapa lama setelah kamu putus sama Hamid. Jadi kalau dihitung-hitung, ada 3 gadis yang mengisi hari-harinya."
"Brengsek Hamid! Kamu serius?" Jingga mengepalkan jemari tangannya, terkejut sekaligus marah mendengar penuturan Rora.
"Apa aku kelihatan lagi akting? Disitu aku merasa menjadi wanita paling bodoh di seluruh jagad raya Ji! Setelah itu aku pergi. Pergi kemana pun asal aku gak bisa ditemukan oleh Hamid."
"Kamu gak berniat cari tahu alasan Hamid melakukan itu semua?"
"Buat apa? Biar aku bisa diboh-bodohi lagi? Gak akan! Cukup sekali aja... eh 2 kali deh," Rora meralat ucapannya. "Aku lalu ikut program mengajar di pedesaan, sambil menyelam minum air. Kamu bisa tanya Kak Langit, aku baru sekitar satu minggu kembali ke peradaban kota."
Setelah mendengar penuturan Rora, Jingga tak tau harus berbuat apa. Marah kan? Atau sedih? Ia tak tau kisah dibalik kisah ini, ia disini hanya korban dan tak berniat untuk mencari tau lebih lanjut.
"Hmmm Rora, aku gak tau kalau ternyata ceritanya seperti itu. Dulu, aku hanya berfikir bahwa aku korban satu-satunya, ternyata masih ada Jingga-Jingga lainnya. So, aku juga minta maaf atas reaksi berlebihanku sama kamu."
Rora mengulurkan jari kelingkingnya lalu disambut dengan Jingga yang mengaitkan jari kelingkingnya.
"Hai, calon kakak ipar." Rora tersenyum jahil.
"Ha?"
**
Di meja yang terpisah, seorang pria sedang menyesap kopi hitam dari cangkir hijau restauran. Ternyata kita sering kali dipermainkan oleh takdir. Bagaimana bisa adikknya yang selalu ia anggap anak kecil terlibat perselisihan dengan seseorang yang saat ini sering hadir dalam mimpinya.
Sekelumit pikiran terlintas dalam benaknya. Langit tak mau membayangkan kemungkinan terburuk. Ia tak akan bisa melerai dan membela kedua itu perempuan saat ini, tak akan bisa jika ia memilih salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Jingga (Complete)
RomanceCerita tentang Langit dan Jingga yang bertemu pada ruang waktu yang sama. Langit selalu menanti sang fajar, karena ia tahu bahwa nanti akan bertemu Jingga Langit-Jingga mohon vote dan komennya ya :*