Sebelum dibaca vote dulu yuk
*
*
Hari sabtu memang waktu yang pas untuk kencan bagi orang yang memiliki pasangan. Langit pun tak menyia-nyiakan hari sabtunya yang berharga ini, untuk itulah ia akan mengajak Jingga kencan. Seseorang yang akan segera menjadi pasangannya, semoga.
"Mau kemana sih kita?" Tanya Jingga yang sudah berada di dalam mobil langit.
"Kencan." Langit memamerkan deretan giginya, "Kaya anak-anak ABG."
"Hahaha," Jingga tertawa. "Kamu harusnya malu tuh sama keriput."
"Ih enak aja ngatain aku keriput."
"Itu gak liat? Ada kerut-kerutan di pipi?" Jingga menatap Langit serius.
"Ohh ini pasti karena kebanyakan senyum gara-gara sering liatin kamu." Ujar Langit yang masih tampak fokus mengendalikan kemudinya.
Jingga menyubit pinggang Langit dari samping, "Aduhh!" Lalu terdengarlah tawa dari Langit. "kamu hobi banget sih nyubit-nyubit aku? Daripada dicubit mending aku dipeluk."
"Ihhh."
Dan terdengarlah tawa dari Jingga dan Langit.
**
Awalnya Langit berencana mengajak Jingga pergi ke bioskop, namun setelah mengutarakan rencananya dan melihat jadwal film, tidak ada yang menarik dan cocok ditonton saat kencan maka Langit memutuskan untuk merubah rencananya. Toh masih banyak kesempatan untuk menonton film dengan Jingga.
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya Langit dan Jingga memutuskan untuk pergi ke daerah puncak, Bogor. Selagi jarum jam masih menunjukkan pukul 10 pagi, belum terlalu siang untuk memacu mobilnya ke daerah puncak.
Mereka tiba di daerah puncak tepat saat matahari berada di singasana tertingginya. Mungkin semesta menghendaki mereka untuk bisa menggoreskan kisah mereka pada hari sabtu ini, karena mobil Langit merupakan salah satu yang beruntung mendapat one way naik ke puncak.
Langit terus memacu mobilnya hingga sampai di kawasan Taman Safari. Langit tak mempunyai opsi lain selain Taman Safari, karena ia juga sudah lama tidak mengunjungi tempat wisata satwa di alam bebas seperti itu.
Jingga pun tampak bersemangat dengan ajakan Langit. Dan untuk menunjang petualangannya hari ini, tak lupa ia membeli beberapa ikat wortel untuk diberikan pada hewan-hewan di dalam sana.
Setelah puas melihat-lihat aneka satwa dan berkeliling di taman safari, lalu mereka menyaksikan atraksi koboi yang merupakan salah satu show di sana. Walaupun harus terburu-buru saat makan siang untuk mengejar jam pertunjukkan.
Atraksi pertunjukkan kobai di sana sangat menarik. Banyak adegan laga yang ditampilkan, bukannya terlihat menakutkan malah mengundang gelak tawa seluruh penonton yang hadir. Ditampilkan juga atraksi ledakan dinamit yang terlihat sangat nyata dengan kobaran api di atas panggung.
Mereka berdua dan seluruh pengunjung yang hadir tampak terpukau menyaksikan pertunjukkan tersebut. Dapat dibuktikan dengan tepuk tangan dan riuh suara dari pengunjung ketika pertunjukkan tersebut telah selesai.
"Bagus banget!" Ucap Jingga yang tak henti-hentinya memberikan tepuk tangan.
Jingga lalu mengajak Langit untuk ikut mengantri agar dapat berfoto bersama dengan beberapa pemain pada pertunjukkan tadi. Mereka tak bisa berlama-lama berfoto dengan para pemain karena begitu banyak pengunjung yang juga mengantri untuk mendapatkan giliran.
"Kesitu dulu yuk, Ji." Langit menarik lengan Jingga untuk mengikutinya berjalan ke arah toko souvenir. Langit lalu mengambil sebuah bando bermotif jerapah lengkap dengan telinganya. "Lucu," Langit melanjutkan kalimatnya, "Kamu jadi mirip jerapah."
"Kalau aku jerapah kamu apanya?" Tanya Jingga
"Pawangnya haha," Langit melanjutkan. "Kan aku lagi berusaha buat jinakin kamu."
Jingga hanya melengos mendengar perkataan Langit.
Akhirnya mereka keluar dari toko souvenir dengan satu kantung plastik berisi dua pasang sandal jepit, satu untuk Langit dan satu untuk Jingga serta bando jerapah untuk Jingga.
Hari sudah beranjak gelap ketika mereka sudah dalam perjalan pulang menuju Jakarta. Sebelum kembali ke Jakarta, Langit memberhentikan mobilnya di sebuah warung pinggir jalan untuk menikmati suasana puncak pada malam hari ditemani jagung bakar dan juga Jingga.
Jingga menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Udara puncak pada malam hari membuatnya kedinginan ditambah pakaian yang ia kenakan jauh dari kata tebal. Hanya blus tipis dengan lengan sepanjang siku yang tentunya tak bisa menghalau udara dingin.
Langit menghampiri Jingga dengan dua gelas susu jahe ditangannya, lalu meletakkannya dihadapan Jingga.
"Tunggu sebentar." Langit berjalan kembali ke arah mobilnya lalu mengambil sesuatu dari dalam sana.
"Biar gak dingin," Langit menyampirkan jaketnya pada punggung Jingga.
"Thanks." Ucap Jingga.
Tak berapa lama kemudia pesanan janggung bakar mereka tiba. Lalu mereka makan dalam diam terhanyut oleh kerlipan lampu di bawah sana.
Jingga meneguk susu jahenya.
"Kamu tau ga? Dulu aku pikir aku gak akan suka susu jahe, karena aku memang tidak menyukai susu putih. Ketika kuliah, aku mengikuti makrab himpunan dan saat acara jurit malam kita semua disuruh minum susu jahe sebelumnya, ternyata rasanya enak." Jingga mengulas senyumnya.
"Langit," Jingga melanjutkan perkataanya. "What are we?"
*
*
*
sudah mendekati ending nih hehe, maaf ya kalau ceritaku jauh dari ekspektasi kalian2 semua, tapi aku mohon komen dan votenya ya hehe terutama untuk yang sudah menambahkan cerita ini di library kalian :D
Peluk dan cium :*

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Jingga (Complete)
Storie d'amoreCerita tentang Langit dan Jingga yang bertemu pada ruang waktu yang sama. Langit selalu menanti sang fajar, karena ia tahu bahwa nanti akan bertemu Jingga Langit-Jingga mohon vote dan komennya ya :*