Sebelum mulai baca di vote dulu yaa :*
*
*
*
Langit mendengar ucapan Jingga dengan seksama, ia sangat suka suara Jingga yang selalu terdengar merdu ditelinganya. Dan mendengar cerita yang keluar dari mulut Jingga adalah situasi yang takkan pernah membuatnya merasa bosan.
Jika Jingga sudah bisa menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya, maka Langit tahu bahwa ia adalah orang yang dipercayai oleh Jingga. Dan Langit takkan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Langit terhenyak mendengar pertanyaan Jingga. Bukan ia tak bisa menjawabnya, namun karena takjub Jingga dapat dengan lugas mengatakan kegamangan hatinya.
"Ji, aku sudah bilang sebelumnya, kalau aku ingin serius dengan kamu. Jadi sekarang tinggal bagaimana dengan kamu?"
"Kok kamu malah jawab dengan pertanyaan lagi?" desak Jingga.
"Loh aku udah jawab sebelumnya kan?" Langit menatap mata Jingga lekat-lekat, "Aku bukan anak-anak lagi Ji, aku sudah dewasa dan aku tahu apa yang aku lakukan. Aku tak akan merayu kamu sering-sering kalau aku tak punya perasaan khusus buat kamu."
Jingga hanya bisa berdeham mendengar ucapan Langit, tenggorokkanya terasa tercekat untuk mengeluarkan sepatah kata.
"Aku tak akan main-main dengan perasaanku, kalau boleh aku langsung mau bawa kamu ke KUA sekarang hehe," Langit terkekeh mendengar perkataanya sendiri.
"Indira?"
Langit mengnyernyitkan dahinya, "Maksudnya hubungan aku sama Indira?"
Jingga tak menjawab pertanyaan Langit, ia hanya dapat mengangkat bahunya.
"Aku sama Indira hanya sahabat, kamu kan tahu sendiri."
"Hmm," Jingga memulai kalimatnya dengan sebuah gumaman. "Aku ragu ada kata sahabat diantara pria dan wanita. Indira sepertinya mengerti kamu banget, dia cantik sempurna sebagai seorang wanita, kalian punya hobi sama, kalian juga..."
Langit memotong perkataan Jingga sebelum selesai, "Aku akui, aku pernah mencoba lebih dari sekedar sahabat dengan Indira ketika kuliah, tapi itu tak berhasil. Nyatanya kutub utara dengan kutub utara akan selalu tolak menolak."
"Ohh... jadi statusnya pernah mantan?" Jingga mendengus dengan kesal, niatnya berkata seperti itu untuk meyakinkan hatinya dan menghilangkan keraguan namun ternyata fakta malah memperjelas semuanya. Memang wanita dengan segala keingintahuannya terkadang menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
"Bukan mantan, hanya aku yang mencoba lebih...Indira tetap dengan perasaan terpendamnya dengan seseorang dimasa kecilnya."
Langit mengambil tangan Jingga dan menggenggamnya, "Tangan kamu dingin." Lalu Langit semakin erat menggenggam tangan Jingga sebelum melanjutkan penjelasannya.
"Kamu cemburu lihat aku sama Indira beberapa waktu kemarin saat makan siang?"
"Jangan ge-er kamu!" jawab Jingga ketus lalu melepaskan genggaman tangan Langit.
"Hahaha, tak apa. Aku senang kalau kamu cemburu." Langit mengerlingkan matanya dengan jahil ke arah Jingga.
"Jangan percaya apa kata orang Ji, kalau seseorang telah telah aku jadikan sahabat maka ia akan tetap menjadi sahabat. Aku akan membatasi diriku untuknya dan begitupun sebaliknya. Jadi kamu tak perlu khawatir."
"Yakin?" Tanya Jingga.
"Nanti kamu akan tahu bedanya menjadi shabatku dan menjadi kekasihku." Langit masih terus menatap mata Jingga, "Makanya terima aku dong Ji..." suaranya seakan penuh permohonan.
"Langit, jujur aku sudah tak mau lagi punya hubungan yang main-main dengan lawan jenis. Aku mau punya tujuan yang pasti tentang sebuah hubungan, karna sepertinya aku sudah terlalu tua untuk hubungan yang putus-nyambung." Ucap Jingga sambil memainkan jari-jarinya.
"Kamu mau aku seret ke penghulu sekarang juga?"
Jingga menggeleng menjawab pertanyaan Langit, "Biar semua ini jelas, mau dibawa kemana kisah kita..."
Jingga tak dapat merangkai kalimat lagi untuk Langit. Ia hanya bisa merapatkan jarak diantara mereka, lalu bersandar di dada bidang Langit. Jingga hanya berharap bahwa ia tak salah menitipkan hatinya pada Langit.
Langit lalu memeluk Jingga erat dan mengecup puncak kepala Jingga. "Pulang yuk..."
**
Sudah berhari-hari berlalu sejak terakhir kali Langit dan Jingga membicarakan hubungan mereka di langit malam puncak. Dan sejak saat itu, senyum tak pernah lepas dari mereka ketika bertemu satu sama lain.
Setiap hari Langit akan dengan senang hati menjemput Jingga untuk berangkat ke kantor juga saat jam pulang kantor. Seringkali saat menjemput jingga dari kantor, Langit mengajak Jingga untuk sekedar makan malam bersama atau kencan di saat akhir pekan.
Jingga pun dengan senang hati menerima semua perlakukan Langit. Sudah lama sepertinya ia tidak merasakan perasaan disayangi seperti ini oleh lawan jenis. Jingga benar-benar terbuai oleh pesona Langit yang semakin hari semakin bertambah.
Langit sudah berencana untuk segera melamar Jingga dalam waktu dekat. Orangtua masing-masing pun sudah saling mengenal dan segera ingin mendiskusikan hubungan lebih lanjut. Yang tak kalah bahagia tentu saja Rora, jelas sekali sekarang ia punya sekutu untuk berdiri disisinya yaitu Jingga. Namun Jingga lebih sering memilih menjadi penengah diantara kakak beradik itu, daripada memihak salah satunya.
Tentu saja semua berjalan dengan lancar sesuai dengan ekspektasi mereka, tak kecuali dengan rumah baca. Rumah baca sudah siap dengan segala perabotan dan juga buku-buku didalamnya. Hari ini adalah acara peresmian rumah baca sekaligus penyuluhan dan pengenalan kepada warga-warga disekitar agar dapat mengajak anak-anaknya untuk singgah dirumah baca.
Dan disana Langit juga mempersiapkan sesuatu yang spesial untuk Jingga.
Acara peresmian berlangusng meriah. Banyak sekali warga yang datang berbondong-bondong mengajak anak mereka untuk melihat rumah baca, hal yang baru di lingkungkan mereka. Anak-anak pun antusias melihat koleksi buku-buku yang tersedia. Bahkan belum ada waktu sehari sudah banyak anak-anak yang ingin meminjam buku agar bisa dibaca dirumah.
"Semoga bantuan dari kakak-kakak dapat bermanfaat bagi warga juga adik-adik di lingkungan desa ini." Ucap Pak RT mengakhiri sambutannya.
Dan acara pun dilanjutkan dengan hiburan dari teman-teman relawan yang sudah menyediakan waktunya dan tenaganya untuk menghibur anak-anak.
Tanpa disangka-sangka pemutar musik yang tadinya menyajikan lagu anak-anak berubah menjadi lagu klasik hanya dengan dentingan piano. Beberapa anak pun mengeluarkan bunga yang mereka sembunyikan dibalik pakaian mereka.
Bunga-bunga tersebut ditunjukkan kepada Jingga yang saat ini menatap bingung semua orang. Dengan pikiran yang masih mencerna semua ini, Jingga menerima tangkai-tangkai bunga yang diberikan kepadanya.
Tak berapa lama kemudian Langit muncul dari balik dinding menghampiri Jingga. Semua yang hadir pun turut berdiam dan dengan antusias menyaksikan adegan didepannya saat ini.
Langit berlutut dihadapan Jingga, lalu meraih tangan Jingga yang bebas tanpa bunga digenggamannya. Langit lalu mengeluarkan sesutu dari kantung celananya. Sebuah kotak beludru berwarna merah.
"Jingga, will you marry me?"
Jingga yang tak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini larut dalam kebahagiaan. Ia sudah tak dapat merangkai kata-kata, lidahnya seakan kelu. Lalu dengan sebuah anggukan ia menjawab pertanyaan Langit.
Langit tersenyum dengan anggukan Jingga. Lalu ia memasangan sebuah cincin di jari manis Jingga, yang langsung disambut dengan riuh tepuk tangan dari semua orang.
END.
*
*
*
Sampai disini saja ceritaku, part epilognya menyusul yaa di tahhun baru hehe.
Terimakasih buat yang sudah menyempatkan waktunya untuk baca, vote dan komen ataupun yang cuma liat-liat :p
pokoknya tetep vote dan komen ya hahaha :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Jingga (Complete)
Lãng mạnCerita tentang Langit dan Jingga yang bertemu pada ruang waktu yang sama. Langit selalu menanti sang fajar, karena ia tahu bahwa nanti akan bertemu Jingga Langit-Jingga mohon vote dan komennya ya :*