Part 11

1.9K 142 1
                                    

"Braakkk!!!" Jingga menjatuhkan tubuhnya dengan kasar pada kursi dikubikelnya. Moodnya benar-benar hancur sekarang.

Sedari tadi mood Jingga memang sudah kurang baik. Semua itu disebabkan oleh pms hari pertamanya di tambah kerjaannya yang mendekati deadline dan orang-orang disekitarnya yang seakan mendukung Jingga untuk kesal sepanjang hari.

Ketika diperjalanan pun polisi lalu lintas sudah membuatnya kesal. Bagaimana tidak, polisi lalu lintas seenaknya saja menghentikan laju mobilnya padahal lampu lalu lintas sudah menunjukkan warna hijau! Ia sudah menunggu sekian lama lampu lalu lintas berubah warna dari merah menjadi hijau tapi mengapa saat gilirannya tiba mobilnya malah dihentikan!

Belum lagi kesalnya hilang akibat ulah polisi lalu lintas, ada saja yang menambah tingkat kekesalannya. Lapangan parkir kantornya sudah penuh! Usut punya usut setelah menanyakan hal tersebut kepada satpam kantor katanya ada rombongan klien yang datang pagi ini sehingga lapangan parkir kantornya menjadi penuh. Demi apapun ini baru jam 7 pagi! Klien siapa yang datang dipagi hari seperti ini? Apa mereka mau numpang sarapan di kantor orang atau mau bantu bersih-bersih sebelum karwayan kantor datang?!

Dengan berat hati Jingga terpaksa memarkirkan mobilnya secara pararel lalu meninggalkan kunci mobilnya di pos satpam agar ketika lapangan parkir kantornya sudah kosong mobilnya kesayangannya bisa terparkir dengan aman sentosa.

Lalu setelah makan siang moodnya bukan membaik malah bertambah buruk. Salahkan komputer dikubikelnya yang secara tiba-tiba not responding sehingga membuat ia harus extra menunggu untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga berdampak dengan terlambatnya ia turun ke lobi untuk makan siang dan akhirnya bertemu dengan Langit.

Langit. Pemuda itu menjadi puncak kekesalannya hari ini. Mengapa semua pria itu brengsek? Buaya. Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa padahal sangat jelas bahwa yang menyebabkan situasi seperti ini ya para pria itu sendiri. Ah rasanya Jingga ingin meremas-remas wajah Langit dengan tangannya.

"Inhale...Exhale...Inhale...Exhale," Jingga mengontrol emosinya dengan mempraktekan pernafasan pada kelas yoganya. Untungnya ruangannya saat ini masih sepi, karena jam makan siang belum usai sehingga banyak dari teman-temannya memanfaatkan waktu kosongnya untuk berada diluar kantor.

Sesi mengontrol emosinya ternyata tidak berfungsi. Ia masih tetap ingin meremas-remas wajah Langit. Tapi apa daya, Jingga hanya bisa melampiasakan kekesalannya pada kertas-kertas di meja kubikelnya.

"Krsssskkkkksksks!!!"

Dengan menggebu-gebu dan kobaran semangat ditambah rasa kesalnya ia meremas-remas kertas dihadapannya. Awalnya satu kertas, merasa tidak puas ia menambahkan selembar demi selembar kertas ke bongkahan yang sudah jadi. Hasilnya, kertas remasan Jingga menjadi satu bongkahan besar. Setelah puas ia berniat untuk membuangnya ke tempat sampah diseberang kubikelnya. Namun yang terjadi kertas itu malah mendarat di wajah seorang manusia.

"Aduh!!!" Jingga membulatkan mulutnya mendengar rintihan seseorang disebrang sana. Lalu berujar didalam hatinya "Ohhhhh tidak!"

Menyadari siapa yang berjalan ke arah kubikelnya, Jingga memasang senyum termanisnya.

"Hehehe, maaf pak...," ujar Jingga tetap dengan senyumnya

"Kamu kalau gak ada kerjaan bilang, biar nanti saya tambah kerjaan kamu!"

Saat ini orang yang terkena lemparan kertas dari Jingga Pak Dana yang merupakan atasannya sudah tepat berada di depan Jingga.

"Eh..eh jangan pak..., saya niatnya mau buang sampak kok."

Langit Jingga (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang