Chapter 21 : Pain

78 7 0
                                        

-You could forgive people but not forget what they've done to you-

○●○

"Cut!" teriak sang sutradara menghentikan acting Alsa dan Tristan.

Beliau pun menghampiri Alsa. "Kamu kenapa? Ekspresimu seharusnya menunjukan kebahagiaan bukan senyum terpaksa seperti itu," ujar sang sutradara memberitahu Alsa.

Alsa mengangguk paham. "Bisa istirahat dulu?" tanyanya meminta waktu kepada sang sutradara.

Beliau pun mengizinkan lalu memberitahukan kepada para kru untuk istirahat selama 15 menit.

Melihat wajah Alsa yang sendu itu membuat Tristan sedikit iba. Ia tak tahu jika orang seperti Alsa bisa sedih seperti ini.

"Lo kenapa? Sakit?" tanya Tristan sembari menempelkan punggung tangannya pada dahi Alsa penuh perhatian. Gadis itu menggeleng pelan.

"Mana Alsa yang pemarah tadi? Mending lo marah-marah daripada sedih gini," ujar Tristan.

"Alsa!" panggil Ale yang akhirnya datang.

Dengan gerakan cepat, Alsa telah berada didekapan Ale. Ale mengusap puncak kepala Alsa lembut. Mike pun ikut menenangkan gadis itu sehingga membuat Tristan menghela napas lega. Setidaknya Alsa memiliki orang-orang yang bisa menenangkannya.

Tak berapa lama, kedua matanya menangkap kedatangan sosok yang sedari tadi ditunggunya.

"Hei, T!" panggil Luke menghampiri Tristan.

"Mana model cewek yang percaya diri banget kalo gue mau sama dia?" kekeh Luke langsung menanyakan sosok yang tadi dimaksud Tristan melalui telepon.

Dagu Tristan menunjuk gadis yang sedang bersama Ale dan Mike itu.

"Alsa? Kalo model ceweknya dia mah, gue mau. Kok bisa Alsa yang jadi modelnya?" tanya Luke yang masih setia menatap Alsa dari kejauhan.

"Gak tau. Kayaknya Mike sendiri yang minta Alsa khusus jadi model video klip lagunya deh," jelas Tristan. "Kok lo bisa kenal Alsa?"

Luke mengulas senyum kecil. "Dia itu temen sekolah gue dan jadi cewek pertama yang gue suka," katanya.

Tristan mengangguk mengerti. "Sekarang... masih suka?" tanya Tristan lagi.

Luke pun tertawa renyah karena pertanyaan Tristan itu. "Enggaklah. Gue udah punya Stella. Oh gue tau. Lo suka ya sama Alsa? Gue restuin, kok. Tapi jangan macem-macem sama dia, kalo lo bikin dia nangis, lo berhadapan sama gue."

Bagaimanapun, Luke masih peduli dengan Alsa. Dan mungkin masih sangat peduli.

Tristan memukul kepala Luke keras. Membuat sang pemilik kepala merasa kesakitan. "Sok tau lo. Ogah gue sama cewek pemarah kayak gitu."

Luke membalas pukulan Tristan tadi dengan tenaga yang lebih keras. "Awas aja ntar kalo jadian."

"Never in a million years," sanggah Tristan sembari mengusap kepalanya yang sakit.

Luke memukul jidatnya sendiri. "Bego. Kenapa lo gak bilang kalo ceweknya Alsa?! Gue tadi ngajak Israel juga kemari," kata Luke panik.

Tristan memandang heran temannya yang terlihat gelisah itu. Memangnya ada apa dengan Alsa dan Israel?

Israel sungguh panjang umurnya. Baru saja Luke berbicara tentang dirinya, ia sudah datang dengan gayanya yang santai.

"Whats up bro--Alsa?" ucap Israel yang sedang menyapa kedua temannya tetapi kedua matanya menemukan sosok gadis yang sangat ia kenal. Gadis yang terpanggil itu pun menoleh ke arah sumber suara.

Seketika tubuhnya mematung.

○●○

Hay hay!

Gimana tuch lanjutannya? Mereka baikan ga ya?

Oh iya, fyi, sekitar 4 chapter lagi cerita ini dinyatakan selesai. Yeay!

Tunggu kelanjutannya ya. See ya!

Xoxo,

18/06/2017

Los(t) AngelesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang