[FINAL] Chapter 25 : Second Chances

153 5 0
                                    

Playlist : Delta Goodrem - Lost Without You

○●○

Mobil Ale sudah sampai di tempat tujuan. "Mau gue anter ke dalem atau--"

Alsa mengelengkan kepalanya. "Gak usah. Thanks for everything, Al," senyum Alsa tulus.

"Ini semua gak ada apa-apanya dibandingin perhatian lo ke gue, Sa," ujar Ale.

Alsa pun menyempatkan diri untuk memeluk Ale sebelum keluar dari mobilnya.

Sepeninggal Ale, Alsa menghembuskan napasnya untuk menenangkan diri. Di bukanya pintu kedai lalu kedua matanya langsung tertuju pada sosok yang telah menunggunya.

Senyuman Israel tak juga menghilang ketika Alsa sudah berada dihadapannya.

Di atas meja terdapat dua cangkir vanilla latte yang dulu pernah menjadi kesukaan Alsa saat SMA. Israel tak melupakan kesukaan gadis tersayangnya.

"Lo... dah tau kenapa gue pengen ketemu sama lo?" tanya Alsa.

Israel menggeleng tanpa sedetikpun melepas senyumnya. Ia sangatlah bahagia saat Alsa mengajaknya bertemu. Seakan suatu kesempatan langka dan berharga hingga ia akan melakukan apapun agar membuat Alsa nyaman dan dapat berlama-lama bersamanya.

"Lo tau kalo foto kita berdua jadi viral?" tanya Alsa lagi.

Kali ini Israel mengangguk. "Sumpah demi apapun, gue gak nyebarin foto itu."

Alsa tertawa. "Iya, gue tau, kok. Ponselnya Ale ilang dan mungkin yang nemu ponselnya itu nyebarin semua foto yang ada disitu," jelas Alsa.

Israel mengangguk mengerti. "Lo gak marah?" tanya Alsa.

"Karena foto itu kesebar? Enggak lah," jawab Israel enteng seakan tanpa beban.

Alsa terdiam sejenak. Memandang secangkir vanilla latte kesukaannya.

Kedua matanya kembali menatap Israel. "Kalo berpengaruh sama karir lo gimana? Masa depan lo ancur gimana? Cindy gimana?" tanya Alsa bertubi-tubi.

Israel mengulas senyum terbaiknya lalu menggenggam tangan Alsa sembari menatap gadis itu tepat di matanya. "Kalo karir sama masa depan gue ancur? Gue bangun lagi. Cindy? Gue udah putus," jawab Israel singkat namun jelas.

Alsa melepaskan pandangannya dari Israel karena tak kuasa memandangnya. Entah kenapa.

"Gue inget semuanya, El."

Israel belum berkomentar apapun. Menunggu Alsa melanjutkan perkataannya.

"Gue barusan inget lo pernah nyium gue dulu. Dan gue sadar kalo gue pernah bikin lo patah hati karena nyuruh lo ngelupain semuanya. Perlu lo tau, saat gue ngomong itu, gue gak inget tentang ciuman kita," jelas Alsa.

Israel mengangkat wajah Alsa. Menyuruh gadis itu untuk memandangnya. "Gue udah tau kalo lo lupa. Maka dari itu gue masih nunggu disini walaupun dengan harapan yang gak pasti," senyum Israel.

Alsa melipat bibirnya. "Sorry. Gue gak pernah terpikir kalo hal sekecil itu bisa ngerubah semuanya. Tujuan gue ngajak ketemuan itu untuk ngelurusin semuanya. Dan juga nyampein ke elo tentang rasa bersalah gue. Gue pengen kita baikan kayak dulu lagi," lanjut Alsa.

"Sebelum lo ngomong pun gue dah ngerasa kalo kita udah baikan," kata Israel terkekeh pelan.

Ibu jari Israel mengusap lembut punggung tangan Alsa. "Gue mau tanya ini sekali lagi. Lo mau gak ikut gue ke New York?" tanya Israel dengan sorot matanya yang penuh keseriusan.

Alsa merasa ini seakan de javu. Bedanya hanya pada kesadaran gadis itu sekarang.

"Gue gak mau ada penolakan lagi," ucap Israel seakan memberikan keputusan sepihak.

"Perlu lo tau... gue udah berubah, El. Gue bukan Alsa yang dulu. Sekarang gue itu seorang party girl, suka minum, cuek,--"

"Gue gak peduli, Sa. Lo berubah. Gue berubah. Semuanya berubah. Itu gak bisa dihindari. Dan gue pengen kita mulai semuanya dari awal. Dua sosok baru yang saling mengenal lagi satu sama lain seiring berjalannya waktu," ujar Israel.

"Gue butuh lo buat ngarahin gue ke jalan yang bener, Sa," sambungnya dengan kedua matanya memancarkan permohonan yang sangat besar.

"Gue juga butuh lo, El," senyum Alsa.

Kedua mata Israel membulat sempurna. "Jadi?" tanyanya memastikan.

"Harus ya gue perjelas? GUE MAU KE NEW YORK SAMA LO," teriak Alsa membuat beberapa pasang mata pengunjung mengarah padanya. Alsa dan Israel pun tertawa bersama.

"Lo malu gak?" tanya Alsa sembari tertawa.

"Enggak. Kan lo yang mempermaluin diri lo sendiri," kekeh Israel yang langsung mendapat cubitan bertubi-tubi di lengannya.

"Eh, awas nanti tumpah vanilla latte-nya," kata Israel mengingatkan karena Alsa yang banyak bergerak hingga hampir menyenggol cangkir miliknya.

"Yah udah dingin deh vanilla latte-nya," ucap Alsa dengan raut wajahnya seakan sedih.

Israel mencubit gemas pipi Alsa. "Yaudah sana pesen lagi," kekehnya.

Dan mereka berdua pun larut dalam pembicaraan, seakan dunia milik mereka sendiri.

-Second chances are not given to make things right. But are given to prove that we could be better even after we fall-

-END

HOORAY!! Dengan ini gue menyatakan bahwa LOS(T) ANGELES TELAH SELESAI

Terimakasih buat semua pembaca yang mau meluangkan waktu untuk baca cerita absurd ini.

Sekuel? Entah. Lagi gue usahakan. Tapi gak janji hehew:v

Sekian dari gue. Thanchu~

Xoxo,

28/06/2017

Los(t) AngelesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang