Chapter 24 : Ale's Phone

108 7 0
                                    

-True love has a habit of coming back-

○●○

Pikiran Alsa melayang. Memikirkan hal yang baru saja disampaikan oleh Luke mengenai Israel.

Apakah yang dikatakan Luke benar adanya?

Apakah Israel sangat membutuhkan dirinya?

Apakah Israel seputus asa itu untuk memperbaiki hubungan mereka berdua?

Apakah ia telah setega itu kepada Israel?

Banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab di benaknya. Hingga semua pemikiran itu buyar karena kedatangan Ale dengan kalimat sumpah serapah yang keluar dari mulut pemuda itu.

"Ada apa?" tanya Alsa mengomentari wajah kesal Ale.

"Ponsel gue kayaknya jatoh di jalan deh. Sial banget nasib gue. File-file gue ada disana semua," keluhnya.

"Emangnya file apaan? Paling ponsel lo isinya cuma foto lo sama Bella doang. Kalo ilang, tinggal beli baru terus penuhin lagi tuh ponsel buat foto lo sama Bella," saran Alsa yang sebenarnya hanya asal berbicara.

Ale mengacak rambutnya gusar. "Selain itu, banyak banget foto aib lo, Mike, sama Jeremy. Kalo sampe kesebar... arghh!" teriak Ale frustrasi.

Alsa pun mengusap pundak Ale--menenangkannya. "Udah gapapa. Seaib-aibnya gue juga masih cantik. Jeremy sama Mike juga ga bakalan nyalahin elo, kok," ucap gadis blonde itu menenangkan.

Walaupun sudah ditenangkan oleh Alsa, tetap saja ada perasaan bersalah yang menggeluti pikirannya. "Gue mau nyari lagi aja. Gue keluar dulu," pamit Ale melenggang pergi.

Alsa menatap kepergian Ale sembari menghela napasnya pasrah.
.
.
.
Kedua mata Alsa seakan keluar dari tempatnya setelah melihat sebuah foto yang viral dan menjadi gossip panas di internet.

Foto itu ia perbesar beberapa kali untuk memastikan bahwa itu bukanlah sebuah editan. Ia tak pernah merasa memiliki foto tersebut.

"Gila. Editannya mulus banget. Pro nih yang bikin," ucap Alsa antara memuji dengan sedikit jengkel.

Ale yang datang entah dari mana dan langsung melihat apa yang sedang dilihat Alsa pun sukses membuat kedua matanya membulat sempurna.

Menyadari Ale yang sama kagetnya dengan dirinya, Alsa pun menyerahkan ponselnya pada Ale agar pemuda itu dapat melihat lebih jelas foto tersebut. "Liat nih. Yang ngedit udah pro banget," kekeh Alsa.

Ale menatap Alsa tak percaya. "Lo lupa?"

"Lupa apaan?" tanya Alsa tak mengerti maksud Ale.

Ale menepuk jidatnya. "Ini gak editan. Ini beneran, Sa. Gue yang ngefoto kalian berdua waktu hari terakhir Israel disini. Lo lupa?" tanya Ale menanyakan sekali lagi.

Alsa mencoba menginggatnya. Namun tak satupun kejadian yang terlintas di otaknya. "Gue gak merasa--"

"Lo ciuman sama Israel, Sa. Lo inget waktu di bandara? Waktu lo jauh-jauhan sama dia terus gue bilang 'bukannya harusnya lo seneng ya?' dan lo malah marah gajelas. Gue kira lo inget tapi gak suka dia nyium elo," jelas Ale.

"Wait a minute," ucap Alsa meminta waktu untuk berpikir. Memutar kembali semua kejadian yang pernah ia alami.

"Ih El! Jahat! Udah ninggalin Alsa, tapi Alsa mau minum biar lupa malah gak dibolehin sama El. Maunya El apa?!"

"Lo tanya apa mau gue? Gue maunya elo. Gue mau lo selalu ada disamping gue,"

"Alsa mau ikut Israel ke New York?"

"Gak. Gue tetep disini."

"Persetan sama jawaban lo."

Setelah itu, Alsa merasakan tekanan lembut pada bibirnya. Ya, ia ingat saat itu. Saat Israel menciumnya.

Wajah bahagia Israel saat bangun tidur setelah farewell party terlintas di benaknya.

"El, yang tadi malem tolong lupain aja ya."

"Aneh deh lo berdua. Padahal tadi malem--"

"Lah seharusnya lo seneng dong?"

"Tanpa bersalah lo dah ngambil first kiss gue dengan cara kayak tadi. Dan gimana kalo Cindy tau pacarnya nyium cewek lain? Lo gak mikirin perasaannya cewek lo? Lo gak mikirin perasaan gue yang lo lakuin seenak jidat lo?"

"Oh God. Jadi lo lupa."

Semua suara-suara itu terdengar kembali.

Akhirnya Alsa menyadari bahwa ia lah yang mencampakan Israel terlebih dahulu. Ia yang menolak pemuda itu tanpa disengaja. Ia telah membuat Israel patah hati jauh sebelum dirinya merasakannya.

Dan fakta yang paling menyesakkan adalah... Alsa tak mengetahuinya.

Alsa terlalu fokus dan mementingkan dirinya sendiri hingga ia tak memikirkan perasaan Israel. Ia terlalu merasa bahwa dirinya yang disakiti dan tanpa sadar ia telah menyakiti Israel terlebih dahulu.

Itu semua berawal karena ketidakmauannya mengingat kejadian saat ia tengah tak sadar diri. Ia tak pernah mau mencoba mengingatnya.

Tak terasa air matanya telah mengalir membasahi kedua pipinya.

"Gue inget. Semua salah gue. Israel pergi kayak gitu, dengan mudahnya ninggalin gue, itu semua salah gue," isak Alsa yang larut dalam penyesalan. Ale pun memeluk gadis itu, mencoba menenangkannya.

Ale mengusap helaian rambut Alsa dengan lembut. "Lo mau baikan sama El?" tanya Ale.

Alsa mengangguk dalam dekapan Ale. "Yaudah. Telepon El sekarang," perintah Ale.

"Tapi--"

"Gausah berpikiran negatif. Semua itu dicoba dulu. Baru narik kesimpulan," ujar Ale menasihati.

Alsa pun menuruti perintah Ale dengan menelepon Israel sekarang. Baru saja menunggu satu detik, Israel telah mengangkatnya.

"Alsa? Ada apa? Lo kenapa?" tanya Israel cemas setelah mendengar isakan tangis Alsa.

"G-gue pengen ketemu. Lo mau--"

"Gue mau, kok! Gue jemput lo sekarang ya. Tunggu sebentar. Gue bakal cepet," ujar Israel antusias.

Alsa tertawa. "Gak usah. Gue dianter Ale. Kita ketemuan di kedai kopi deket rumah. Jangan ngebut," ucapnya mengingatkan.

"Siap. Tunggu sebentar ya. See you, Alsa," kata Israel lalu menutup panggilan teleponnya.

Dan sebuah lengkungan keatas pun menghiasi wajah Alsa.

○●○

YEAY! SATU CHAPTER LAGI NIH! OTW END

OH IYA. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI READERS KU TERSAYANG:) *TELAT

DON'T FORGET TO VOMENT KAY. THANCHUU~

XOXO,

26/06/2017

Los(t) AngelesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang