#11

1.3K 104 11
                                    

Sana P.O.V.

aku bangun dari tidurku saat mendengar suara handphoneku berdering. dengan malas kuangkat telfon itu.

"Na, lo udah bangun belom?" tanya suara dari seberang.

"napa sih lo ganggu pagi-pagi" gerutuku kesal.

siapa yang tidak kesal waktu istirahatnya di ganggu. semalam aku baru saja menonton film horor bersama member lain dan baru tidur sekitar jam 2 pagi.

"lo bisa ke dorm gue gak entar. bikinin gue sup kek. gue lagi gak enak badan" ujar suara seberang dan diikuti suara batuk.

ada perasaan iba dalam diriku. tidak mungkin aku mengabaikan kakakku yang sedang sakit begitu saja.

"emang gue boleh masuk ke dorm lo apa? yang ada entar pada nanya kenapa gue kesana. lo gak mau nayeon salah paham lagi kan?" aku bangkit dari posisi tidurku lalu menoleh kearah tempat tidur Nayeon.

sepertinya semuanya sudah keluar dari tadi. aku menghela nafas lega lalu memukul mulutku. kenapa mulut ini tidak tau tempat sekali. untung saja kamar kami sedang sepi sekarang.

"gue udah minta izin ke PD nim. entar lo keasrama gue pas anak-anak pada pemotretan aja. please ya Na. kalo soal nayeon biar jadi urusan gue. dan juga emang lo gak capek apa ngumpet-ngumpet gini?. kayaknya Mark juga mulai salah paham sama gue" terang kakakku.

aku menghela nafas berat. sebenarnya aku juga lelah. tapi aku hanya takut jika ini semua terbongkar dia akan dalam masalah lagi. dia mungkin akan celaka lagi.

"Na, sana.. lo masih di sana kan?" ujar suara dari sebelah.

"ya, entar gue ke dorm lo. dan kalo soal rahasia itu.." aku terdiam sejenak "gue gak tau. gue rasa gue belom siap".

aku memang belum siap. aku hanya takut menyakitinya lagi. jika identitasnya tidak terbongkar sebagai kakaku. dia pasti akan menyadari batasannya. dan itu akan membuatnya aman.

kugigit bibirku menahan perasaan dalam diriku. bahkan tanpa kusadari. aku sebenarnya benar-benar menyayanginya.

"Na, gue minta maaf soal yang dulu-dulu. papa juga mau minta maaf sama lo dan mama" suara penuh penyesalan terdengar dari seberang.

rasa sesak mulai timbul dalam diriku. rasanya aku tidak dapat menghirup udara dalam beberapa menit saat mendengar nama itu. 'Papa'. dialah pria yang kusakiti karena kecerobohan dan kebodohanku. semua kenangan masa lalu melintas dikepalaku.

 perlahan air mataku mulai turun menuruni pipi tembemku. kugigit bibirku menahan isakku.  aku menarik nafas menghilangkan rasa sesak pada dadaku.

"gue udah maafin kalian. harusnya gue yang minta maaf sama kalian. gue udah ngancurin kalian dulu. kalian gak perlu peduliin gue lagi. kalian gak perlu khawatirin gue lagi. gue gak pengen nyakitin kalian lagi" ujarku lalu memutus sambungan telpon.

kujatuhkan tubuhku kekasur dan menenggelamkan kepalaku di bantal. semuanya terasa sesak dan menyakitkan disini. setidaknya jika mereka tidak peduli dan menghkhawatirkanku mereka pasti akan baik-baik saja.

****

#dapurnya kayak di mulmed

kuambil sebuah panci besar lalu mulai merebus air. kuamati sekitarku. dapur ini dapat dikatakan bagus dan juga hampir semua peralatan masaknya lengkap. apa ada salah satu dari mereka yang bisa memasak. 

"guk..guk.."

aku menoleh arah kakiku dan kutemukan seekor anjing menatapku. aku berjongkok lalu mengelus bulu anjing itu.

May I? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang