#21

931 63 18
                                    

Sana P.O.V

Aku berlari tanpa melihat jalanku. entah mengapa aku masih merasa sangat sakit saat melihat orang itu.

"Aw..." rintihku saat tubuhku sukses menghantam lantai.

aku benar-benar sial hari ini...

aku meringis sambil mencoba memijit kakiku yang tekilir saat aku jatuh tadi. mengapa ini sangat sakit sih...

aku terus terisak karena rasa sakit pada hatiku dan kakiku. ah.. berhentilah menangis dasar cengeng. tapi mengapa air mata ini tidak mau berhenti keluar. bahkan sekarang banyak orang yang mulai menjadikanku tontonan. untung saja aku memakai masker. jika tidak mungkin aku akan berada dalam bahaya detik ini juga dan aku benar-benar akan menambahkan sial sebagai nama tengahku.

"Kak Na.."

aku menoleh mendengar seseorang memanggilku.

orang itu langsung berjongkok lalu memandangku khawatir.

"ya ampun lo kenapa kak?. lo ngapain sih make acara nemplok di lantai kayak cicak gini.." ujar orang itu dengan nada khawatir.

"lo tuh apaan sih.. cicak itu nempelnya di tembok bego. mana ada cicak nemplok di lantai.." sahutku sambil terus terisak dan meringis sambil memegangi kakiku.

"Oh iya ya.. lupa gue." ujarnya sambil memasang cengirannya. ya walaupun tertutup masker aku dapat melihatnya dari matanya yang menyipit.

"Tau ah.. pergi lo. orang sakit juga lo malah bilang mirip cicak. kejem lo emang jadi mahluk idup.."  ujarku kesal. entah mengapa semua kekesalanku beralih menjadi berpusat pada mahluk astral yang ada didepanku.

"Cerewet lo kak. gue tinggal beneran lo lama-lama. untung cantik kalo jelek udah gue tinggal beneran lo" ujar orang itu.

aku mendengus kesal lalu mencoba berdiri untuk meninggalkannya. baru saja aku berusaha berdiri dengan kedua kakiku. rasa nyeri kembali menyadarkanku bahwa kakiku tidak dalam keadaan baik-baik saja. dan akhirnya tubuhku kembali oleng. aku menutup mata siap menerima  rasa sakit saat tubuhku kembali mencium tanah. betapa cerobohnya diriku ini. bagaimana mungkin aku bisa melupakan hal seperti itu.

aku membuka mataku perlahan saat tak kurasakan rasa sakit apapun beberapa saat kemudian. apa aku sudah mati?. eh.. apa mungkin kita bisa mati hanya karena keseleo??.

aku meringis sambil memegangi kepalaku saat sebuah jitakan sukses menghantanya. aku menoleh lalu menatap siapa pelakunya.

"Lo apa-apaan sih main jitak-jitak segala..." kesalku.

orang itu hanya tertawa mendengarku. ia lalu menyelipkan tangannya dibawah lipatan lututku dan juga di punggungku. setelah itu ia tiba-tiba saja mengangkatku dengan mudahnya seakan berat badanku tak jadi masalah untuknya.

tanganku refleks langsung melingkar pada lehernya. aku menenggelamkan wajahku pada lekukan lehernya. "Kookie turunin gue..turunin gue.." rengekku sambil menggerak-gerakan kakiku.

"Lo mau jatuh lagi.." ujar jungkook.

aku menggeleng sambil tetap menenggelamkan wajaku pada lekukan lehernya. 

"Makanya lo gak usah banyak gerak. jatuh lagi gak gue tolong lo. untung sayang. kalo gak udah gue tinggal lo disini. biarin aja lo di bawa sama fans-fans lo. siapa tau ada om-om kaya. sejahtera dah idup lo jadi simpenan om-om" ancam jungkook membuatku terdiam. 

 aku masih menenggelamkan wajahku dalam lekukan lehernya. aroma parfum khasnya membuatku nyaman. entah mengapa itu semua membuat mataku mulai memberat. perlahan kesadaranku mulai berkurang.

May I? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang