Malam itu jiyong memejamkan matanya, mengabaikan panggilan lisa, sentuhan bahkan ciuman lisa. Ia hanya memejamkan matanya dan memeluk gadis itu dengan cukup erat, jiyong terlelap? Entahlah, yang jelas ia memejamkan matanya, tanpa bicara sepatah kata pun. Lisa takut, ia takut jiyong marah dan mengabaikannya, ia takut malam ini akan jadi malam terakhir mereka dan ia sama sekali tidak bisa tidur. Lisa hanya diam diam memperhatikan jiyong setelah ia lelah berusaha membuat jiyong melihatnya.
Sudah hampir jam 5 pagi dan jiyong masih memejamkan matanya seperti orang tidur.
"Oppa? Ji oppa? Kau benar benar tidur?" bisik lisa yang masih belum bisa tidur setelah jiyong tiba tiba mengabaikannya. Seperti sebelum sebelumnya, bisikan lisa tidak mendapat tanggapan apapun. Hingga akhirnya lisa menyerah setelah hampir jam setengah enam pagi dan lisa memutuskan untuk bangun dan melepaskan dirinya dari pelukan jiyong
"Mau kemana?" tanya jiyong dengan menahan tangan lisa sebelum lisa benar benar bangun, namun masih dengan mata terpejamnya.
"Oppa... kau mengabaikanku..." keluh lisa dan kembali berbaring, menatap jiyong yang masih memejamkan matanya.
"Kau membohongiku," ucap jiyong dengan nada yang sangat sinis dan mengintimidasi dengan tangan menggenggam pergelangan tangan lisa. Ketakutan lisa menjadi kenyataan, sudah tidak akan ada lagi pelukan dari jiyong "kesempatanmu untuk mengakuinya sudah habis lisa, aku sudah memberimu waktu 2 jam 30 menit untuk mengakuinya,"
"Oppa... aku- aku- maafkan aku, aku tidak bermaksud membohongimu, maafkan aku oppa," bujuk lisa dengan nada memelas, lisa duduk di tengah ranjang jiyong, menatap jiyong yang masih berbaring miring menghadapnya dengan tangan menggenggam pergelangan tangannya dan mata terpejam, Lisa berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis saat itu, tapi matanya tiba tiba menjadi sangat panas.
"Apa alasanmu?" jiyong masih mempertahankan nada bicaranya dan mata terpejamnya, ia baik baik saja? Tentu saja tidak, bagaimana jiyong bisa baik baik saja setelah kebohongan itu?
"Aku- aku- aku menyukaimu oppa... aku- aku menginkanmu. Aku tidak bisa berpura pura tidak menyukaimu, aku hanya bisa melihatmu dan sebaliknya, oppa tidak pernah melihatku dan saat itu- saat itu aku tidak sengaja mengatakan kalau aku hamil- itu- itu keluar dari mulutku begitu saja- maafkan aku oppa- aku- maaf-" lisa berusaha menjelaskannya, namun kata katanya tersela oleh air matanya yang mulai turun dari pelupuk matanya
"Aku kecewa lisa,"
Tiga kata dari jiyong sukses membuat pipi lisa dibanjiri air matanya, jiyong tidak membentaknya, jiyong tidak mengamuk, jiyong bahkan terlihat sangat tenang, namun semua yang keluar dari mulutnya sekarang terdengar sangat menyakitkan bagi lisa, campuran rasa bersalah serta awal dari rasa kehilangan memenuhi dadanya.
"Berhenti menangis, aku yang harusnya menangis sekarang," lanjut jiyong, nadanya tidak berubah, sama sekali tidak ada perubahan dari jiyong
"Oppa... maafkan aku... aku mohon oppa... aku- aku benar benar menyukaimu, aku tau aku salah aku ingin mengakuinya tapi aku terlalu takut kau akan marah seperti ini, oppa... aku mohon buka matamu," bujuk lisa disela isakannya
"Kau tau aku akan marah dan tetap menipuku. Kau bilang kau menyukaiku? Aku ragu,"
"Oppa, maafkan aku... sungguh aku benar benar menyukaimu, aku mencintaimu, aku salah, aku terlalu menginginkanmu sampai aku kehilangan akalku dan berani membohongimu, aku sadar, aku salah, ku mohon oppa, maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya, aku tidak akan membohongimu lagi,"
"Kau bilang kau hamil? Kau bagaimana perasaanku ketika tau kalau kau mengandung anakku? Tsk. Kau tidak perlu tau, pulanglah naik taxi, aku tidak bisa mengantarmu,"
"Oppa... maafkan aku... ku mohon... oppa, aku melakukannya bukan karena berniat membohongimu, aku tidak sengaja oppa... sungguh, aku tidak berniat membohongimu... oppa lihat aku, aku tidak berbohong oppa" kali ini lisa berani mengguncangkan tubuh jiyong, namun dengan sedikit kasar jiyong menyingkirkan tangan lisa dari tubuhnya
"Aku memaafkanmu, kita memulai ini diam diam dan kita juga akan mengakhirinya diam diam, pergilah dengan tenang, diluar sudah terang dan ada banyak taxi dibawah," usir jiyong tanpa melihat lisa sedikit pun. Tapi bukan lisa kalau ia menuruti jiyong begitu saja.
"Oppa... ku mohon... jangan seperti ini... ku mohon maafkan aku... aku bersalah, ku mohon maafkan aku, jangan memperlakukanku seperti ini, aku benar benar mencintaimu, aku- aku- aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan maafmu, aku- kau- oppa bahkan tidak melihatku! Bagaimana oppa bisa melakukan ini padaku?! Aku mohon-"
"Jangan buat aku bersikap kasar padamu! Kau pikir kebohonganmu itu masalah kecil?! Kau hampir membuatku menghancurkan segalanya! Karena kebohonganmu, aku hampir menghancurkan karir banyak orang!" sepersekian detik setelah mulai muak dengan bujukan lisa, jiyong duduk di hadapan lisa dan memakinya
"Oppa-"
"Pergilah sebelum aku tidak bisa menahan diriku lagi! Aku bukan pria sabar yang takut melukai wanita! Aku bisa melukaimu kalau kau terus berada disini!"
"Aku tidak peduli, bahkan kalau oppa melukaiku, aku tidak akan-" jawab lisa dengan air mata yang mengalir deras dari matanya
"Aku muak mendengarmu! Pergi dari sini!" jiyong hampir kehabisan kesabarannya dan hampir menampar lisa yang terus menangis di hadapannya.
"Oppa-"
"Pergilah,"
✩✩✩
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss The Rain
Fiksi Penggemar[END] how can you love me like i loved you when you can't even look me straight in my eyes