VII: Athlioth

9 2 2
                                    


Asap ungu itu perlahan mulai hilang. Angin yang datang dari asap itu bertekanan tinggi. Aku bahkan harus melindungi wajahku agar tidak terkena benda yang dapat melukainya.

Tomino... apakah kau sudah menyerah? Apakah kau sudah bukan orang yang kukenal lagi?

"HAHAHAHAHAHA!!!!! Akhirnya dia menyerah! Wahahaha senangnya! Mimpiku akan segera terwujud!" Teriak Murcielago dengan senang.

Asap itu berubah menjadi pancaran cahaya yang tingginya mencakar langit. Perlahan, Tomino mulai keluar dari pancaran cahaya itu dengan lamban.

"Adelicia, bersiaplah dengan yang terburuk." Saran Astrea.

Aku mengangguk dan memasang kuda-kuda. Jika yang keluar adalah ghoul, aku harus membersihkannya. Sebagai orang yang menggunakan kekuatan purification, aku harus membersihkan orang yang terkena corruption. Tapi... aku berharap kalau dia tidak berubah.

Dari dalam cahaya itu, keluar sesosok bayangan hitam yang tingginya sama seperti manusia pada umumnya. Tak ada perubahan yang signifikan. Tomino nampak sama seperti sebelumnya.

"Wah? Harusnya dia berubah. Apa prosesnya gagal? Tapi tidak mungkin, jelas-jelas dia menerima keputusasaan yang kuberikan." Gumam Murcielago dengan kencang.

"Laevatein."

Astrea menghunuskan pedangnya yang secara ajaib, membuat mata pedang miliknya itu berkobaran dengan api yang membara. Astrea memegang erat pedangnya itu dengan posisi yang siap untuk menyerang kapan saja.

"Astrea... apakah itu kekuatan dari Shannon?" Tanyaku.

"Benar. Kau juga harus bersiap, dasar bocah. Aku memiliki firasat yang sangat buruk mengenai ini." Ujar Astrea dengan serius.

Akhirnya keluar lah sosok yang sangat aku nantikan. Dari cahaya itu, keluar Tomino yang sama sekali tidak berubah. Pakaiannya masih pakaian pasien rawat inap. Rambutnya masih sama, wajahnya masih sama. Apa pun yang terjadi, dia masih saja sama.

"Adelicia." Panggil Tomino. Cahaya di belakangnya kian meredup dan mengecil. Aku ingin sekali memeluknya dan memberikan jawabanku tentang perasaannya. Namun, aku merasakan hawa negatif yang amat luar biasa. Aku mulai berfikiran yang macam-macam.

"Kini aku mengerti. Makhluk yang lebih menakutkan dari ghoul adalah kita, manusia. Demi membuat dunia lebih baik, pertama aku harus menhancurkan makhluk yang lebih lemah dulu, yaitu kalian." Lanjutnya. Tomino mengambil langkah kedepan sambil melihat ke arahku dengan tatapan yang tajam. Ekspresinya begitu datar. Sesekali ia melirik ke arah Astrea sambil menyeringgai.

"Adelicia, aku akan menjadi pahlawan. Lihat, tangan kananku sudah tumbuh kembali. Aku kembali berguna! Aku bisa menghancurkan sesuatu lagi!" Ujarnya dengan senang.

Nada senang yang ia keluarkan dari mulutnya bukan nada senang yang seperti biasanya. Senangnya menggambarkan kegilaannya. Pria ini, dia sudah berubah dan termakan. Tapi, kenapa dia masih bisa berbicara layaknya seorang manusia?

"Tomino, jawab aku." Ujarku. "Apakah kau Tomino yang aku kenal? Apakah... aku masih bisa berdiri di sampingmu tanpa harus takut dengan dirimu?!" Lanjutku.

Tomino memasang sebuah senyuman yang menggambarkan kejahatan dan kegilaan yang ia miliki sekarang.

"Tomino yang lama sudah tidak ada, Adelicia. Lihat ini." Ujarnya sambil menunjukkan tangan kanannya yang sudah kembali.

TenebrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang