XVII: The Bearer of Spirit, Astrea

13 2 2
                                    

       Wah kurang ajar! Tekanan angin ini sangatlah dahsyat! Aku tidak dapat bergerak! Dasar bocah satu itu, seberapa besar kekuatannya?!

Angin ini terlalu kencang. Oh, ini sih bukan angin lagi, tapi badai! Kosakata milikku memang kurang, tapi aku tahu kalau ini sudah badai. Jika badai ini sudah reda sedikit saja, aku akan langsung menghajar si bocah ini!

"Apa yang kau rencanakan Astrea? Menghajarku setelah angin ini berlalu?" Tanyanya.

"Asal kau tahu, ini bukan angin.."

Aku merasakan kalau kekuatan badai ini sudah berkurang. Dengan berani, aku melesat ke arah Tomino yang hanya berdiri sambil memasang senyum yang menyebalkan. Entah ada apa ya, aku sangat semangat. Aku ingin mengalahkan orang ini!

"Semangat yang bagus!" Ujar Tomino.

Tomino melepaskan panahnya dan memulai pertarungan tangan kosong. Kami saling membalas pukulan demi pukulan. Namun, tetap saja aku yang selalu terkena serangannya. Seakan-akan, Tomino dapat membaca seranganku.

Aku memutuskan untuk mundur dan memikirkan sebuah rencana. Aku menjaga jarak dengannya yang dari tadi, tidak berpindah posisi.

Apa ya... pasti ada sesuatu. Pasti ada sesuatu yang dapat gunakan. Pedangku masih belum siap, aku masih harus bertahan. Terlebih lagi, kedua gadis cantik jelita di belakangku seperti tidak ingin membantuku. Oh bukan, mereka tidak ingin mengganggu pertarungan lelaki! Pasti itu!

Aku memutuskan untuk menjiplak teknik Adelicia. Aku mencoba untuk membakar kedua tanganku dengan api berwarna merah. Dan hasilnya adalah... panas.

Weits...weits.... panas ya. Hebat juga Adelicia, dia bisa tahan.

"Menarik. Sekarang mari kita lihat apa rencanamu." Ujar Tomino.

"Aku minta maaf loh karena aku tidak mengerahkan yang seluruhnya. Barusan hanyalah pemanasan. Oh tunggu sebentar." Aku menghadap ke arah Shannon. "Shannon! Aku boleh melakukannya kan?"

"Boleh sayang." Balas Shannon.

"Siap!" kataku sambil melihat ke arah Adelicia yang memasang wajah penuh dengan kekhawatiran.

"Adelicia, tenang saja. Aku akan menyadarkannya. Lihat aku." Kataku kepadanya.

Adelicia mengangguk dan melambangkan sebuah senyuman manis kepadaku. Uwwooohh!!!! Tuhan kenapa kau tega sekali kepadaku?!!! Adelicia sangat cantik ya Tuhan!!! Shannon juga!!! Uwoh! Aku semangat!!!

Aku kembali menghadap Tomino yang sedang melakukan senam jari. Kemudian ia memasang kuda-kuda untuk bertarung.

"Tomino! Kali ini aku tidak main-main. Aku akan---"

Aku melesat dengan kecepatan cahaya dan muncul di belakang Tomino sambil melayangkan tinjuku dari bawah.

"--- menghajarmu."

Tomino menghadap kebelakang dengan wajah yang penuh dengan kejutan. Aku mengenai wajahnya yang membuat ia terhempas ke udara.

"Kena kau!" Kataku dengan senang.

Tomino tiba-tiba menembakku dengan beberapa anak panah yang ditembakkan secara sekaligus. Aku menghindar dan menangkis dan sejauh ini, tidak ada anak panah yang mengenaiku.

Tomino mendarat dengan aman dan sepertinya dia marah. Ia langsung melesat kearahku dengan kecepatan yang tinggi. Ia hendak memukul wajahku namun aku menangkisnya.

TenebrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang