XIII: Darkness is You

10 2 1
                                    

"Namaku adalah Hanabusa Tomino. Aku akan menjadi yang terkuat."

Bocah rambut putih yang sekarang pesimis itu membuatku penasaran. Fisiknya sangat rupawan. Ia memakai kemeja putih dan celana pendek coklat muda. Wajahnya yang tampan sekaligus menggemaskan menjadi bahan pembicaraan. Ia nyaris sempurna, hanya saja... sifatnya yang selalu pesimis dan dingin ini yang menjadi kekurangan terbesarnya.

Aku berumur 10 tahun dan dia berumur 11 tahun. Kami beda setahun. Bukan umur saja yang beda, namun apapun tentang kami juga sangat berbeda.

Sejak ayahku dan kakaknya tewas, dia menjadi orang yang sangat beda. Sifatnya lebih kasar dan dingin, dia seperti sudah menjadi orang yang lain. Dulu, Tomino adalah anak yang manis dan lembut, beda dari anak laki-laki yang lain.

Setiap hari Sabtu, hari dimana kakaknya tewas, dia selalu pergi ke sebuah pabrik yang terletak di sudut kota. Pabrik tua ini sudah tidak ada yang mau menempati karena kondisinya yang sudah rusak parah.

Hari ini adalah hari sabtu, hari dimana Tomino akan pergi ke sana. Aku yang khawatir akan kondisinya pergi ke pabrik itu sambil menunggu Tomino datang.

Setelah beberapa menit aku tunggu, akhirnya dia datang. Beberapa menit saja sudah sangat melelahkan untukku karena cuaca siang hari ini sangatlah panas. Andai saja ada yang namanya awan yang mengeluarkan air, mungkin keadaan tidak akan seburuk ini.

"Kakak!" Ujar Tomino.

Apa? Kakak? Anak ini...

Tomino berlari ke dalam. Ruangan ini begitu gelap jadinya aku tidak dapat melihat apa-apa. Aku sedang bersembunyi di balik sebuah truk angkut yang berada di dekat pintu masuk. Barusan, Tomino masuk melewati truk ini dan aku hampir ketahuan.

"Kak apa kabar?? Aku baik-baik saja! Tahu tidak, aku sangat senang! Hari ini aku dapat bermain dengan teman-teman tanpa rasa sedih!" Ujar Tomino dengan manja.

Kedua mataku langsung terasa berat. Aku ingin menangis melihat keadaannya yang begitu memilukan. Sudah 2 bulan sejak kematian kak Alisa dan dia masih rindu akan sosok kakaknya.

Aku juga sama. Aku sangat rindu akan ayah. Aku rindu mendengarkan cerita dan ilmunya. Tapi, tetap sedih hanya akan membuatmu rapuh. Kita harus tetap melangkah maju agar yang sudah mati tidak perlu khawatir.

Tomino... aku baru tahu kalau kau sangat rapuh seperti ini. Aku... aku ingin melakukan sesuatu untuk dirinya!

Dengan pikiran seperti itu, aku keluar dari tempat persembunyianku dan berlari masuk kedalam. Di sana, aku mendapati Tomino yang sedang berdiri di depan sebuah kuburan kecil.

"Tomino!" Panggilku sambil berlari ke arahnya.

Tomino berbalik ke arahku sambil memasang wajah yang penuh dengan kesedihan.

"Kenapa? Kenapa kakak harus mati? Dia tidak melakukan hal jahat..."

Aku memeluknya dengan erat sambil mengeluarkan air mataku yang tidak sanggup kutahan.

"Tomino bodoh! Kalau kau sedang sedih, bicaralah kepadaku! Kalau kau sedang kesusahan, cari aku! Kalau kau sedang merasa sendiri, temui aku! Apapun keadaanmu, kau harus bertemu denganku!" Kataku sambil menangis.

"Kenapa?... kenapa kau ingin sekali membantuku?" Tanyanya.

"Karena aku merasakan hal yang sama!" Jawabku.

Aku dapat merasakan dada Tomino yang berdetak kencang. Kemudian, ia memelukku dengan erat tanpa memberikanku ruang untuk bernafas. Dia menangis di pelukanku layaknya anak kecil. Ia berteriak, ia mengutuk dan ia mencurahkan segalanya kepadaku.

TenebrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang