"Kakak cepat!"
Aku tersadar dari lamunanku. Begitu aku menoleh ke arah kiri,nampak seoran--- bukan, seekor Ghoul yang sedang mendekat sambil membuka mulutnya dengan lebar. Dengan reflek yang entah datangnya darimana, aku melompat ke samping. Lalu, aku berdiri dan mencari-cari adikku yang belum aku temukan.
"Oh tidak! Theo! Di mana kau??!!" tanyaku dengan panik.
"Di sini kak!"
Adikku Theo melambai-lambai di lantai dua. Kami sedang berada di perpustakaan yang sudah porak poranda. Langit-langit sudah bolong hingga langit terang yang berwarna kuning dapat kulihat.
"Theo,di mana Tomino?!" tanyaku.
"Dia sedang melawan Ghoul yang satunya lagi! Ayo cepat!" Ucap adikku itu.
Aku mengangguk dan mulai berlari menyusuri lantai yang terbuat dari batu untuk ke tangga. Lalu, aku melihat sebuah buku berjudul "geist" yang terbaring di anak tangga itu. Aku mengambilnya dan lanjut berlari.
"Kakak!!!" Teriak adikku panik.
Aku menoleh kebelakang dan melihat sebuah mulut yang terbuka sangat lebar. Mulut itu siap melahap kepalaku dan menjemputku ke alam selanjutnya.
"Haat!"
Tiba-tiba saja, makhluk tadi terpental ke lantai dasar. Seorang laki-laki yang seumuran denganku telah menolongku. Wajahnya luar biasa tampan, rambutnya tebal berwarna putih. Kulitnya berwarna terang dan ia memiliki mata berwarna hitam. Ia memakai t-shirt berwarna hitam polos lalu ia memakai syal tipis berwarna biru tua yang melilit di lehernya dan ia memakai celana panjang berwarna coklat kental dan tak lupa ia memakai sebuah sepatu kets berwarna hitam 100%.
"Hati-hati! Kalau bisa,larilah!" Perintahnya
"Tomino...bagaimana cara kau bisa mementalkan makhluk itu?" Tanyaku dengan penasaran
"Ku tendang. Kau tidak lihat?" Tanyanya dengan senyumnya yang mempesona. "Sudah ayo. kusuruh lari malah diam. Sini, ikut aku!" Lanjutnya dengan tegas.
Ia mengambil tanganku dan mengenggamnya dengan erat sambil berlari menuntunku keluar dari perpustakaan yang penuh dengan makhluk itu.
***
"Kakak!"
Adikku yang bernama Theo ini langsung memelukku dengan erat hingga mustahil untuk dilepaskan.
"Untung kau tidak apa-apa!" Katanya dengan nada yang penuh syukut.
"Tenang saja, aku tidak akan kemana-mana." Kataku dengan lembut sambil mengelus-elus kepala adikku yang satu ini.
Dia adalah Theo. Rambutnya agak panjang dan berwarna pirang sama sepertiku. Ia memiliki wajah manis layaknya perempuan. Ia berkulit terang sama seperti Tomino. Matanya berwarna biru terang, warisan dari ayah kami. Theo memakai jaket berwarna hitam dan celana berwarna hitam. Tak lupa ia memakai sepatu berwarna putih.
"Kak...aku takut...aku ingin kembali ke Alstadt..." ujarnya dengan manja.
"Baiklah, ayo kita pulang." Ujarku dengan riang.
Aku memusatkan pandanganku kepada Tomino yang sedang melamun dan menatap kearah langit yang berwarna kuning itu, entah apa yang ada dipikirannya.
"Tomino? Ayo kita pulang." Ajakku.
Dia memutarbalikkan tubuhnya dan menghadapku dengan senyuman miliknya.
"Mari." Katanya sambil mengangguk

KAMU SEDANG MEMBACA
Tenebris
Fantastik(18+) Genre: Dark Fantasy, Romance, Psychological Emosi negatif adalah sebuah kutukan yang dilahirkan dari sisi tergelap manusia, semua orang memilikinya. Namun apa yang terjadi jika emosi itu dapat merubah seseorang menjadi makhluk keji yang tidak...